Semesta tiga

1 0 0
                                    

Kamu terlampau indah untuk hati ku berpindah. Aku belum menyerah, aku tak mau kalah



Masa itu, masa dimana kamu mengeluarkan kata untuk ku. Aku terpaku, diam membisu. Kamu tahu, aku sangat senang dengan bentakan mu. Jangan berfikir aku menyerah. Aku belum mau kalah.

Kala kau dipinggir lapangan, aku sodorkan sebotol minuman. Sederhana saja, hanya air putih dengan rasa cinta dari aku titipan semesta.

Air mineral dari lubuk hati terdalam

SEMESTAKU

Begitu kiranya tulisan dibotol minuman jernih itu...

Lihatlah aku menamai sendiri air mineral bu Marni. Ini benar-benar dari lubuk hati ku yang terdalam untuk mu. Dibumbui dengan rasa kasih dan banyak rasa sayang.

Air dingin yang semoga dapat mencairkan hati mu. Untuk ku, untuk wanita yang sedang memperjuangkan rasanya. Berjuang untuk mu laki-laki dingin, semestaku.

Kala itu...

"makasih"

Kata kedua yang kau ucap pada ku. Betapa senang hati ku kala kau terima air dingin pemberian ku. Kau minum lalu...

Kau pergi dari hadapan ku. Earphone yang masih setia menempel ditelinga mu. Menyenandungkan lagu untuk mengisi hari-hari mu.

*
*
*

Kala itu... Hujan turun amat deras. Ku lihat kamu duduk ditepi jalan. Seperti menunggu seseorang. Apa kamu menungguku? Tak usah menunggu. Kamu diam ditempat saja biar aku yang menemui mu.

"ini payung ku. Pakailah"

Kutawarkan payung yang ku miliki satu-satunya. Kau tetap diam, memejamkan mata dan tak bergeming sedikitpun.

Tanpa aba-aba kau terobos hujan itu. Meninggalkan ku dengan harapan besar pada mu. Ku balikkan badan ku dan melihat mu berlari kencang diantara riuhnya hujan.

Lalu... Aku berpikir. Apakah sudah saatnya aku berhenti? Berhenti memperjuangkan mu selama tiga tahun ini. Jangankan kau menerima, melirikku saja tidak.

Kau mau tahu bagaimana keadaan hati ku sekarang? Sesak, sakit, kecewa, sedih. Semua menumpuk jadi satu. Menciptakan kutukan semesta pada diri ku.

Entah sampai kapan aku akan begini Mahesa. Nanti, suatu saat... Aku minta maaf jika semesta secara tiba-tiba menyuruhku berhenti.

Ku bulatkan tekat ku untuk tetap menantang pongah mu. Meneruskan perjuangan ku. Mungkin aku harus sedikit bersabar kali ini. Tenang saja, stok sabar ku masih sangat banyak untuk mu. Apa lagi stok sayang ku. Tak akan pernah habis, kau tau...

Kulangkahkan kaki ku. Meninggalkan bayang yang masih membisu. Sembari kuingat memori tentang mu. Detik berikutnya, air mata mengalir dipipiku. Semoga kau tak pernah tahu.




___________

Percayalah semesta ku. Aku masih kuat untuk menghadapi pongah mu. Aku masih sanggup berdiri diatas lapisan keras es didadamu, dihatimu.

Tapi,
Aku minta maaf jika...
Suatu saat aku berhenti mengejar mu...

Semesta mu
Prameswari Khourun Najwa

Semestaku Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang