Semesta lima

3 0 0
                                    

Bukankah yang ada akan tiada. Dan apakah yang tiada akan ada?











Aku ingat memori itu. Maafkan aku yang mengusirmu kala itu. Namun, aku sedang tak ingin diganggu. Nenek itu adalah ibu ku. Bukan ibu kandung ku. Dia adalah semesta pertamaku sebelum kamu.

Bukan aku tak mau menjadikan mu nomer satu. Hanya saja aku masih ragu untuk hal itu. Tak apa ya, sementara kau ku jadikan nomer dua. Sebentar saja, ya.

Waktu itu...

Maaf ya, hari ini aku tak memberimu air minum SEMESTAKU. Karena hari ini aku absen untuk tidak melihat mu. Ku harap kau tak rindu pada ku. Setelah ini selesai aku akan memberimu air mineral itu, lagi.

Kamu tahu, kini aku sendiri semestaku. Ibu sudah pergi dari hidupku. Beberapa menit setelah kau langkahkan kaki meninggalkan ku kala itu. Dokter bilang lukanya sangat parah, darah ibu sangat banyak terbuang. Hingga ahirnya, yang maha kuasa mengambil beliau untuk pulang.

Setelah pemakaman ibu selesai. Aku pulang kerumah ku, menghabiskan sisa air mata dikamar ku, sendirian. Pernahkah kau bayangkan barang sedetik saja tentang ku.


Kala itu...

Aku memutuskan untuk tidak berangkat sekolah menemui mu. Karena hati ku masih dirundung pilu. Aku takut akan menangis didepan mu. Aku tak mau terlihat lemah oleh mata mu. Kamu harus mengenal ku sebagai gadis kuat, pantang menyerah, dan tak putus asa.

Kini aku tahu, puncak semesta ku kini kamu. Hidupku tertuju pada mu. Aku hanya punya kamu. Aku akan terus berusaha untuk mendapatkan mu.

Ahirnya...

Ku putuskan untuk berangkat sekolah pada hari selanjutnya. Jujur saja, aku rindu sikap dingin mu, bentakan mu, acuh mu, dan tentunya perjuangan ku.

Namun ada yang berbeda kini kurasa...
Kau tak lari saat melihat ku?
Kau tak pergi?

"Mahesa.." senyum terkulum dibibir ranum ku. Menghianati hati yang sedang pilu.

Kau hanya diam, tak bersuara. Kau kenapa? Kau ada masalah? Kau terluka kah semesta ku?

"Mahesa!! Please jangan pergi dari aku. Aku cinta sama kamu Hesaa"

Oh tidak, dia siapa? Jangan. Jangan kau tanya ciri-cirinya. Dia terlampau sempurna untuk bersaing dengan ku. Dia berlari dan meminta mahesa tetap disisinya. Kutulikan pendengaran ku. Aku tak mau jika ada yang memperjuangkan semestaku selain aku.

"ayo sayang. Kita kekelas"

Deg. Apakah Mahesa menarik tangan ku? Apa Mahesa mengajak ku? Apa Mahesa memanggil ku dengan kata sayang?

Angin tolong tampar pipiku. Jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku lagi, ini terlalu indah. Jika ini nyata, tolong hentikan waktu sekarang juga.







_______________

Kita hanya bagian kecil dari semesta
Beberapa drama memang berahir indah ceritanya
Selebihnya, yang maha kuasa memberi duka lara...

Tetaplah mengenang, mari doakan...

Aksara_patah

Semestaku Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang