Daun-daun yang berjatuhan di bawah naungan matahari
Tak terhindakran apa yang ia katakan saat menjelang purnama tadi
Jangan lah bisu untuk membuka pikiran melalui hati yang lelah ingin terisi
Akan tetapi hati yang ini sudah terasa kotor dan ternodai
Dari alam yang gelap hingga terbunuh nya kelinci oleh serigala di pagi hari
Dan langkah mu yang mati ditelan ganasnya bumi
Paras mu menawan bagaikan ratu dari segala peri
Akan tetapi hatimu enggan berkata apa yang dibalik layar dari cinema romansa yang telah kau beri
Kasar nya garam dilautan bahkan tidak kau tandingi
Semua ini hanyalah sebuah persepsi dimana kita ingin masing-masing menjaga diri demi kesejukan lain hari
Aku menyesal mengenal paras dan sifat mu yang terhitung terlalu dini
Dimana suara hati berisik dan menegur tanpa henti untuk tidak mengenal mu lagi
Aku mengingat mengapa ada jurang di setiap gunung yang mencolok dan berapi
Gunung menangis dengan cara nya sendiri dari jurang yang tergambar sebagai hati
Namun caraku, adalah tidak untuk mengenalmu lagi atau menyesal untuk mengulang waktu dan berharap dirimu tak kembali.
YOU ARE READING
S.A.T.U.F.A.N.A
PoetryTulisan ini bukan dimaksud untuk dimengerti, atau dipahami. Tulisan ini bermaksud untuk dibaca dan dinikmati.