Nisa membersihkan lemari buku diruang baca miliknya dan suaminya. Membaca adalah hal yang ia dan Aksa senangi. Semenjak Aksa memutuskan untuk pindah ke Jerman, Nisa memilih untuk menjadi ibu rumah tangga biasa.
Lap bersentuhan dengan buku-buku kedokteran, novel, tangannya tak sengaja menyenggol sebuah amplop berwarna coklat. Nisa melihat kearah jatuhnya benda tersebut. Matanya terbelalak melihat potret yang tercetak disana potret dirinya sedang tertawa lepas disamping seorang laki-laki yang teramat ia rindukan. Pria dengan senyum tipis, pemandangan pantai menjadi saksi kisah cinta keduanya.
"Disalah aku jika masih merindukanmu Adam." Air matanya jatuh membasahi potret dirinya dengan Adam.
"Kau adalah suami dari orang lain." Suaranya semakin terdengar serak. " Tapi kisah kita sejak awal memang sangat salah."Sudah lima tahun Nisa menikah dengan Aksa, dan lima tahun juga Adam seperti manusia tidak berguna. Setiap hari menghabiskan waktunya sendirian dikamar, apartemen mewahnya. Pakaian kotor berserakan bahkan menumpuk. Tumpukan bungkus makanan instan, cucian piring tak tersentuh. Satu kata untuk tempat itu, seperti kapal pecah.
Adam setiap hari menegak minuman beralkohol. Mencoba melupakan Nisa, kekasih yang telah ditingkatkannya. Dia masih ingat perkataan kedua sahabat Nisa untuk dirinya.
Flashback
"Ada apa seorang Adam kemari." Dika berkata dinisi, dengan nada dingin dan datar.
"Dimana Nisa pindah." Adam berkata memohon
"Untuk apa kau mencarinya." Ririn yang kali ini menjawab.
"Aku menyesal." Adam tak berbohong, dia sungguh menyesal.
Dika memukul Adam, pria itu terhuyung ke belakang tanpa perlawanan darinya.
Cih. Dika, meludah tepat diwajah Adam. Adam hanya diam tanpa melawan.
" Kau mencarinya setelah kau meninggalnya, membuangnya bagaikan dia itu sampah." Ririn kembali menampar Adam. Dan berlalu bersama Dika, tanpa memperdulikan Adam. Tanpa suara tubuh Adam bergetar, menangis sendirian. Seseorang yang keras kepala seperti Adam kini tidak berdaya, bahkan menyesal lebih memilih ego, dan mementingkan reputasinya daripada cintanya.
Flashback off
Setumpuk dokumen adalah waktu untuk melupakan Nisa, tapi hal itu semakin membuat kepalanya berdenyut sakit. Emosinya semakin tidak menentu dan bayangan Nisa semakin nyata. Adam menyapu semua dokumen-dokumen di atas mejanya, menimbulkan suara benda jatuh terjatuh terdengar sampai luar. Para bawahan hanya memandang prihatin, tampa menghampiri. Mereka terlalu takut dengan tatapan tajam menusuk bosnya itu.
Disana Adinda Putri Alfa memandang iba pada mantan suaminya. Nisa telah menjugkir balikan kehidupan Adam. Adam yang terkenal angkuh, dingin, tak peka dengan sekitar yang selalu menampilkan wajah datarnya. Dinda hanya menggelengkan kepalanya.
Tak berselang lama Dinda menghubungi seseorang dibalik layar ponselnya."Bagaimana kau sudah menemukan mereka?"
_-_
"Baguslah."
_-_
"Segera kirimkan alamat mereka."
.
.
.
.
.
.
JermanNisa menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anaknya. Pagi-pagi sekali wanita itu sudah menyibukkan dirinya didapur.
Nisa dan Aksa memilih meninggalkan tempat tinggal mereka yang sebelumnya dan pindah ke Jerman. Sudah tiga tahun lalu Adam mengetahui tempat tinggalnya, dan saat itu pula Aksa membawanya pergi ke Jerman. Aksa ketakutan setengah mati, jika sampai Adam merebut Nisa kembali.