Kehangatan itu mereka bagi bersama, pasangan suami istri. Aksa memeluk tubuh polos istrinya, memberikan kenyamanan bagi Nisa.
Sedangkan Nisa mengamati wajah Aksa, pria yang mau menikahinya walaupun dirinya pernah menjadi simpanan bagi adik iparnya, wajah lelaki yang telah mengembalikan kehormatannya di mata masyarakat. Nisa bersyukur memiliki Aksa disampingnya, yang mau mau mengajarkan arti sebuah keluarga, cinta yang tulus tanpa ada sebuah balasan, dan juga kasih sayang.
....
"Nisa." Aksa melingkarkan tangannya di perut istrinya. Nisa Hanya menangapinya dengan senyuman. Dirinya sedang sibuk memotong sayuran dan merebusnya pasta, dia berencana ingin membuat spaghetti. Kedua anaknya sangat menyukai spaghetti apa lagi jika ada udangnya. Sedangkan Aksa, dia menyukai semua makanan yang dimasak oleh istrinya asalkan tidak beracun dan dapat dimakan.
Aksa menghirup aroma shampo istrinya, aroma yang membuat dirinya kecanduan. Padahal dirinya juga memakai merk shampo yang sama.
Aksa mencium puncak kepala Nisa, lama kelamaan Nisa merasa rensah. Mengingat jika mereka ada didapur, dan anak-anak berada di ruang tengah. Yang sewaktu-waktu bisa datang dan melihat kegiatan orang tua mereka.
"Aksa. Bagaimana jika anak-anak melihat kita." Ucapan sambil melepaskan tangan suaminya.
"Aku sangat merindukanmu." Ucapan sambil mengecup bibir manis istrinya. Nisa merasa ini salah, mereka melakukannya hal ini di dapur. Nisa terpaksa mendorong tubuh Aksa, sedangkan Aksa hanya bisa memasang raut kecewa.
Aksa berbisik-bisik ditelinga Nisa.
" Nisa aku akan mengijinkan mu bertemu dengan Adam." Ucapan Aksa tentu saja membuat dirinya terkejut, sedangkan Aksa hanya tersenyum melihat Nisa."Kau juga boleh membawa anak-anak." Aksa menatap Nisa lebut, tangis Nisa langsung pecah, dengan segera Nisa memeluk suaminya. Mengelus rambut istrinya.
"Aku percaya padamu Nisa." Nisa kembali mendongak , dengan sedikit keberanian dirinya berjinjit untuk mencium suaminya. Ciuman yang singkat tapi sangat berarti bagi Aksa.
"Aku janji tak akan lama." Nisa memeluk Aksa erat, tanpa mereka sadari Zain menyaksikan kedua orang tuanya. Zain hanya menggelengkan kepalanya dan memilih kembali pada adiknya....
"Mom, cita acan beltemu kakek nenek?" Ucap Zoya girang.
"Tentu saja sayang." Nisa tersenyum memandang putrinya.
"Mereka pasti akan kecewa mendengar kau cadel." Ucap Zain yang masih sibuk dengan PSP miliknya, Zoya seketika merengek mendengarnya.
Nisa tersenyum mendengar pertengkaran kedua anaknya. Nisa sangat senang melihat melihat mereka.
"Daddy, tidak ikut dengan kita?" Ujar Zain tiba-tiba. Nisa mengelus pipi chubby Zain.
"Setelah urusan Daddy selesai pasti akan menyusul." Nisa menunjukkan senyum tulusnya.
"Belum berangkat, kalian sudah merindukan Daddy." Ucap Aksa. Mendekati Zain, memeluk tubuh kucil putranya.
" Zain Daddy pasti'menyusul kalian, daddy janji." Aksa memberikan jari kelingkingnya, Zain menerima dan tersenyum lebar. Senyum kedua anak-anaknya sangat mirip dengan istrinya.
"Daddy, Zoya mau dipeluk juga" Zoya mengikuti kakaknya. Tersenyum lebar, Zoya sangat mirip dengan Nisa. Perawatan, wajah, dan semua hal tentang Nisa.
"Sudah cepat masuk, nanti tertinggal pesawat." Aksa mengakhiri pelukannya.
Sedangkan Nisa tersenyum kearah Aksa. Tidak ada perpisahan diantara mereka, tidak ada pelukan. Yang ada hanya lambaian tangan Nisa, Aksa telah mendapatkan hal lebih semalam. Aksa hanya takut mengumbar kemesraan dihadapan anak-anaknya.