Aku senang dengan kamu dan segala tiba-tiba mu. Seperti;tiba-tiba datang, tiba-tiba mengenalkan, tapi aku harap kamu tidak tiba-tiba meninggalkan.
____Allinna ____
Aku mengatur nafas ku yang satu dua, masih saja ngos-ngossan. Dari pintu kelas aku bisa menatap Febi yang cekikikan memainkan ponselnya.Aku mendengus, teman macam apa dia sebenarnya.
"Bi, kamu ninggalin aku? Kamu nggak tahu apa kalau... "
"Tau!" Febi memotong ucapan ku, tangannya terulur mengarahkan ponselnya tepat pada wajahku
Aku melihat penampakan dua manusia yang sedang berpelukan, bukan sedang tapi seperti. Karna foto itu di ambil dari belakang jadinya terlihat seperti berpelukan.
Bola mataku melebar saat sadar foto itu adalah foto ku yang tidak sengaja menabrak kakak kelasku.
Astaga benar-benar keterlaluan saat temannya mendapat masalah seperti ini, bukannya dia menolongku, yang dia lakukan malah memfoto dan pergi begitu saja.
"Febi sini!" aku berusaha mengambil ponselnya tapi tangan ku kalah cepat, Febi sudah memasukannya ke dalam tasnya
"eitts.. Nggak bisa dong! "
"Al, Al seharusnya kamu itu bersyukur tahu"
Aku menyipitkan mata, bersyukur? Apa yang harus di syukuri?
"ya iya, pagi-pagi gini kamu udah dapat vitamin c, ya kan!"
"vitamin c?"
"iya vitamin c! Vitamin cogan hahaha" dia terbahak
"kan habis di peluk" aku melotot lagi, lalu melirik kepenjuru kelas takut-takut ada yang dengar.
Febi masih saja terbahak, emang bener ini definisi teman yang nggak punya akhlak sama sekali
"Febi, hapus nggak? Siniin hpnya! "
Baru saja aku akan mengambil tasnya Bu Rani guru matematika ku masuk begitu saja.
Ah matematika ya, astaga sekarang penderitaan ku akan bertambah.
***
Saat melewati lorong kelas XII Ipa 2 aku sedikit kikuk.. Entah malu sediri rasanya, aku masih saja mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Ok, seharusnya aku tidak perlu separno ini saat kejadian itupun tidak ada orang yang tahu, kecuali kedua mahkluk yang ada dijendela yang tidak aku kenal. Meskipun meraka memiliki foto itu, tidak mungkin mereka akan menyebarnya.
Lagi pula apa untungnya? Tidak akan ada kan. Aku tidak seterkenal dan sepenting itu, hingga penghuni sekolah penasaran dengan berita tentang aku.
Aku menoleh saat seseorang menarik tanganku. Itu Febi dan ternyata kami sudah sampai dikantin. Gara-gara memikirkan kecelakaan tadi aku sampai tidak sadar sudah sampai dikantin
"mau makan apa? "
"bakso sama es jeruk ya Bi" pesan ku. Febi mengangguk lalu pergi untuk memesan. Aku dan Febi selalu bergantian untuk memesan makanan, kadang juga memesannya bersama-sama. Tergantung mood sebenarnya.
Tidak lama Febi datang dengan dua mangkuk bakso dan dua gelas es jeruk di nampan yang di bawanya
"Susah Bi?"
"retorik banget" cibirnya, aku terkekeh tidak peduli, mengambil salah satu mangkuk dan meyendok kuah bakso. Baru saja kuah yang masuk kedalam mulut ku, aku dikejutkan dengan laki-laki yang tiba-tiba saja duduk di depanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH HATI
Teen FictionBismillah baca aja mudah-mudahan suka _______________________ Nyatanya dengan rasa yang kita miliki, tidak cukup dijadikan alasan untuk saling mempertahankan. _______________________ Boleh coba di baca, siapa tahu suka. Salam sayang 😘