Part 2 ~Benci

10 3 0
                                    

"Kakak kenapa nangis?". Tanya seorang anak kecil perempuan sambil memegang boneka kesayangannya.

"Kamu siapa". Bukannya menjawab pertanyaan itu, Raja malah balik bertanya.

"Nama aku Pelangi Melodi kak, kalau kakak?". Ujar anak itu sambil tersenyum hangat.

"Emm.. Pelangi yah?". Batin Raja.

"Nama kakak Raja". Ujar Raja datar.

"Ohh.. Aku manggilnya kakak aja ya". Ujar pelangi sambil tersenyum kaku.

"Emang kenapa?". Tanya Raja heran.

"Kalna aku gak bisa bilang huluf el". Perkataan pelangi itu membuat Raja tertawa keras.

(*note : Maksud huluf "el" di situ adalah huruf "R".

"Oh iyah, kakak belum jawab pertanyaan aku ih, kakak kenapa nangis?". Pelangi bertanya lagi

"Emm.. Karna kakak benci hujan". Jawab Raja sambil terkekeh pelan.

***

"Aduh, ade kemana sih". Reisya terus mondar-mandir karena khawatir pada Raja.

"Apa karna hujan yah?". Monolog Reisya

Tin tin

Tidak lama setelah itu, terdengar suara klakson motor di depan rumah mereka.

"De, lo neduh dulu?". Tanya Reisya hati-hati.

"Hmm". Hanya itu jawaban yang diberikan oleh Raja.

'Ya Allah.. Sampai kapan sih ade kaya gitu? Reisya kangen ade yang dulu'. Batin Reisya.

***

Raja terus mengingat-ngingat kejadian tadi.

"Dia.. Kasian sekali anak itu". Gumam Raja.

Flashback On

Raja POV

"Karna kakak benci hujan". Ujarku sambil terkekeh pelan.

"Emm.. Kenapa kakak benci hujan?". Tanya Pelangi dengan wajah polosnya.

"Karna hujan itu ngingetin kakak sama kenangan masa lalu yang pahit".

Ujarku sambil tersenyum miris saat memory beberapa tahun yang lalu terputar lagi di otakku.

"Tapi kakak gak boleh benci hujan". Ujar Pelangi sambil nyengir kuda.

Aku hanya menautkan kedua alisku sebagai tanda bingung.

"Kakak gak boleh nyalahin hujan. Hujan itu belkah dali Allah. Kakak halus belsyukul. Kakak cuma teljebak sama kenangan masa lalu. Kakak halus tau, di balik hujan pasti ada pelangi". Ujar Pelangi dengan senyuman tulusnya.

Aku hanya tersenyum. Anak itu benar-benar beda dari yang lain.

"Pelangi umurnya berapa tahun?". Aku mulai tertarik dengan anak ini.

"8 taun kak". Jawabnya sambil tersenyum hangat.

"Ohh, berarti kelas 2 atau 3 SD yah?". Tanyaku lagi.

"Emm, sebenalnya, pelangi gak sekolah di sekolah umum kak. Pelangi cuma home schooling". Jawab Pelangi sambil menunduk lemas.

Deg

"Ke.. Ke.. Kenapa?". Tanyaku hati-hati.

"Aduh pelangi, kamu kemana aja sih? Tante khawatir banget loh".

Saat pelangi mau jawab, datang ibu-ibu. Tapi, gak tau kenapa aku ngerasa ada hal yang aneh. Senyuman dan ekspresi kaget ibu itu cuma dibuat-buat aja.

"Ya udah nak, kita pulang yah. Ayo, tante punya Hadiah loh buat kamu". Ujar ibu itu sambil tersenyum.

'Saya gak bisa diem, saya harus ikutin kemana ibu itu bawa pelangi'. Ujarku dalam hati.

Cetass cetass...

Aku benar-benar kaget melihat pemandangan di depanku.

Siapa sangka? Ibu itu mencambuk Pelangi berkali-kali. Dia tidak peduli meskipun pelangi sudah meringis kesakitan.

"Itu Hadiahnya. Kalau kamu berani keluar rumah cuma buat nyari ibu kamu dimana, kamu bakal dapat Hadiah yang lebih istimewa dari ini. Faham kamu!".

Ibu itu membentak-bentak pelangi lalu meninggalkannya sendirian.

Tanpa aku sadari, air mataku mengalir. Dan langkah kakiku membawaku pada anak itu.

Aku mengusap kepalanya lalu memeluknya agar ia sedikit tenang.

Aku teringat masa laluku. Dulu, aku juga seperti itu.

"Pelangi, keluarin aja tangisannya yah. Jangan ditahan lagi". Ujarku mencoba untuk menenangkan.

pelangi pun menangis sangat keras. Namun, tangisannya tidak terdengar jelas oleh orang lain karena ada suara petir dan hujan yang deras.

Flashback Of

"Itulah kenapa. Saya benci perempuan. Bahkan kepada anak kecil perempuan saja, mereka bisa kejam. Mereka bisa menjadi serigala berbulu domba. Sampai kapanpun saya benci perempuan".

Plak

Reisya tiba-tiba menampar adiknya itu sambil menangis tersedu-sedu.

"Kakak.." Ujar Raja lirih.

"De, gak semua perempuan itu jahat. Kalau semua perempuan jahat, berarti ibu sama kakak juga jahat gitu?". Ujar Reisya lirih sambil menangis tersedu-sedu.

Raja pun terdiam sesaat.

Dan Reisya pun pergi menjauhinya.

1

2

3

"Maaf kak. Raja gak bermaksud ngomong kaya gitu. Cuma ibu sama kakak perempuan yang Raja percaya dan yang Raja sayang". Tutur Raja.

Baru kali ini Raja berkata cukup panjang lebar, karena sebelumnya, perkataannya itu singkat-singkat.

"Udah de, gapapa". Jawab Reisya lalu pergi memamasuki kamarnya.



























Alhamdulillah bisa publish lagi.
Maaf ya kalau ceritanya gak rame. Dan maaf kalau banyak typo😁.

See you in the next part :)

Bagi yang shaum, tetap semangat yah shaum (puasa) nya🤗.

Di balik sebuah Kisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang