#H4.B2__Cobalah Lihat ke arahku

233 40 21
                                    

{*Hari Keempat*}

↪°'Bagian 2°↩

Entah sudah berapa jam aku tertidur, aku tidak tau. Tapi yang pasti, saat aku terbangun keadaan sudah sangat gelap. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terisi, aku berjalan gontai menuju saklar lampu, berniat menyalakan lampu kamarku. Setelah lampu menyala, aku baru bisa melihat jam.

Ternyata sudah pukul 8 malam, waktunya makan malam kan? Oh iya, aku baru ingat, bahkan tadi aku tidak sempat makan siang.

Tuk tuk tuk

Aku hanya menoleh ke arah pintu tanpa berniat membukanya. Paling itu Tae oppa yang jahil padaku.

Tuk tuk tuk

Ketukan kedua membuatku sedikit ragu sebenarnya, tapi keyakinan ku masih cukup kuat bahwa yang mengetuk pintu adalah Tae oppa.

Tuk tuk tuk

"Permen karet!"

Woahh!!

Aku membuka mulutku tidak percaya, mata indahku kini semakin membulat saat aku tau bahwa sang pengetuk pintu bukanlah Tae oppa.

'Namjoon oppa, ada masalah apa dia mengetuk pintu kamarku?'

Sungguh, di jam segini, Namjoon oppa mengetuk pintu kamar adalah hal yang sangat langka.

"Apa dia akan meminta maaf?" Monologku. Segera aku menggeleng cepat.

"Tidak mungkin. Bagaimana bisa namja angkuh sepertinya meminta maaf! Dia pasti akan memarahiku atau melemparkan buku tebal tepat ke wajahku." Sanggahku setelahnya.

Dan berakhirlah dengan aku yang memutuskan untuk melipat tangan di bawah dada, melihat ke arah pintu yang tertutup tanpa sedikitpun niatan untuk membukanya. Juga ocehan batin yang masih belum berhenti, tentang beberapa kemungkinan, kenapa Namjoon oppa ingin menemuiku.

Tuk tuk tuk

"Maafkan oppa, mungkin ini memang salah oppa. Lain kali, oppa tidak akan terlalu keras padamu." Setidaknya itulah yang aku dengar dari balik pintu.

"Apa ini? Dia meminta maaf? Sungguh?!" Kagetku. Tentu aku masih bermonolog, karena aku sendirian di kamar.

Tuk tuk tuk

"Kau sudah bangun kan permen karet?"

Segera, aku berjalan ke arah pintu kemudian dengan cepat membukanya. Kulihat Namjoon oppa tersenyum tipis ke arahku. Sedangkan aku? Hanya menatapnya datar.

Aku memang kaget, karena kedatangan Namjoon oppa yang tidak terduga, juga permintaannya yang jauh lebih tidak terduga. Tapi ayolah, kemarahan dan rasa kesalku masih jauh di atas kekagetanku.

'Dasar namja menyebalkan! Memang dasar tidak ada satupun dari tiga oppa-ku yang waras!'

Aku terus mengutuknya di dalam hati. Bagaimana tidak? Melihatnya yang sangat rapi sekarang (sedangkan aku sebaliknya)=_=

Juga senyuman tipis seakan tidak memiliki kesalahan berarti kepadaku membuatku semakin kesal. Padahal aku sudah membayangkan dia meminta maaf dengan raut wajah penuh penyesalan darinya!

Namja ini benar-benar! Dia membuatku terkurung dikamar dengan buku tebal berisi pelajaran yang paling aku benci. Kemudian disuruh memahami isi dari buku itu tanpa diajarkan sedikitpun! Disaat otakku sudah sangat panas, dia memberiku contoh soal yang harus segera aku isi!

'Dimana hati nuranimu Namjoon oppa?! Bagaimana bisa kau berpikir senyum tipis dan cara meminta maafmu yang seperti ini bisa membuatku melupakan semua penderitaan yang kau berikan padaku hari ini?!'

7 Days With My Brothers [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang