Chapter Thirty Seven | Anything
❝Sepertinya masih banyak ketidakmungkinan yang akan menjelma menjadi mungkin.❞Happy Reading...🍫
• ^ •
MASIH banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Entah akan terjadi hari ini, besok, atau hari-hari yang lain. Manusia normal seperti kebanyakan seringkali lupa bahwa tidak setiap kemungkinan menjadi kepastian. Banyak yang menelan kecewa karena terlalu banyak meninggikan sebuah asa.
Langkah kaki mereka tampak ringan. Meski agak canggung tapi sebisa mungkin biasa saja. Sebelah tangan Vino tergerak untuk membungkus tangan Fanie ke dalam genggamannya. Ia tersenyum kecil. Puas dengan ekspresi terkejut yang cewek itu keluarkan.
Vino semakin mengeratkan genggaman tangannya. Ia juga menarik tubuh Fanie agar lebih dekat dengannya. Tidak ada celah apa pun seolah sedang menyuarakan bahwa Fanie adalah miliknya. Semesta harus melihat bahwa sebahagia ini Vino dengan Fanie.
Sementara Fanie sedari tadi sibuk pada kesehatan jantungnya. Tangannya hangat kala bersentuhan dengan tangan Vino. Kehangatan yang menjalar hingga membuat pipinya terasa memanas. Vino sering melakukan hal kecil ini tetapi di keadaan berbeda tentunya.
Ya, ketika mereka sedang jalan bersama dengan Alana serta, Vino dan Fanie selalu berdiri di belakang Alana untuk mengawasi. Terkadang cowok itu yang terlebih dahulu menggenggam tangannya. Dan ketika Fanie berniat menariknya kembali cowok itu bilang, “Udah deh diem aja biar gak dikatain jomlo.”
Dan sialnya waktu itu Fanie hanya menurut saja padahal seringkali ia memberontak. Wajar, kan, kalau ia ingin merasa dilindungi oleh seorang cowok?
“Mau es krim?” tawar Vino sembari menoleh menatap Fanie sekilas.
Fanie mengangguk. Lantas mengikuti langkah kakinya yang akan membawanya ke mana pun. Omong-omong, mereka berdua sedari tadi jalan kaki. Vino tidak membawa kendaraannya karena katanya sedang malas menyetir. Fanie tidak masalah akan hal itu. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar mereka menikmati waktu yang ada.
Di tepi jalan sana ada sebuah kafetaria minimalis yang tampak modern. Vino berjalan ke arah sana dan otomatis Fanie mengikutinya. Begitu masuk ke dalamnya suara lonceng terdengar. Lalu disambut dengan aroma vanilla yang menyeruak masuk ke dalam rongga hidung.
Vino membawa Fanie ke sudut ruangan. Menyuruh Fanie agar segera duduk. Dan lagi-lagi Fanie hanya menurut.
“Tunggu bentar gue pesan dulu, ya,” ucap Vino. Tanpa mengatakan apa-apa lagi cowok itu sudah berjalan menuju meja takeaway.
Fanie memperhatikan gerak-gerik itu dengan seksama. Bagaimana mungkin sosoknya masih sama seperti terakhir kali ia lupa bagaimana perasaannya.
^^^^
Vino sudah duduk di hadapan Fanie yang terpisah meja kecil lengkap dengan senyum kecilnya. Cowok itu menyodorkan satu mangkok besar es krim varian rasa cokelat ke hadapan Fanie. Sementara di hadapan Vino satu mangkok berukuran sedang dengan varian rasa vanilla blue.
Fanie mengerutkan kening. “Kok ukurannya beda punya gue sama punya lo?” tanyanya bingung.
Vino yang mendengar terkekeh pelan. “Ada yang salah?”
Fanie diam. Tidak tahu juga apa yang salah. Ia hanya sedikit protes karena es krim miliknya lebih banyak daripada milik Vino.
“Gue tau lo suka banget sama es krim. Jadi..., punya lo lebih banyak daripada punya gue.” Vino tersenyum bangga. Seolah baru saja menunjukkan sesuatu yang istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SHS 2] - ANNI(Ad)VERSARY ME!
Jugendliteratur-· completed ·- Star High School - Stefanie Aquilanie **** "Pokoknya kita itu musuh! Dan gue gak akan pernah jatuh sama pesona lo!" Fanie, cewek yang dinobatkan sebagai orang ter-santuy seantero sekolahan. Namun, akan sangat berbanding terbalik jika...