Chapter 3

9.6K 1.1K 80
                                    

Written by : Nota Morrey

Sean duduk mematung diatas kursi kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
Sean duduk mematung diatas kursi kerjanya. Pikirannya melanglang buana ke berbagai tempat. Ia tidak bisa bersikap tenang untuk saat ini, bahkan saat meeting tadi pun dia hanya memikirkan tentang kakaknya. Sudah hampir sebulan ini dia memang sering mengunjungi kakaknya. Terhitung sejak dia menginap di apartement Xiao Zhan dan tanpa sengaja menemukan beberapa bungkus obat di atas nakas kamar tidur yang digunakan sang kakak, Sean mulai menaruh curiga.

Ia diam-diam memotret obat tersebut dan mengirimnya pada salah satu kenalannya yang merupakan seorang dokter. Dan akhirnya dia mendapati fakta yang mengejutkan mengenai obat macam apa yang dikonsumsi kakaknya tersebut. Sejak saat itu Sean tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Sean memejamkan mata dan memijat kepalanya, bagaimana pun juga ini tidak bisa dibiarkan. Kakaknya sudah terlalu banyak menanggung derita, ia harus segera melakukan sesuatu.
.
.
.
.
.

*****************

Xiao Zhan mengambil cuti hari ini, dia merasa akhir-akhir ini kondisi tubuhnya semakin lemah. Dadanya lebih sering sakit dan kadang ia merasa gelisah setiap saat. Hari ini ia berencana untuk pergi ke rumah sakit selepas Yibo berangkat kerja. Awalnya dia memang berniat untuk pergi sendirian, namun emang dasar ikatan batin antara saudara kembar diluar rencananya Sean tiba-tiba saja menelpon dan mengatakan kalau dia akan segera tiba dirumah Xiao Zhan beberapa menit lagi.

Walaupun kehadirannya jelas-jelas sudah ditolak oleh Xiao Zhan, namun Sean bersikukuh untuk tetap datang. Semakin dia ditolak maka akan semakin kuat pula pendiriannya. Sean adalah orang yang keras kepala dan Xiao Zhan tahu itu. Apa sebaiknya ia batalkan saja janji temu dengan dokter hari ini? Xiao Zhan jelas tidak mau adiknya sampai tahu mengenai kondisinya yang sedang sakit.

Mungkin ada baiknya jika ia tunda saja kepergiannya untuk saat ini, ia akan pergi setelah Sean pulang. Ya, mungkin itu lebih baik. Lagipula ini masih pagi, masih ada banyak waktu sebelum Yibo pulang ke rumah. Xiao Zhan harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Dia tidak punya banyak waktu untuk mengurus dirinya sendiri, waktunya selalu ia gunakan untuk bekerja dan mengurus suami.

Sesuai kata-katanya di telfon, Sean ternyata benar-benar datang kerumah. Seperti biasa Xiao Zhan menyambutnya dengan baik. Meskipun awalnya ia memang merasa sedikit kesal, namun Xiao Zhan tidak pernah bisa marah terlalu lama pada adiknya. Sean satu-satunya saudara yang ia miliki. Dan semenjak pernikahannya dengan Wang Yibo, hanya Sean yang masih setia berada di sisinya disaat keluarganya yang lain lebih memilih untuk pergi meninggalkannya.

"Kau sudah sarapan?" -tanya Xiao Zhan. Sean mengangguk, lihatlah betapa beruntungnya seorang Wang Yibo karena telah mendapatkan sosok sebaik dan seperthatian kakaknya. Bagaimana bisa pria itu tega menghianati orang setulus Xiao Zhan? Tidakkah pria itu terlalu egois? Selama ini Sean tidak habis pikir, jika memang pria brengsek itu lebih memilih untuk tetap bersama dengan wanita simpanannya lalu kenapa dia tidak tinggalkan Xiao Zhan?

Shared Tears [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang