Chapter 2

10.2K 1.1K 128
                                    

Written By : Nota Morrey

Written By : Nota Morrey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Setelah beberapa menit berkendara mereka akhirnya sampai di gedung apartement Xiao Zhan. Keduanya masuk kedalam lift dan langsung menuju pintu no. 105. Unit apartement ini memang sengaja Xiao Zhan beli dengan uangnya sendiri. Bahkan Yibo yang notabennya adalah suaminya sendiri pun bahkan tidak tahu mengenai keberadaan apartement ini. Ya, bisa dibilang Xiao Zhan membelinya secara sembunyi-sembunyi.

Xiao Zhan biasanya datang kemari saat dirinya sedang mengalami stress akibat masalah rumah tangganya. Bahkan saat Yibo sedang dinas di luar kota, Xiao Zhan lebih memilih menghabiskan waktu disini daripada dirumah mereka.

Xiao Zhan mempersilahkan Sean masuk kedalam dan menyuruh adiknya untuk duduk di sofa. Sean hanya mengangguk kemudian duduk di sofa ruang tengah. Sejak kunjugan pertamanya ke apartement ini, Sean selalu mencium bau rokok yang sangat menyengat. Padahal di sudut ruangan Sean jelas melihat sebuah pengharum ruangan elektrik yang selalu menyemprot selama 24 jam. Namun sepertinya benda itu tidak terlalu berpengaruh karena bau rokok masih mendominasi indra penciuman nya.

Sean mendengus kesal, ia marah karena kakaknya masih juga menyimpan kebiasan buruk yang jelas-jelas dapat berakibat buruk pada kondisi tubuhnya. Mau sampai kapan kakaknya akan bersikap naif seperti ini? Mau sampai mana dia terus menerus merusak dirinya. Tidakkah ia sadar masih banyak orang-orang yang menyayanginya diluar sana?

Xiao Zhan baru saja kembali dari dapur, ia menyerahkan secangkir teh hangat kepada Sean. Sean pun meminumnya dan kembali menatap Xiao Zhan.

"Bagaimana keadaanmu kak?"-tanya Sean. Yang ditanya hanya menatap Sean teduh, dia menjawab dengan nada lemah.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir" -jawab Xiao Zhan pelan. Terlihat raut wajah lelah yang selama ini Xiao Zhan sembunyikan dari semua orang. Sean menggigit bibirnya, ia benar-benar benci melihat kakaknya seperti ini. Sudah berulang kali Sean peringatkan bahwa hubungan yang dijalani oleh kakaknya dengan Wang Yibo ini tidaklah sehat. Tapi tak pernah sekalipun kakaknya mau mendengarkan apa yang ia katakan.

Sean menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengan sang kakak. Ia meraih bahu Xiao Zhan dan menempatkan kepala pria itu di pundaknya. Sesekali Sean mengelus punggung rapuh Xiao Zhan agar kakaknya itu bisa tenang.

"Sudah saatnya kakak berhenti, ceraikan dia dan kembalilah pada keluarga kita. Kami membutuhkanmu kak" -ucap Sean.
.
.
.
.
.

***************
Yibo melirik jam dinding dibawah tangga, ternyata sudah jam sepuluh lebih. Ia tidak sadar waktu begitu cepat berlalu. Ia harus segera pulang ke rumahnya.

Yibo segera memakai kembali mantelnya dan beranjak menuju ruang tengah. Disana ia mendapati Cheng Xiao yang tengah menonton tv di sofa. Wanita itu menghampirinya seraya mengalungkan lengannya di leher Wang Yibo.

Shared Tears [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang