Chapter 6

11.3K 1.2K 238
                                    

Written By : Nota Morrey

Written By : Nota Morrey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Hatiku begitu sakit..
Tapi kenapa kamu tersenyum begitu cerah?
Hanya kamu yang hidup di dalam hatiku..
Tapi kamu menjadi seperti hujan..
Jatuh melalui air mata yang tidak ada habisnya..

Kamu cukup dekat untuk diraih..
Tetapi kenapa kamu terasa begitu jauh..
Bahkan jika hatiku lelah..
Aku tidak bisa pergi dijalan yang bukan dirimu..'

-Xiao Zhan-

*******************

Sean terisak di lorong rumah sakit, Xiao Zhan baru saja dibawa keruang ICU beberapa menit yang lalu. Kondisinya kritis, dokter bilang kakaknya tidak akan bertahan hingga besok. Sean meremat rambutnya, pikirannya benar-benar kacau saat ini.

Tadi siang Sean memang merasakan firasat yang tidak enak tentang kakaknya. Intuisinya seolah mengatakan bahwa Xiao Zhan sedang dalam bahaya. Sean tidak bisa berhenti cemas akan hal itu. Otaknya seakan memberi sinyal peringatan bahwa dirinya harus segera menemui sang kakak. Dan itulah yang Sean lakukan, pria itu pergi begitu saja di tengah-tengah pertemuan pentingnya dengan para pemegang saham.

Sean tidak peduli jika pun hal itu akan berpengaruh pada citranya. Dia bukanlah orang yang haus akan harta dan kekuasaan. Sean selalu menempatkan keluarga diatas segalanya. Terlebih jika itu adalah Xiao Zhan, sosok yang paling berharga di hidup Sean.

Secepat kilat Sean meluncur ke rumah sang kakak. Hatinya bertambah cemas ketika melihat pintu rumah itu terbuka begitu saja. Sean mendengar suara teriakan dan dia tentu tahu betul itu milik siapa. Suara itu berasal dari kamar. Sean berlari secepat yang ia bisa. Ketika sampai disana ia sudah mendapati kakaknya tergeletak di lantai.

"KAKAK!"

Sean menghampiri sang kakak yang terbaring tak sadarkan diri. Dengan tangan gemetar Sean mendekap tubuh Xiao Zhan dengan hati-hati. Ia segera membawanya menuju mobil. Selama dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Sean tak henti-hentinya berdoa semoga Xiao Zhan baik-baik saja. Namun sepertinya takdir berkata lain, baru sebentar melakukan pemeriksaan dokter langsung memberi perintah agar Xiao Zhan langsung dipindahkan ke ruang ICU.

Selama berjam-jam Sean hanya duduk diam diruang tunggu. Dia sama sekali tidak melakukan apapun selain berdoa. Penampilannya kusut, wajahnya sembab karena terlalu banyak menangis. Ia merasa bersalah pada kakaknya karena telah pergi selama berhari-hari. Seharusnya disaat-saat seperti ini Sean lebih banyak menghabiskan waktu dengan kakaknya, namun dia justru malah sibuk berpergian kesana-kemari guna membalaskan dendam sang kakak.

Untuk saat ini Xiao Zhan belum bisa ia temui secara langsung. Sean hanya bisa melihatnya dari balik kaca ruang tunggu ICU. Sejujurnya Sean sangat takut setiap kali mendengar suara EKG (elektrokardiogram) milik sang kakak berjalan sangat lambat . Dia takut akan kemungkinan terbesar Xiao Zhan akan meninggalkannya sendirian.

Shared Tears [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang