Dua

471 25 6
                                    

*HAPPY READING*


Seketika Rinjani tersadar dari lamunannya dan langsung menduduki kursi kosong yang berada tepat di samping Putra.

"Putra." Terdangar suara Putra yang memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya kearah Rinjani.

"ternyata namanya Putra." gumam Rinjani.

"Rinjani," jawab Rinjani cuek.

"Rinjani, gunung yang dijuluki sebagai gunung terindah di Indonesia."

"Kok, lo tau?" tanya Rinjani heran.

"Apa yang Putra gak tau tentang gunung," ucap Bagas menjawab pertanyaan Rinjani.

Rinjani menoleh kearah Bagas sambil mengerenyitkan dahinya.
dalam hatinya  Rinjani berkata, "Siapa sebenarnya lekaki ini? kenapa Kak Bagas bisa mengatakan seperti itu?"

Bagas seakan tau apa yang ada di fikiran Rinjani saat itu. Tampak dari raut wajahnya yang bertanya tanya.

"Kak Putra ini seorang pendaki gunung, sudah banyak gunung gunung di Indonesia yang sudah ia tapaki, bahkan ia juga sudah mendaki gunung Rinjani. Gunung yang menjadi nama lo, Rin" terang Bagas.

"Kak, Putra, juga anak mapala?" tanya Rita memotong perekataan Bagas.

"Enggak, gue nggak anak mapala," ucap Putra sepontan ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Rita.

Rinjani yang saat itu hanya terdiam tanpa banyak berkata, seakan kagum dengan sosok Putra. Sosok lelaki yang sudah banyak menaklukkan beberpa puncak gunung di Indonesia. Tapi disisi lain, kekesalan Rinjani terhadap Putra masih saja ada.

Melihat Rita dan Bagas yang asik ngobrol berdua yang entah tentang apa, Putra pun membuka pembicaraan kepada Rinjani,  yang membuat Rinjani terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut  Putra.

"Sorry, ya, soal yang kemarin."

Rinjani hanya diam, meskipun dalam hatinya ingin sekali berterik mengeluarkan kekesalannya kepada lelaki yang duduk persis di sebelahnya itu.

"Tasnya belum pernah gue pakai, bahkan labelnya masih ada. Kalau lo masih pengen tas nya, gue bisa kasi tas itu ke, lo."

Mendengar pekataan dari Putra,Rinjani yang saat itu sibuk dengan ponsel nya langsung menoleh kearah Putra. Tentunya dengan raut wajah yang bahagia. Dan tak lupa juga dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

"Beneran, lo?" tanya Rinjani.

"Iya, beneran. Tapi ada syaratnya."

"Syarat?" Rijnani mengernyitkan dahinya.

"Iya, syarat."

"Apa, syaratnya?"

"Syratanya. Lo harus mau maafin gue soal yang kemarin."

Sebenarnya berat hati Rinjani untuk memaafkan Putra, tapi di sisi lain, ia sangat menginginkan tas itu. Dan mau tidak mau ia harus memaafkan Putra demi mendapatkannya. Lagi pula, Rinjani bukanlah sosok manusia yang pendendam. Baginya sendiri, memaafkan orang yang sudah meminta maaf bukanlah hal yang sulit.

"Yudah, iya. Gue, maafin, lo."

"Janji?" tanya putra sambil mengulurkan jari kelingkingnya kearah Rinjani.

"Iya, janji." Rinjani pun mengarahkan kelingkingnya dan meraih kelingking Putra.

Janji kelingking adalah janji yang sering dilakukan oleh anak-anak kecil. Tapi bagi mereka janji kelingking lebih baik dari janji yang hanya kata kata saja.

3726 MDPLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang