*HAPPY READING*
Mungkin aku tak bisa menjadi sang mentari untuk menghangatkanmu
Namun aku bisa menjadi sang rembulan untuk menerangi kegelapanmu.
----------------------------------------------Bel yang berbunyi beberapa kali membuat bik Ira berjalan dengan cepat menuju pintu depan lalu membukanya.
"Maf, mau cari siapa, ya?" tanya Bik Ira kepada seorang lelaki yang berdiri tepat di depan pintu.
"Saya, temannya, Rinjani. Rinjaninya ada, bik?"
"Oh, temannya Non jani. Masuk Den, Bibik panggilin dulu. Mau Bibik bikinin minuman apa, Den?" tawar bik Ira.
"Air putih aja, bik." jawabnya singkat
Bik Ira berjalan menuju kearah tangga. Kamar Rinjani berada di lantai 2 rumahnya. Terlihat bik Ira tergopoh gopoh ketika menaiki satu persatu anak tangga, karena badanyanya yang sedikit bongsor itu.
Kini, bik Ira sudah sampai, tepat di depan pintu kamar Rinjani. Dengan segera bik Ira pun langsung mengetuk pintu.
Tok... tok... tok...
"Non, ada cowok yang nyariin, non!" Suara bik Ira cukup terdengar sampai kedalam ruangan kamar Rinjani. Rinjani yang mendengar jelas suara Bik Ira pun langsung Turun dari tempat tidurnya dan menghampiri bik Ira yang berada di depan pintu kamarnya.
"Cowok? Siapa, bik?"
"Bibik juga nggak tau, non. Billangnya sih tadi teman nya non Rinjani."
"Ciri ciri orangnya gimana, bik?" tanya Rinjani penasaran.
"Tampan, kulitnya sawo matang, terus rambutnya gondrong-gondrong gitu, non." jelas bik Ira.
"Yaudah, bik. Bilang sama orangnya tunggu sebentar. Jani mau ganti baju dulu."
"Baik, Non."
Bik Ira pun langsung beranjak pergi. Dan Rinjani kembali masuk kedalam kamar untuk menggati pakaiannya. Dalam pikirnya Rinjani terus bertanya-tanya, siapa lelaki yang dimaksud oleh Bik Ira.
Tak berapa lama Rinjani keluar dari kamarnya, tentu saja dengan pikiran yang masih sama, tentang seorang lelaki yang kini sedang menunggunya di ruang tamu.
Dalam langkahnya, Rinjani terus bertanya-tanya, hingga pada akhirnya langkah kaki Rinjani terhenti, matanya tertuju pada seorang lelaki yang tengah duduk di atas sofa berwarna coklat tua.
"Kak, Putra?" lirih suara Rinjani.
Kini Rinjani tidak lagi bertanya tanya tentang siapa lelaki yang sedang mencarinya. Namun timbul pertanyaan baru dalam kepalanya.
"Kenapa dia bisa disini? Kenapa dia mencari gue." ucap Rinjani dalam hati.
Dan Rinjani pun mulai melangkahkan kakinya kembali menurini satu persatu anak tangga. Putra yang melihat sosok Rinjani dari kejauhan, hanya melemparkan senyuman kearahnya.
"Lo..., kena...."
"Kenapa bisa disini?" potong Putra
Dalam kepalanya, Rinjani masih terus bertanya tanya tentang kehadiran Putra. Seorang lelaki yang pernah membuatnya marah, seorang lelaki yang baru ia tau namanya kemarin. Kini sedang berada didalam rumahnya, dan duduk tepat di hadapannya.
"Iya, kenapa? Lo, kok ada disini?" tanya Rinjani heran.
"Emangnya, gue gak boleh kesini, ya?"
"Boleh, sih. Tapi kenapa tiba-tiba gini? Lagian ini masih pagi juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
3726 MDPL
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. AGAR NANTI, JIKA UPDATE PART BARU KALIAN BISA TAU DAN BISA LANSUNG MEMBACANYA. --------------------------------------------- Tak perlu waktu yang lama untuk Putra menyelesaikan puisinya. Bagaimana tidak, hampir setiap ha...