Bagaimana kau bisa mengetahui jawaban perasaan darinya. Jika kau sendiri tak pernah mengungkapkan perasaanmu.
------------------------------------------------
Setelah beberapa jam di dalam bus, akhirnya, Putra dan rombongannya tiba di salah satu terminal yang ada di jakarta. Lelah menghiasi setiap wajah dari mereka. Bagaimana tidak, setiba di pos registrasi, mereka langsung memutuskan kembali ke jakarta, karena mereka mendapati pesan yang masuk ke handphone milik Riko, bahwa orang tuanya sedang berada di rumah sakit. Maka dari itu mereka memilih beristirahat di dalam bus agar segera tiba di jakarta tepat waktu dan bisa langsung menjenguk orang tua Riko.Waktu menunjukkan pukul 21:15 tak kala: Putra, Bagas, Rinjani dan Rita keluar dari pintu rumah sakit setelah menjenguk orang tua Riko. Sedangkan Fahri masih berada disana. Karena malam ini ia menemani Riko untuk menjaga orang tuanya.
"Lo, anterin Rita pulang ya, Gas. Biar Rinjani, gue yang anterin," ujar Putra.
"Iya. Rita biar gue yang anterin. Lo, pulang pakai apa, Put?" balas Bagas.
"Tu...." Putra menunjuk sebuah kendaraan yang berada di parkiran rumah sakit.
"Sejak kapan vespa lo di situ?" tanya Bagas heran.
"Iya, kok vespa Kak Putra ada di sini?" sambung Rita.
Putra tertawa kecil. "Vespa gue, kan, ajaib."
"Ajaib apanya! Kalau vespa lo ajaib, nggak mungkin doyan mogok," timpa Bagas ngeledek.
"Yaudah, kalau gitu, Gue sama Rita biar naik taxi aja," sambung Bagas.
"Kalau gitu, gue sama Rinjani duluan, ya. Yuk, Jani," ujar Putra seraya menggandeng tangan Rinjani berjalan ke arah vespa tuanya.
"Kalau gitu, kita berdua duluan ya, Kak. Rit," ucap Rinjani berpamitan pada Bagas dan Rita.
"Eh, gue titip carrier gue, ya, Gas. Lo, kan pakai taxi." Putra memberi tas carrier-nya pada Bagas yang sedang berjalan menuju taxi.
"Nyusahin, lo!"
Putra Tertawa. "Sekali-kali nyusahin teman, kan, enggak apa-apa, Gas."Akhirnya mereka ber-empat beranjak meninggalkan perkarangan rumah sakit. Vespa tua Putra melaju di jalanaan perkotaan yang saat itu baru saja di guyur hujan.
"Makan dulu, yuk," ajak Rinjani.
"Emang nggak apa-apa, Jani? Kan udah malam," tanya Putra.
"Mau, enggak?"
"Yaudah, iya."
"Yaudah, jalan aja terus. Nanti aku kasih tau tempatnya," ujar Rinjani.
Setelah berjalan-beberapa kilo meter, akhirnya vespa tua Putra melipir ketepian jalan raya dan berhenti di sana. Yang di depannya terdapat penjual nasi goreng dengan gerobak yang terbuat dar kayu.
"Makan di sini?" tanya Putra seraya melepaskan helmnya.
"Iya," jawab Rinjani yang juga sedang melepaskan helmnya dan meletaknya di bangku penumpang vespa Putra.
"Yuk," ajak Rinjani. Sambil berjalan menuju penjual nasi goreng yang di belangkangnya di ikuti oleh Putra.
"Eh, Neng, Rinjani?" sapa penjual nasi goreng yang kelihatannya akrab dengan sosok Rinjani.

KAMU SEDANG MEMBACA
3726 MDPL
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. AGAR NANTI, JIKA UPDATE PART BARU KALIAN BISA TAU DAN BISA LANSUNG MEMBACANYA. --------------------------------------------- Tak perlu waktu yang lama untuk Putra menyelesaikan puisinya. Bagaimana tidak, hampir setiap ha...