"Kita udahan, ya?" tanya pria jangkun yang baru saja melepaskan helm dari kepala sang gadis.
"Aku ada salah sama kamu?" tanya gadis yang kini senyumnya sudah memudar. Pria yang berdiri di depannya kian menggeleng pelan. Tangannya terulur merapikan surai maron itu.
"Dari awal, kita emang udah salah. Kita gak bisa sama. Kamu tahu itu 'kan." ujarnya lagi.
"Yat, kita udah bahas ini berapa kali? Aku capek ya, mau jelasin gimana lagi. sejak Aku pilih kamu jadi seseorang yang aku sukai. Dari awal aku udah tahu Yat konsekuensinya gimana. Dan aku nggak keberatan sama sekali, aku terima itu. Yang aku butuh sekarang itu, ya kamu. Kamu Yat, kita sama-sama berjuang."
"Apa yang di perjuangin? Semuanya sia-"
"Yat!" gadis di depannya berteriak, memotong ucapan pria itu.
Entah mengapa setiap membahas perkara ini, Ange selalu saja menangis. Membayangkan berpisah dari pria itu rasanya Ange ingin mati saja. Kalau boleh jujur hati Ange lelah. Ia capek, sungguh. Hubungannya dengan Yayat akan berjalan dengan baik jika saja pria itu tidak mempersulitnya sendiri.
"Mending kamu pulang, aku capek." ujar Gadis itu lalu berbalik, ia berusaha menghindari topik yang satu ini.
"Ange, sampai kapan kamu kaya gini? menghindar terus." ujarnya sambil menahan pergelangan sang gadis
Ange berbalik, matanya sudah berkaca-kaca, dadanya sesak. "Itu karena aku gak mau pisah sama kamu, ngerti gak sih! Setiap bahas masalah ini kamu selalu ngomongnya pisah, pisah, pisah pisah mulu! Kamu maunya ha? Putus? iya 'kan, ya udah kita putus." teriak Ange emosi
"Ange, plis." ucap Yayat, menatap lekat pada netra milik Ange.
Ange tidak perduli lagi. Cepat-cepat ia menarik tangannya, hingga genggaman tangan Yayat terlepas.
"Ini 'kan, yang kamu mau. Mulai sekarang gak usah ngomong sama aku lagi, gak usah ngechat aku lagi, gak usah ngejemput aku lagi, gak usah, gak usah Yat! Kamu pulang sekarang." teriak Ange menyeka kasar matanya yang mulai mengeluarkan cairan bening.
"An, Ange." panggil Yayat namun Ange enggan berbalik. Berlari memasuki halaman rumahnya.
Hatinya jelas sakit. Kerap kali menghabiskan waktu bersama Yayat selalu di akhiri pertengkaran yang topiknya itu-itu saja. Mengapa pria itu selalu saja berpikir rumit tentang hubungan mereka? selalu saja berpikiran jauh. Tinggal di jalani saja toh? 'kan keduanya sama-sama saling menyukai. Lalu apa masalahnya?
Hii, saya kembali dengan cerita baru.
Selamat datang ke dunia Ange dan Yayat ikuti terus kisah mereka, ya💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Relationship [Hiatus]
Teen FictionDefinisi bego bagi kalian apa? Ange; "Mempertahannya sesuatu yang pada dasarnya tidak dapat di gengam, juga berjalan bersama." Yayat; "Dilepas nggak rela, dilanjutkan pun menyiksa." -Mereka beda, namun dengan perasaan yang sama-