Capter 4

87 4 5
                                    

Ange masih menenangkan Ghea, sedangkan Aurora sudah bosan melihat rutinitas seperti ini.

"Ghe lo bisa diam, nggak sih?" ketus Aurora.

"Nyiroro kidul bacot mulu ya, dari tadi." sinis Ange.

"Me-re-ka balik hiks hiks 'kan, ya?" tanya Ghea sesenggukkan.

"Yah 'kan belum nikah. Masih ada kesempatan, ada 1001 cara buat nikung orang. Udah tenang aja. Gue bantuin 'kok." ujar Ange berusaha menenangkan Ghea.

Aurora berdecak kagum ke arah Ange kemudian menggeleng takjub, "Ck, ck, ck yang kaya gini nih, prinsip pelakor." ujar Aurora tidak habis pikir.

"Gara jahat banget ya ke gue hiks...  Hiks..." keluh Ghea.

Ange turun prihatin dengan nasib miris Ghea, Ange menepuk pelan bahu Ghea, "Namanya juga berjuang Ghe...," ujarnya memberi semangat.

"Halah. Berjuang apaan?! Bego yang ada. Lo baru sadar ya kalau Gara jahat? Emang dia pernah baik ke lo? Nggak 'kan, yaudahlah berhenti." cerocos Aurora tajam.

"Ya ampun Rora mulutnya." ucap Ange melankolis.

"Jadi nggak, sih ke clubnya? Atau lu pengen mewek sampe pagi di sini? Gue sih ogah ya, nungguin lo." cetus Aurora malas.

"Nggak pa-pa, nggak pa-pa Ghe. Lo nangis aja, gue yang tungguin. Gak bakal ninggalin, kita 'kan teman." ujar Ange melirik Aurora saat mengatakan kalimat tersebut.

Sedangkan Ghea berusaha kembali menenangkan dirinya. Berkali-kali ia menghela napas pelan, berusaha meredakkan tagisnya, "Kita bakal tetap ke club 'kok, gue nggak mau nangisin Gara dulu." ujar Ghea sembari menghapus jejak tangis pada pipinya.

Ange menyerit keningnya bingung, "Emang nangis bisa di pending ya?" gumam Ange.

"Ya udah cabut." ucap Ghea

Tanpa mengatakan apapun Aurora langsung saja menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Woi sialan! Yang benar dong lo." pekik Ange terkejut.

"Ya Tuhan tolong lindungin Ghea. Ghea masih sayang nyawa ya Tuhan." tutur Ghea merapalkan doa.

Dan tak butuh waktu lama untuk mereka sampai pada club tesebut. Ketiga gadis tersebut langsung saja memperlihatkan kartu identitas ilegal mereka, lalu masuk tanpa hambatan.

"Yang kek biasa 'kan?" ujar Aurora.

"Gue wine aja, nggak mau mabok gue." ujar Ange.

Aurora mala menatap Ange malas," Cupu, biasanya juga samaan kek gue." cibirnya.

"Oke Wine satu, Tequila satu, sama orange jusnya satu." ujar Aurora memastikan.

"Orange jus apaan! Nggak, nggak." tolak Ghea, " Gue pesan vodka." lanjutnya.

"Sok gaya lo vodka biasanya juga orange jus." cibir Ange.

"Nggak usah ngadi-ngadi deh Ghe, minum bir aja lu mampus pake segala pesan vodka." ucap Aurora.

"Ya udah sih, sekali doang 'kok," ucap Ghea.

"Gue nggak tanggung ya kalau lu mabok." ucap Aurora lalu berjalan kemeja betender, memesan minuman yang ke dua temannya sebut tadi.

Dan tak butuh waktu lama Aurora tiba dengan botol minuman yang ia pengang, menarunya di atas meja.

Semuanya masih berjalan dengan baik-baik saja, normal dan biasa-biasa saja. Namun saat Aurora beranjak dari meja, ikut menghamburkan diri pada ramainya dance floor.

Short Relationship [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang