Sudah lima belas menit gadis yang bernama Naurin Ange Cathyline masih setia pada aktivitasnya, berteduh di bawah pohon rindang guna menghalau matahari yang bisa saja membakar kulit mulusnya. Yah, gadis yang di sapa Ange ini memang sangat memperdulikan penampilannya, belum lagi ekskul yang ia ikuti selalu memprioritaskan penampilan.
"An, Ange." panggil gadis yang duduk di sampingnya sambil menarik-narik lengan seragam Ange.
"Apasih, Ghe?!" jawabnya ketus.
"Balik kelas yuk, udah mau bel nih." ujar Ghea teman seperjuangannya, baik dalam pelajaran mau pun percintaan.
Seperti sekarang ini. Untuk apa mereka repot-repot berjalan jauh dari kelas menuju lapangan, duduk di bawah pohon hanya untuk menunggu seseorang lewat.
"Bentar lagi Ghe, gue dari pagi gak liat dia. Lo mah enak kalau kangen bisa tuh kerumahnya, secarakan Gara anak teman nyokap lo." ujar Ange dengan bibir yang di kerutkan.
"Ange, kelas kita jauh, benaran." ujar Ghea lagi, ia tidak berbohong kelas mereka memang jauh dari lapangan. Berada paling ujung di bawah sana, ya maklum dua gadis ini penghuni kelas Xll IPS 2.
Ada yang pernah dengar bahwa anak IPA dan IPS itu sering kali tak akur?
Kebanyakan mungkin begitu, namun ada juga yang tidak. Tapi pada kenyataannya, situasi yang di alami Ange sekarang berbeda dari yang lainnya. Ia harus rela-rela memasuki kawasan anak IPA
For you information teritorial IPA di mulai dari lapangan basket hingga musolah. sedangan kawasan IPS di mulai dari lapangan futsal hingga ujung kanti bu Gendis, yang sering kali menjadi tempat membolos.
Banyak pasang mata yang menatap mereka berdua, tapi Ange tak merasa takut belum lagi Ghea anak pemilik dari sekolah ini 'kan, jadi siapa yang berani macam-macam.
Matanya dengan liar mencari sosok yang sedari tadi di tunggu dan, "Bacot Ghe, bacot. Doi tuh, 'kok Yayat gak bareng Gara sih? ya rugi dong gue pantengi dari sini." keluh Ange.
"Gara!" teriak Ghea lalu berdiri meninggalkan Ange, melihat tingkah sahabatnya itu berhasil membuat Ange berdecak kesal, pasalnya sedari tadi gadis itu merenge-renge minta pulang perkara kelas jauh dan juga bel yang sebentar lagi berbunyi. Namun, yang sekarang?-dengan tidak tahu dirinya Ghea meninggalkan Ange. Ia lebih dulu mencuri star, terbukti dengan apa yang Ange lihat sekarang, temannya itu sedang bergeleyut manja di tangan Gara yang mana membuat cowok itu risih.
"Halo mayoret, eh ada gitapati juga, pada nyari siapa nyari gue, ya?" ujar pria yang berdiri di samping Gara.
Ange yang di tinggal begitu saja menyusul Ghea, ia hanya ingin menanyakan keberadaan Yayat.
"Gara, nanti sibuk gak? balik bareng ya? ya ya ya?" ujar Ghea berusaha merayu Gara.
"Gak usah Ga, mau aja lo nebengin cewek pecicilan ini." ujar Ange mencebik ke arah Ghea. Biar saja, suruh siapa meninggalkan Ange tadi.
"Lo juga pecicilan ya, An." sarkas Ghea, Ange hanya mendelik kemudian kembali bertanya pada Gara di mana pujaan hatinya itu.
"Yayat kemana, Ga? dari tadi gue cariin gak ketemu-temu." ucap Ange.
"Dia nggak masuk, gue cabut dulu udah bel." ujar Gara berjalan pergi tanpa menghiraukan Ghea.
"Ga! aku gimana? Ga! Ish suka kebiasaan ya kamu, main ninggalin aja." teriak Ghea mencak-mencak di tempatnya.
"Terima nasib aja, sih." ujar Ange lalu berjalan meninggalkan Ghea yang masih sibuk meruntuki Gara.
Entah sudah kesekian kalinya Ange malakukan hal konyol hanya untuk melihat murid tampan penghuni kelas Xll IPA 3 yang sialnya lokasi kelas mereka bisa di katakan cukup jauh untuk ukuran spesies seperti Ange dan Ghea yang hobihnya rebahan dan mager.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Relationship [Hiatus]
Teen FictionDefinisi bego bagi kalian apa? Ange; "Mempertahannya sesuatu yang pada dasarnya tidak dapat di gengam, juga berjalan bersama." Yayat; "Dilepas nggak rela, dilanjutkan pun menyiksa." -Mereka beda, namun dengan perasaan yang sama-