Masa Putih Abu-Abu (Part 1

21 0 0
                                    

Juan Yudha Pradana berhasil memarkir sepeda motor hitamnya, lalu berjalan menuju kelas, lengkap dengan sebuah Hoodie berwarna maroon dan benda kecil yaitu sebuah earphone yang terpasang ditelinga kanan dan kirinya. Lorong demi lorong kelas ia lewati. Hingga dirinya tiba di sebuah kelas 11 IPA 1 seraya kedua kakinya itu tertambat pada kelas tersebut.
.
.
.
Tak lama kemudian, seorang perempuan berjalan dari luar kelas, membawa sekotak bekal entah untuk siapa. Tak menunggu lama, lalu

"Hai Juan." Ucap perempuan itu, ia tersenyum
Juan lalu melepas earphone yang sedari tadi masih terpasang itu.

"Fanny, ada apa?."

"Gue bawain sarapan buat lo, gue masak sendiri lho." Menyerahkan sekotak bekal itu kepada Juan.

"Wah, seharusnya lo gausah repot-repot kayak gini Fan."

"Gue akan kecewa lho, kalau lo gak mau nerima."

"Oke, gue terima ini. Thanks Fan."

"Sama-sama Juan. Oh iya, gue balik ke kelas dulu ya."

"Iya." Jawab Juan sambil tersenyum tipis.

Tak menunggu lama, beberapa kawan Juan berdatangan. Seperti biasa, mereka memang ramai. Jadi, baru datang pun terkadang sudah membuat seisi kelas jadi gaduh.

"Wiiihh pagi-pagi udah disamperin bidadari aja nih, Juan."

Juan hanya membalasnya dengan senyuman tipis, lalu lanjut mendengarkan musik melalui earphone.

"Fanny bawain apalagi tuh?."

"Belom gue buka, kalau lo mau, lo makan aja." Jawab Juan

"Widih katsu cuy katsu! Yakin lo gak mau?"

"Kayaknya lo lebih pengen dari pada gue, ya lo makan aja, abisin sekalian."

Akhirnya, yang menghabiskan makanan tersebut adalah beberapa kawan Juan. Omong-omong soal Fanny, Fanny adalah salah satu murid dari kelas IPS yang dari dulu sangat menyukai Juan, dia selalu melakukan beberapa usaha atas nama perasaannya tersebut. Fanny dikenal sebagai perempuan cantik, cerdas, aktif dan banyak disukai laki-laki di sekolah, tetapi pilihannya tak pernah berubah, selalu dan selalu kepada seorang manusia berhati dingin Juan Yudha Pradana. Entah apa yang membuat dirinya begitu mengagumi sosok Juan, padahal Fanny punya banyak pilihan jika dia mau. Fanny adalah salah satu dari beberapa perempuan yang mengagumi Juan. Sisanya, mungkin mengagumi dalam diam, atau tak terungkap sama sekali.
.
.
.

Hari ini, adalah hari pertama Edelweis sekolah di sekolahan yang baru. Pemberhentian bis yang ia tumpangi tepat pada depan pintu gerbang sekolahnya. Ia menatap sekelilin, juga memandangi sekolah itu dengan mata yang berbinar-binar. Segera ia memasuki area sekolah. Beberapa siswa menatap Edelweis. Mungkin karena asing, tak pernah melihat dirinya sebelumnya. Beberapa acuh, beberapa lagi menatap Edelweis seolah penasaran. Edelweis tetap melanjutkan langkah kakinya.
.
.
.

Waktu bergerak, hingga tiba saatnya bel berbunyi, semua siswa memasuki ruang kelas masing-masing. Sementara itu, Edelweis masih berdiri di depan ruang guru. Katanya sih, ia janjian dengan wali kelasnya.

"Edelweis ya?" Sapa salah satu guru.

"Iya, Bu."

"Saya Bu Dina. Wali kelas IPS 1."

"Alhamdulillah. Jadi, kita bisa masuk kelas sekarang kan Bu?"

"Tentu dong."

.
.
.

Akhirnya, langkah mereka pun terhenti pada kelas tersebut. Bu Dina memberi tahu kepada seluruh siswanya bahwa kelas mereka kedatangan anggota baru.

Secantik Edelweis (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang