27. Lo Ngigau

349 54 164
                                    

Setelah setengah jam menunggu akhirnya dokter yang menangani Maya keluar dari ruangan UGD dan menemui Angkasa yang sedang duduk di kursi tunggu. Biasanya ketua OSIS yang satu selalu galak dengan Maya, entah mengapa hari ini dia merasa jika Maya benar-benar membutuhkan pertolongannya.

"Adik keluarganya pasien yang bernama Maya?" sapa Dokter yang baru keluar dari ruangan UGD.

"Bukan Dok, saya teman sekelasnya. Tadi dia pingsan tergeletak di jalan. Teman saya sakit apa Dok?" tanya Angkasa antusias.

"Tenang saja temanmu baik-baik saja, dia hanya kurang istirahat, dan sepertinya dia belum makan," terang Dokter lelaki berkacamata itu.

"Terima kasih Dokter, apa saya boleh menemuinya?" tanya Angkasa.

"Boleh silakan, kalau dia sudah sadar sudah bisa pulang."

"Baik terima kasih Dokter," jawab Angkasa.

Setelah Dokter berlalu Angkasa beranjak masuk ke ruangan tempat Maya diperiksa tadi. Angkasa melihat Maya masih tertidur. Untung saja selama Maya diperiksa Angkasa sudah memesan makanan dengan bantuan ojek on-line. Jadi setelah Maya sadar Angkasa bisa memaksa Maya untuk makan. Jika Maya menolak Angkasa bisa mengeluarkan jurus andalannya yaitu wajah jahat yang selama ini ditakuti Maya.

Angkasa mendekat ke tempat tidur Maya dan melihat gadis paling ceria satu sekolahan itu tertidur dengan kondisi yang memprihatinkan, lantas Angkasa menjadi iba. Apalagi setelah Maya menyebut nama Java dan Zeyeng berulang-ulang dalam tidurnya.

"Kasihan amat lo Mak Lampir! Lo betul-betul mencintai Zeyeng lo itu, sementara Zeyeng lo nyuekin lo! Yang sabar lo Mak Lampir," kata Angkasa lirih.

Maya masih dalam kondisi tertidur akibat pingsan tadi. Angkasa sangat prihatin dengan kondisi Maya, Maya seperti Juliet yang ditinggal mati Romeo. Angkasa menyentuh kening Maya dan ternyata demamnya sudah turun. Paling tidak Angkasa cukup lega dengan peningkatan kondisi Maya ini.

"Gue minta maaf Mak Lampir, gue pernah jahat sama lo. Melihat lo memprihatinkan begini, manggil-manggil Zeyenglo begini gue jadi kasian sama lo!" lirih Angkasa.

"Zeyeng..." kata Maya kembali.

"Nah kan! Lo cinta banget sama Zeyeng lo itu dari tadi manggil-manggil terus. Untung lo enggak manggil-manggil nama gue, bisa ngerasa bersalah gue kalau lo manggil-manggil nama gue," sambung Angkasa.

Angkasa berjalan ke ujung tempat tidur Maya dan bersandar ujung di tempat tidur membelakangi Maya. Ia merasa tidak tega membangunkan Maya dalam keadaan seperti ini, walau sebenarnya Angkasa ingin sekali pulang ke rumah.

****

Beberapa saat kemudian Maya pun akhirnya bangun dari tidurnya. Mata Maya terlihat memerah dikarenakan sebelum pingsan ia menangis sejadi-jadinya. Maya juga terheran-heran ia sedang berada di mana? Seingatnya ia terakhir berada di trotoar dekat restoran siap saji Mc M. Di hadapannya Maya menangkap sosok pria tinggi berkemeja hitam yang sedang membelakanginya.

"Zee Zeyeng!" panggil Maya.

Pria itu menoleh ke belakang dan berkata, "lo udah sadar?"

"Zeyeng itu kamu?" kata Maya ragu-ragu karena kepalanya masih terasa pusing penghilatannya masih samar-samar.

"Gue bukan Java, gue Angkasa!"

"Hah, elo. Kok lo tau sih, kalau Zeyeng itu Java!"

"Gila aja ya, selama lo pingsan lo sebut-sebut nama itu bergantian untung lo gak nyebut nama gue bisa dituntut gue," jawab Angkasa.

"Lebay amat lo Ang!"

"Halah."

"Ang, gue di mana ni?" tanya Maya sambil memperhatikan sekeliling.

"Kuburan!" jawab Angkasa cuek.

"Lo seriusan dikit napa sih Ang!" protes Maya.

"Di rumah sakit! Tadi lo pingsan di jalan! Untung ketemu gue!" cerita Angkasa.

"Lo nolong gue? Ya wajar aja tugas lo sebagai Ketos itu harus nolongin warga sekolah!"

"Lo kenapa sih pingsan, hujan lebat malah pingsan," tanyaAngkasa.

Maya tak menjawab, tatapannya kosong mengingat kejadian pemasangan kalung tadi. Sakit sekali rasanya jika mengingat itu, setelah itu ia pingsan dan yang menolongnya justru Angkasa.

"Ni, makan dulu. Kata dokter lo belom makan dan kurang istirahat," kata Angkasa sembari memberikan bungkusan makanan cepat saji yang ia pesan online di Mc M.

Melihat merek makanan yang diberikan Angkasa hati Maya semakin sakit, ia ingat Mc M adalah tempat di mana Java memasangkan kalung pada Aisyah, tempat Java bermesraan bersama Aisyah. Tiba-tiba air mata Maya kembali menetes.

"Hiks hiks," tangis Maya kembali berderai.

"Yah yah yah, jangan nangis dong!"

Maya menyeka air matanya dengan tangannya.

"Mak Lampir jangan nangis dong, ini rumah sakit ntar gue dikira macem-macemin lo lagi" protes Angkasa.

Maya masih terlihat sedih ia masih terdiam dengan air mata yang ia coba tahan. Lalu ia bangun dari posisi berbaringnya dan mencoba duduk.

"Buruan makan, gue belikan lo burger, menjelang lo pulang," kata Angkasa sambil membuka bungkusan kertas penutup burger.

"Enggak, gue masih kenyang!" kata Maya tanpa dosa.

"Kampret lo, udah pingsan masih juga bilang masih kenyang," kata Angkasa sambil melotot setelah itu ia menyodorkan burger yang sebelumnya ia bukakan bungkusnya.

Maya mengambil burger yang disodorkan Angkasa lalu memakan habis burger itu dan meminum air mineral yang sebelumnya diletakkan Angkasa di tempat tidur. Maya memang tadinya mau makan di Mc M, karena melihat Java dan Aisyah ia mengurungkan niatnya hingga ia pingsan.

"Oi, Mak lampir lo kenapa sih sampai pingsan?"

"Ya gue kurang sehat aja," jawab Maya singkat.

"Halah lo, tanpa lo cerita gue udah bisa nebak lo pingsan kenapa?" sambung Angkasa.

"Kan lo udah tau gue pingsan karena belom makan,"kilah Maya.

"Udah deh, lo pingsan karena Zeyeng lo itu jalan bareng Aisyah kan?" tebak Angkasa.

Maya diam tak menjawab Maya tak ingin bercerita terus terang apa yang Maya lihat dengan mata kepalanya sendiri adegan romantis Java memasangkan kalung ke leher Aisyah. Maya juga tak ingin menambah masalah dengan bercerita tentang kejadian romantis di restoran cepat saji tadi. Maya pun tak ingin Angkasa menjadi marah besar. Bagi Maya cukup dia saja yang menderita, dia tak ingin membawa-bawa orang lain.

****

Akhirnya Angkasa mengantar Maya pulang ke rumahnya. Tadinya harapan Angkasa adalah Aisyah cewek pertama yang naik di mobil barunya ternyata sirna. Cewek pertama yang naik mobil barunya justru Maya, walau ini semua adalah kebetulan.

Sambil menunggu Mami Maya membukakan pintu Angkasa bersandari di mobilnya.

"Mak Lampir," panggil Angkasa.

Maya menoleh tanpa menjawab.

"Gue minta maaf, gue pernah jahat sama lo!" kata Angkasa.

Maya tersenyum dan menjawab, "santai aja, gue sadar kok kalau dulu gue nyebelin banget, dan bikin lo sebel."

Angkasa terkekeh lantas ia berkata," May, cinta itu enggak bisa dipaksain, lo juga harus tau itu."

"Iya Ang,"jawab Maya.

Tak beberapa lama Mami keeluar rumah dan membukakan pagar.

"Anak Mami sudah pulang?"

"Iya Mam, oh iya Mam ini Angkasa teman sekelas Maya," Maya memperkenalkan Angkasa.

Angkasa tersenyum dan menyalami Mami dan mencium tangan Mami.

"Ayo nak masuk dulu," ajak Mami.

"Maaf tante, Angkasa Cuma nganterin Maya aja, Angkasa juga buru-buru mau pulang, takut kemalaman."

"Ya sudah, hati-hati di jalan ya Angkasa," kata Mami.

"Iya Tante, May, gue pulang dulu," pamit Angkasa.

"Iya Ang, thanks banget ya," kata Maya.

Beberapa detik kemudian Angkasa berlalu pergi dengan mobilnya. Maya pun diberondongi pertanyaan oleh Maminya.

"Loh, bukannya kamu pergi sama Ja apa Java kok malah sama Angkasa," tanya Mami.

"Ya gitu lah Mam, tadi kebetulan ketemu Angkasa aja Mam," jawab Maya.

"Oh iya tadi ada yang nyari kamu," kata Mami.

"Hah, siapa?"

"Mami lupa nanya namanya, ciri-cirinya pake kacamata, tinggi, ganteng juga."

"Masih peduli kamu samaku Zeyeng? Bukannya kamu lagi happy-happy sama Aisyah," batin Maya.

"Oh, biarin aja Mam," jawab Maya.

"Kayaknya dia agak khawatir gitu," sambung Mami.

"Enggak apa-apa Mam, Maya enggak apa-apa kok," kata Maya menenangkan.


Hai gaes... ketemu lagi, kali ini ceritanya tentang kejadian setelah Angkasa menolong Maya.

Ok, sekian dulu part 27, seperti part sebelumnya yang kurang lucu, karena kuta masuk ke tahap penyelesaian masalah, di sini Angkasa udah minta maaf sama Maya karena jahat. Di part 1 aku ceritain gimana jahatnya Angkasa menolak Maya karena sebelum suka sama Java Maya memang pernah suka sama Angkasa.

Ok makasih buat para sahabat dan pembaca iklas, makasih buat yang ramein, makasih juga buat yang cuma scrol-scrol aja... semuanya udah mendukung tulisan ini, sampai ketemu rabu see you bye...





When Maya Meet JavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang