20.Cubitan Pipi

382 60 301
                                    

Bunda telah memaksa Java mengantar Maya. Ternyata dugaan ibu memang selalu benar, buktinya hujan turun dengan derasnya. Untung saja Bunda memaksa Java mengantar Maya dengan mobil Fortuner Bunda, kalau tidak menuruti kata-kata Bunda, mereka sudah pasti kehujanan.

Penampilan Java ketika mengantar Maya pulang sangat memukau. Pemuda kelas satu sekolah menengah atas itu menggunakan topi hitam. Penampilan sedikit berbeda ini membuat Maya susah untuk berpaling melihat keluar jendela. Maya merasa sangat rugi kalau menyia-nyiakan kesempatan emas duduk di sebelah Java sambil memperhatikan Java menyetir. Ini kesempatan yang amat sangat langka.

Kini Maya dan Java berada dalam satu mobil dan Java yang menyetir mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Maya dan Java berada dalam satu mobil dan Java yang menyetir mobil. Lengkap sudah kebaikan yang telah Java lakukan hari ini, selain menjadi guru les dia juga mengantar Maya pulang. Walau Java mengantar Maya belum tentu dengan rasa iklas.

"Dari tadi perhatiin Java terus!" protes Java dalam konsentrasinya menyetir.

"Nggak boleh ya Zeyeng? " tanya Maya.

"Nggak boleh Kak!"

"Ih, Zeyeng. Lihatin dia gak boleh, mikirin dia juga gak boleh, padahal suasana romantis gini!" gerutu Maya.

"Dimana romantisnya Kak, biasa aja kok?" Java kembali bertanya.

"Romantis dong Zeyeng, buktinya kita berdua berada di tengah hujan," kata Maya dengan mata berbinar-binar.

"Enggak kok Kak, kita berada di dalam mobil, enggak kena hujan juga kok!" ralat Java.

"Ah Zeyeng, bilang aja Romantis kenapa sih Zeyeng!"

"YA udah, ROMANTIS WAYOU!!!" kata Java terpaksa.

"Ih, Zeyeng pakai wayou segala ih."

Java tak menjawab perkataan Maya, ia memilih tidak menanggapi.

****

Beberapa lama ketika Maya dan Java terdiam, Java berinisiatif memutar music player mobil. Dan lagu-lagu klasik pun mengiringi keheningan mereka berdua. Java memandang sejenak Maya yang ada di sebelahnya. Maya ternyata masih memandangi wajah Java sambil tersenyum-senyum simpul.

"Ya udah belok mana nih kak?" tanya Java meminta petunjuk untuk menuju ke rumah Maya.

"Belok kiri, Zeyeng," kata Maya tanpa memperhatikan Jalan, tatapan matanya masih kosong dan terfokus pada wajah Java.

"Lalu belok kemana lagi Kak?" kata Java .

"Belok ke hatimu," kata Maya masih dengan tatapan kosong.

Java menghetikan mobilnya.

"Kakak serius dong, dari tadi muter-muter nggak nyampe-nyampe rumah Kakak," protes Java.

"Ini udah Zeyeng."

"Makanya perhatiin Jalan Kak, jangan perhatikan muka Java."

"Iya, iya Zeyeng. Maaf!"

When Maya Meet JavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang