43. When Maya Meet Zeyeng

247 26 147
                                    

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Java memang benar-benar mencari Maya di tempat yang disampaikan Maya kemarin. Maya tidak mendetailkan tempatnya, tapi Java sangat hapal kalau tempat itu adalah pantai yang pernah mereka kunjungi sebelumnya. Ketika baru menginjakkan kakinya di pantai itu Java langsung tersenyum manis, ia ingat saat itu Maya menyuruhnya tutup mata dan Java menegaskan Maya agar tidak berbuat maca-macam pada dirinya.

Java datang sendirian, sebenarnya ia lupa jalan menuju pantai itu, sebab waktu itu Maya memintanya untuk menutup mata. Dengan modal nekat dan coba-coba jalan akhirnya ia sampai di pantai yang sangat indah itu. Matanya menyisir pantai di setiap ada orang duduk ia lihat siapa tahu ia menemukan Maya.

Sekitar tiga puluh menit mencari keberadaan Maya akhirnya Java menemukan gadis itu duduk di batu-batu pantai yang disusun mengarah ke tepi laut. Batu itu sengaja disusun untuk duduk manis menatap laut. Sama seperti Maya ia duduk menatap laut, lebih tepatnya ia menatap masa depannya dan menanti seseorang memanggil namanya dan mengajaknya pulang.

Pelan-pelan Java berjalan menuju Maya yang masih menatap lautan. Java mengentikan langkahnya untuk membuka kacamata gagang hitamnya dan menyimpannya ke dalam tas ranselnya. Java memang sengaja membuka kacamata dan membuat Maya makin deg-degan dan makin suka tentunya.

"Zeyeng!" Java lagi-lagi memanggil Maya dengan sebutan Zeyeng, padahal panggilan itu seharusnya untuk dirinya.

Maya menoleh dan kaget ternyata pujaan hatinya memang benar-benar datang menemuinya. Ternyata memang benar Java menyukainya, ia bahkan ingat dengan tempat ini. tempat di mana Maya memaksa Java menjadi pacarnya. Tempat di mana Java menjanjikan les matematika 2 minggu sebagai ganti tak mau menjadi pacarnya.

"Ternyata kamu datang dan ingat tempat ini!" kata Maya lirih.

"Tempat ini akan selalu menjadi kenangan, di sini adalah tempat di mana seseorang memaksaku menjadi pacarnya. Kalau tidak disanggupi ia tidak mau pulang. Dan sejak itu hidupku berubah total kadang kesal, senang, dan bahkan sejak dari sini aku bisa merasakan yang namanya rindu!" kata Java panjang lebar dengan niat merayu Maya.

"Kamu nyesel ketemu sama aku? Aku inget kamu ngerokok gara-gara aku bahkan membolos. Hal yang belum pernah kamu lakuin kan?" kata Maya.

"Ketemu kamu adalah sesuatu yang enggak pernah kusesali, aku justru merasa hidupku makin berwarna," kilah Java dengan nada sok romantis.

Java mengulurkan tangannya untuk membantu Maya berdiri. Ia ingin berjalan berdua di pantai dan ingin menggandeng tangan gadis itu. Sebelumnya ia memang menolak mentah-mentah permintaan gandengan tangan gadis itu.

"Kamu iklas?" tanyaMaya.

"Iklas dong! Cinta dan keiklasan batasnya tipis," jawab Java.

"Kamu sok puitis Jav!" kata Maya setelah meraih tangan Java dan berdiri.

"Kita pulang yuk! Aku bakalan ngasih les matematika sampai kamu gak mau les lagi," ajak Java.

"Aku gak mau, aku kan udah mau kelas XII, aku les matematikanya sama Pak Rafles langsung," kilah Maya.

"Terserah kamu deh, tapi kamu pacarannya tetap sama aku kan?" tanya Java meyakinkan.

Maya hanya tersenyum kecut, sejak belakangan ini ia memang terkesan jual mahal. Sejak kekecewaanya di Mc.D Maya kerap menghindar dan jual mahal. Padahal hatinya benar-benar bersorak kegirangan, rasanya ia ingin meloncat-loncat dan berteriak YES, akhirnya aku jadi pacar Java. Sebuah usaha yang keras dan membuahkan hasil.

"Ayo kita pulang, supaya aku jadi pacar kamu. Aku janji enggak akan ganti dengan les matematika!" kata Java tersenyum jahil.

"Pulang aja sendiri!" jawab Maya masih mengerjai Java.

When Maya Meet JavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang