36. Gue Sayang Maya

310 43 189
                                    

Pukul tujuh lewat Java baru sampai rumahnya. Ia disibukkan dengan aktivitas padatnya yang bukan hanya belajar di sekolah saja. Begitu sampai di rumah Java langsung uring-uringan, ia menahan kekesalannya sejak di sekolah tadi. Apalagi melihat Kay yang terlalu akrab dengan Maya. Mengapa seenaknya Kay merebut jatah kotak bekal yang seharusnya menjadi miliknya itu. Mengapa harus Kay? Kay, Kay dan Kay yang saat ini di dekat Maya. Mengapa justru ketika Maya menjauh dia makin sering memikirkan Maya? Mengapa rasanya sepi saat Maya tidak menjahilinya.

Begitu masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua, kebiasaan buruknya langsung muncul bila ia sedang kesal. Kebiasaan buruk itu tak lain adalah asal melemparkan sepatu sekolahnya.

"Ugh!" Java melempar sepatu sebelah kanannya, tanpa ia sadari sepatu itu sampai ke atas lemari bajunya.

"Ugh! Java melempar sepatu sebelah kirinya, lagi -lagi ia tak tahu kalau sepatu itu mendarat dan masuk ke tong sampah yang ada di kamarnya.

Lalu ia merebahkan tubuhnya ke tempat tidur single miliknya dengan mata menatap ke atas langit-langit. Sebenarnya Java tak pernah berpikiran untuk pacaran, dalam pikirannya hanyalah belajar, namun Maya telah menghancurkan semuanya. Dan kini sepertinya ia sangat ingin berada di dekat Maya, ia ingin memiliki kehidupan percintaan seperti Angkasa dan Aisyah. Kehidupan percintaan yang sangat romantis.

Jika beberapa waktu yang lalu Java memikirkan dirinya menyukai Aisyah, namun ternyata tidak. Ia merasa dua kali jalan dengan Aisyah tapi tak menemukan "Greget" yang memacu adrenalinnya. Entah mengapa Java merasa jalan dengan Maya di pantai justru lebih seru. Saat ia mengajari Maya matematika ia menjadi sering senyum karena banyak hal lucu yang di tunjukkan Maya. Walau ia mencoba bersikap netral tapi dalam hatinya ia ingin tertawa melihat tingkah laku Maya yang lucu.

Maya bukan pilihan buruk, gadis itu cukup memenuhi standar cewek manis saat tanpa make-up menornya. Java melihatnya beberapa hari ini tanpa make-up dan itu justru membuatnya sadar kalau Maya memang manis kalau diperhatikan baik-baik. Belum lagi masakan Maya yang dinilai enak, bercitarasa yang khas dan selalu membuat rindu untuk memakannya kembali.

Maya menjadi saksi bahwa hidupnya menjadi berwarna dan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ia lakukan, seperti membolos, masuk club malam, masuk ruang kepala sekolah, orangtua dipanggil ke sekolah, berkelahi dengan Angkasa, dan yang lebih penting Java setidaknya Java pernah jalan dengan Aisyah hanya untuk meyakinkan perasaanya pada Aisyah. Teryata antara hati dan kemauannya jauh berbeda, saat egonya mengakui menyukai Aisyah yang notabene disukai semua cowok-cowok ternyata hatinya jauh menginginkan Maya di sampingnya agar bisa bercanda kapanpun.

Butuh berminggu-minggu untuk menyadarkan perasaannya pada gadis itu. Butuh berming-minggu untuk menyadari kalau dirinya dan Maya memiliki kesempatan besar untuk berbagi. Butuh bermingu-minggu untuk menyadari apa arti rindu yang sesungguhnya.

Java masih berada di atas tempat tidurnya dan masih memandang langit-langit kamarnya. Rasanya ia lelah sekali namun pikiran tentang Maya masih berputar-putar di kepalanya. Ia tak tahu bagaimana supaya kembali dekat dengan Maya. Ia sudah minta maaf dan tentu dimaafkan oleh Maya hanya saja gadis itu sepertinya masih menghindari dirinya.

Java menyesal hari itu lupa dengan ajakan Maya nonton di bioskop, mungkin karena Maya merasa tersakiti gadis itu mundur teratur dari dirinya. Java kembali mengingat-ingat bagaimana dia menolak Maya dengan berbagai alasan.

"Berkali-kali aku menolakmu, sekalinya kamu tolak rasanya sedih sekali. Aku mulai paham betapa sedihnya kamu ketika berkali-kali ku tolak, Maya," akhirnya bibir Java menyebut nama itu.

Java tak berhenti-hentinya mengulang memori kebersamaannya bersama Maya memang rasanya bermacam-macam kadang senang dan ingin menahan tawa dan kadang kesal karena ulah Maya yang menyebalkan. Tetapi Java sadar jika terkadang hal yang menyebalkan akan menjadi kenangan yang lucu.

****
Sampai tengah malam mata Java belum bisa dipejamkan, ia sudah berkali-kali untuk mencobanya tapi hasilnya nihil. Ia mencoba untuk bermain game on-line tapi bosan, ia mencoba membahas soal matematika, fisika dan kimia tapi masih tetap bosan, akhirnya ia mencoba untuk memberanikan mengetikkan chat kepada Maya.

Setelah mengetik kata sapaan lantas ia menghapus semua. Nyalinya terlalu ciut jika menyampaikan uneg-uneg hanya lewat chat sudah pasti Maya hanya membacanya saja. Java meletakkan ke atas meja belajarnya.

Sebenarnya sejak Maya menjauhinya ia sangat merasa kesepian. Tadinya ia berpikir kalau jauh dari Maya hidupnya akan tenang, tapi kenyataannya ia merasa sepi. Beberapa hari ini ia mencoba mengusir rasa sepinya dengan serius belajar dan aktivitas lainnya tapi hasilnya nihil.

Selama beberapa minggu betapa ia terbiasa dengan sikap Maya, candaannya, manjanya, rayuannya dan panggilan Zeyengnya. Java awalnya merasa risih dan terganggu tapi entah mengapa sejak Maya menghindarinya ia justru rindu.

"Maya, gue sayang sama lo," gumamnya.

"Tapi gimana caranya supaya lo enggak menghindar dari gue lagi?"

"Lo telah berhasil mengisi hati gue, dan ketika lo menjauh gue ngerasa hampa," kata Java masih dengan termenung di kamarnya.

Java ingin mendapatkan Maya kembali setelah sebelumnya ia berusaha untuk menghindar dari Maya. Ia memikirkan hal itu hingga tertidur.

Keesokan harinya

"Bunda lihat sepatu Java sebelah kiri nggak?" pekik Java dari atas lantai dua.

"Cari dalam tong sampah, kali aja masuk!" jawab Bunda tajam.

Hai gaess makasih udah mampir dan feedback. Bila belum feedback silahkan feedback, aku bakalan auto back ke workmu.

Makasih ya gaess... Udah bertahan membaca when maya meet java yg udah part 36. Btw ini part yang paling sedikit rencananya mau aq gabung dengan part setelahnya tapi aq urungkan...

Makasih semuanya....

When Maya Meet JavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang