Atmosfer ruangan tiba-tiba terasa dingin, sedingin hatiku saat ini. Aku mulai gugup dan berusaha mengumpulkan keberanianku kembali.
Ku hentikan makanku dan ku benarkan posisi dudukku senyaman mungkin agar aku bisa mengeluarkan semua yang ku rasakan.
Aku menarik nafas dan juga mengumpulkan semua keberanianku untuk memulainya.
“Hufff, Fero?”
“Ia?” Tatap Fero sekilas dan melanjutkan kembali makannya.
“Aku pengen ngomong sesuatu yang serius sama kamu.” dengan jantung yang tak karuan ku ucapkan kata demi kata yang sudah ku persiapkan dari dulu.
Fero menatapku tajam dan memperbaikki posisi duduknya karena menangap kegugupan dan
keseriusan di mataku.“Ia? Apa?” tanya Fero penasaran.
“Aku datang kesini, kamu tahu kan kalau aku punya tujuan jelas?”
“Emm.” jawab Fero singkat.
“Aku udah capek, aku udah capek ke umbang-ambing di lautan asmara di antara hubungan kita yang nggak pasti ini. Hubungan yang nggak punya arah. Hubungan yang dekat tapi terpisah jauh karena perbedaan yang cukup besar. Aku capek Fer.” ucapku dengan perasaan mulai lepas dan tenang.
“Jadi kamu butuh kepastian?” tanya Fero singkat.
“Emm,” balasku menunduk
“Will you marrie me?” tanya Fero tegas dan tulus.
Sebuah kalimat yang sangat indah keluar dari mulut seseorang yang benar-benar ku sayangi.
Mataku membulat kaget, detak jantungku semakin tak karuan, waktu terasa berhenti sesaat, membiarkanku merasakan kebahagiaan.
Aku menatapnya tajam, matanya penuh ketulusan dan pengharapan, mengharapkanku mengatakan, 'Yes, I will'. Otakku berkata hal yang sama dengan apa yang ia harapkan, tapi hatiku berguncang mengigat kembali perbedaanku dengan dia.
Rasanya tidak mungkin aku menerimanya tapi bagaimana mungkin aku melepaskannya.
“A..a..apa? Tapi gimana caranya?” ucapku terbata-bata.
“Gampang, kamu ikut sama aku.” Jawab Fero.
“Maksud kamu?” tanya ku binggung mendengar jawaban Fero.
“Kamu ikut ke dunia aku, tinggalin dunia kamu. Kita mulai hal yang baru sama-sama.” jelas Fero singkat tapi sangan menyakitkan di telingaku hingga membuat hatiku rasanya tersayat.
“Maksud kamu, kamu pengen aku pindah ke agama kamu? Ia?” ucapku dengan nada sedikit ku tekan karena hatiku mulai tak setuju.
“Ia.Lalu apa lagi? Kita nggak akan bisa sama-sama kalo kita nggak sama!”
Telingaku memanas mendengar kata-demi kata yang keluar dari mulut Fero.
Sebuah kalimat
yang indah awalnya, berakhir menjadi sebuah kekacauan dalam hatiku karena kalimat yang sangat
indah itu. Kalimat yang membuat perdebatan antara Aku dan Fero untuk pertama kalinya dan sungguh
perdebatan yang sangat besar.“J..ja..jadi kamu pengen kita sama dengan cara aku ninggalin agama aku? Gitu?” dengan susah payah aku mengontrol perasaanku yang mulai kacau.
“Ia!” Jawab Fero singkat.
Aku segera bangkit dari kursiku dan berdiri dengan amarah di hadapannya.
“Kamu gila ya? Kamu pikir aku bakalan ngelakuin itu? Hah?” bentakku dengan nada tinggi,
membuat orang-orang memandang ke arah kami, tapi aku sama sekali tidak memedulikannya.Fero masih duduk tenang dihadapanku sambil melihat bola mataku yang penuh api
kemaranan,“Jadi apa? Kamu kesini juga pengen bawa aku ke agama kamu kan? Jadi sama aja. Aku atau kamu yang pindah, nggak ada bedanya.”, tambahnya.
Aku tak percaya mendengar ucapan Fero. Ia benar-benar berubah 180°
dengan Fero yang kukenal selama dua tahun terakhir ini. Apa ini watak aslinya?Aku menyeka keringat yang mulai bercucuran di dahi ku dan berusaha agar tetap bersikap tenang.
“Sama aja? Kamu pikir sama? Kamu nggak pake otak hah? Aku bener-bener nggak percaya
Fero yang aku kenal udah nggak sama, sama dua tahun yang lalu.Aku kecewa.”, setelah melampiaskan sedikit amarahku aku segera berlari keluar restaurant meninggalkan
Fero.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why It Has To Be You ?
RandomJika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, Menyayangimu adalah sebuah penghinaan, dan Mencintaimu adalah sebuah dosa, lalu unuk apa Tuhan mempertemukanku denganmu? Untuk alasan apa? *** Bagaimana rasanya menjalin hubungan dengan seseorang yang ama...