Eiffel

52 5 0
                                    

Menara Eiffel menyambutku dengan hembusan angina dingin yang bersahabat, langit Paris
sendu menjadi payunganku di hari pertamaku di kota ini.

Es cream di tanganku mulai raup oleh mulut kecilku yang tak berhenti memakannya.

Fero dengan setia mendampingiku dengan koper ku yang tidak terlalu besar.

“Kau ingin ke sana?” tunjuk Fero ke menara yang kokoh berdiri di hadapan kami.

“Tidak, jangan hari ini, aku lelah.” tolakku halus padanya.

“Baik, besok saja. Kalau begitu sekarang kita ke hotel kau sudah tampak lelah sekali, matamu hampir seperti panda yang ada di kebun binatang Australia.” ledeknya padaku.

“Biarin, tapi kamu tetep sayang. uweee” ledekku balik padanya.

Aku dan Fero menuju salah satu hotel terdekat dari Eiffel agar aku dapat melihat menara itu kapanku.

Fero memesan satu kamar untukku di lantai 10, selesai mengurus semua pembayaran, Fero mengantarku ke depan kamar hotel.

“Sampai sini yah! Apartemenku tidak jauh dari sini, hanya beberapa blok. Jika kau butuh waktu telpon aku segera. Oke!” jelas Fero.

“Ia, kalau begitu aku masuk dulu, mau shalat.” jawabku pada orang yang tak tahu apa-apa mengenai ibadah yang akan ku lakukan.

“Besok, aku akan menjemputmu disini. Dah, bonsoir. Good night” pamit Fero meninggalkanku menuju lift.

Aku membuka pintu kamar hotelku, menjelajahi seluruh ruangan yang bernuansa modern klasik ini.

Fero benar-benar tahu selera ku.Aku menghempaskan tubuhku ke kasur putih empuk dikamar ini dan melepas jilbabku dan membuat rambutku terurai panjang. Setelah beberapa menit membaringkan tubuhku aku bergegas ke toilet untuk mengambil wudhu dan melaksanakan
kewajibanku.

Setelah shalat, aku membereskan koperku dan memasukkan semua bajuku ke lemari dengan rapi. Tak banyak baju yang ku bawa, karena aku tak lama di kota ini. Setelah itu aku memesan makanan pada petugas hotel, tapi cukup susah mencari makanan halal di tempat ini. Hingga ku putuskan untuk keluar di malam kota Paris menuju apartemen Fero. Dengan harapan ia dapat membantuku mendapatkan makanan malam ini.

'Ting tongg'

Ku pencet bell yang ada pada pintu apartemen Fero. Tak lama ia datang dengan wajah basah, dan handuk di pundaknya.

“Kau baru selesai mandi?” tanyaku padanya.

“Emm, ia. Ayo masuk.” pintanya padaku dan berlalu meninggalkanku.

Aku mengikutinya dari belakang dan duduk di sofa hitam empuk. Fero datang padaku dengan secangkir coklat panas di tangannya dan menyodorkannya padaku.

“Emmm, coklat. Yummy” langsung ku minum coklat panas yang ada di tanganku ini.

“Kamu ngapain kesini? Kangen?” tanya Fero.

“Ia, kangen, banget.Nggak boleh?” ledekku.

“Boleh lah, masa nggak.” kata Fero pelan dengan mata tajam hangat menatapku. Tatapan yang sangat ku rindukan, tiba-tiba aku tersadar dan segera berdiri.

“Fer, temenin aku cari makan, aku lapar. Yang halal yah.Cepet pake mentelnya” usirku padanya menyuruhnya menuju kamar.

“Iaiai” gegas Fero masuk ke kamarnya.
Aku dan Fero berjalan di tengah malam kota Paris dan menuju salah satu coffe di pinggir jalan. Kami duduk di tengah-tengah orang yang lahap menyantap makan malam mereka.

“Apa disini halal?” tanyaku cemas.

“Ia, kamu nggak liat di depan ad lebel halal? serius?” tanyaa Fero bingung.

“Nggak, soalnya tadi aku Cuma liati kamu.” gombalku padanya, yang membuat ia tersipu malu.

Tak lama pelayan datang dengan makanan ala Prancis di tangannya. Aku dan Fero menikmati makan malam pertama bersama setelah beberapa lama tak berjumpa. Hatiku benar-benar bahagia, rasanya ingin ku hentikan waktu.

Bercanda, tertawa bersamanya merupakan hal yang benar-benar tak ingin ku tinggalkan, entah bagaimana jika harus berpisah dengannya, aku tak tahu.

Setelah makan malam selesai, Fero mengantarku ke hotel tempatku menginap kemudian ia
bergegas pulang karena harus mengerjakan tugas kuliahnya.

Aku menuju kamar hotelku dan
merampas handphone yang tergeletak di meja kecil.Ku lihat foto-foto kebersamaan ku dengan Fero, sesekali aku tertawa geli.

“Ya Allah, mudah-mudahan dia yang terbaik.” do'aku kepana Tuhan.

Aku bersembuyi di balik selimut hangat dan tidur menanti pagi di kota Paris.

Why It Has To Be You ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang