"Gue nggak mau berteman sama cowok. Apalagi cowok nyebelin kayak lo." ketus Fisya, cowok ini sepertinya memang tak bisa diajak bicara baik-baik.
"Ngangenin, bukan nyebelin."
Fisya memutar bola matanya dengan kesal, "terserah apa kata lo, tapi jangan harap gue mau berteman sama lo."
Rey tertawa kecil, "kalo nggak mau jadi temen, terus lo maunya jadi apa? Pacar gue?" ia memainkan kedua alisnya, yang sukses membuat Fisya tambah gusar.
"Nggak usah ngarep! Jadi temen aja nggak mau, apalagi jadi pacar lo." lugas Fisya, dan kembali memakan seblaknya dengan wajah yang super duper kesal.
Walaupun laki-laki di sebelahnya ini menyebalkan, tak ikhlas rasanya jika ia harus meninggalkan seblak yang super duper enak ini hanya karena ingin menjauh darinya.
"Kita lihat aja nanti." Ucap Rey dengan senyum miringnya.
Mengapa ia terdengar sangat Pede? Mana mungkin seorang Rafisya R. tertarik pada laki-laki? Apalagi, yang modelnya seperti dia.
Namun, Fisya memilih untuk menikmati seblaknya dalam diam. Membiarkan laki-laki itu terhanyut dalam impiannya yang mustahil itu.
[][][]
Pulang sekolah, Vira main ke rumah Fisya. Mereka akan merayakan pesta kecil-kecilan. Karena, ternyata mereka akan 1 kelas lagi. Yang sudah pasti akan sangat menyenangkan. Mengingat persahabatan mereka yang sudah berjalan sejak kelas 1 SMP.
Sebelum pulang ke rumah, mereka sempat melihat ke papan pengumuman dan melihat nama mereka pada satu kelas yang sama. Jadi, mereka sepakat untuk merayakannya bersama-sama.
Meski sahabatnya itu amat menyebalkan, namun Fisya sudah terbiasa bersama dengannya selama 3 tahun belakangan. Vira selalu ada untuknya, meski terkadang melupakannya jika sedang bersama dengan pacarnya.
Namun, mau bagaimana pun, Vira merupakan satu-satunya orang yang paling memahami Fisya selain keluarganya sendiri. Ia juga merupakan satu-satunya orang yang mengetahui alasan Fisya membenci laki-laki hingga memiliki Phobia terhadap cinta.
"Sya, lo masih mau tau alesan gue telat tadi pagi, nggak?" tanya Vira, sembari mengunyah camilan dan menonton Televisi.
"Oiya, gue sampe lupa. Emangnya kenapa?" tanya Fisya, sembari menyomot camilan yang dipegang oleh Vira dan memakannya.
"Jadi, semalem itu gue excited banget, pas tau si Geo ternyata masuk ke sekolah yang sama dengan kita!" serunya, Ia memang selalu bersemangat jika sudah membicarakan laki-laki ganteng—versi Vira.
Fisya mengerutkan keningnya dengan bingung, "terus?"
"Gue ngestalk ignya dia sampe ke akar-akarnya, Sya! Sumpah, dia ganteng banget," ucap Vira, wajahnya benar-benar terlihat amat mendamba, "dan bagusnya dia masih jomblo!" tambahnya.
Fisya semakin mengernyit bingung, "terus?"
"Saking penasarannya, gue stalk ig dia sama temen-temennya juga. Untuk memastikan apakah dia udah taken atau masih jomblo. Ternyata jomblo, Sya!"
Fisya mengangguk-angguk tanda tidak mengerti, "ho'oh, lo muter-muter ngomongnya, gue nggak ngerti."
"Intinya, karena gue ngestalk ignya si Geo beserta temen-temennya itu, gue ngga sadar kalo waktu udah tengah malem. Jadinya gue bangun kesiangan deh." Usai menyelesaikan kalimatnya, Vira mulai cengengesan.
Fisya menjitak kepalanya dengan kesal, "Yeuh, kebiasaan!"
Vira mengusap kepalanya, namun, masih saja cengengesan, "abisnya dia ganteng banget Sya, nggak nahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PHILOPHOBIA
Ficção AdolescenteRafisya Reygan adalah gadis tomboy yang tak pernah tertarik dengan laki-laki manapun. Seorang pribadi yang mandiri dan enggan menjalin hubungan cinta dengan siapapun. Ia merupakan pribadi yang tertutup. Bukan, lebih tepatnya terlalu menutup diri ten...