Prolog

265 39 4
                                    

Gadis berambut sepunggung itu tengah berjalan santai menyusuri komplek untuk menuju kerumahnya. Seragam sekolahnya sudah tampak lusuh karena banyak aktivitas disekolahnya tadi.

Gadis itu melirik jam ditangan mungilnya, "Sudah jam tiga rupanya" gumam gadis itu.

"Kira-kira Bunda masak apa yah? Em... Abang lagi ngapain yah? Pengen cepet sampe rumah, Manda udah gak sabar mau jailin abang, hihi" celotehnya.

Distya Amanda namanya. Gadis cantik, mungil, membuat siapa yg melihatnya pasti gemas. Tidak lupa dengan sifatnya yang baik hati dan suka menolong, membuat ia dikenal dikomplek perumahannya. Namun ia adalah gadis yang polos dan lugu.

Amanda mempercepat langkah kakinya, agar cepat-cepat sampai dirumahnya. Namun diperbelokkan gang yang akan dilaluinya, terdengar ramai dan suara ringisan orang.

Amanda membulatkan matanya, melihat satu orang dipukuli oleh lima orang. Orang yang dipukuli bahkan sudah terkulai lemas jatuh diaspal.

"Kalian ngapain" tanya Amanda berteriak.

Orang yang memukuli tadi hanya menatap Amanda sekilas, lalu memberi kode untuk pergi dari situ.
Setelah orang-orang itu pergi dengan motornya masing-masing, lantas Amanda mendekati cowok yang terkulai diaspal.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Amanda sembari membantu cowok itu duduk.

Amanda meringis ngeri melihat wajah cowok itu yang penuh lebam. "Sakit nggak?" tanya Amanda polos sambil menyentuh lukanya.

"Sakit woi! Main pencet-pencet aja lo" jawabnya sarkas.

"Eh--maaf"

"Aku obatin dulu ini, biar nggak infeksi!"

"Gausah,"

"Ini kalo nggak segera diobatin, bisa infeksi loh. Kerumah Manda aja biar aku obatin! Rumahku deket kok dari sini,!" paksa Amanda, karena Amanda langsung menyeret tangan cowok itu tanpa persetujuan.

Sedangkan cowok itu hanya pasrah saja, tangannya diseret oleh gadis yang tidak dikenalnya ini.

Amanda memegang lengan cowok itu guna untuk menopang agar tidak terjatuh. Cowok itu berjalan dengan sedikit tertatih-tatih.

Pintu rumah berwarna coklat tua itu terbuka. Amanda mempersilahkan cowok galak itu masuk ke rumahnya.

"Kamu duduk dulu ya, aku mau ambil obatnya."

Cowok berperawakan tinggi itu melihat-lihat ke sekitar rumah sederhana ini. Cukup nyaman. "Baru kali ini ada orang yang peduli sama gue," ucapnya didalam hati.

Tak lama, Amanda datang membawa obat.

Ia pun meneteskan obat itu ke kapas. Karena terlalu khawatir dan buru-buru, Amanda mengobatinya dengan keras.

"Aw! Pelan-pelan dong!"

"Iya m-maaf, aku terlalu keras ya?" tanya Amanda.

"Nggak usah ditanya. Kalo nggak bisa ngobatin, jangan sok-sokan deh lo!" tukas cowok itu.

Ia mengambil kapas yang digenggam Amanda secara paksa, lalu pergi dari rumah itu.

"Hey! Tunggu! Belum selesai" teriak Amanda.

AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang