Suasana didalam mobil yang ditempati dua manusia ini, terlihat hening dan canggung. Amanda sedari tadi hanya diam, selain tidak mempunyai bahan pembicaraan, ia juga takut untuk sekedar ngobrol dengan Raden.
Sedangkan Raden memilih diam, karena juga kesal dengan gadis ini yang mempermalukan dirinya beberapa hari lalu. Entah itu disengaja ataupun tidak, Raden tetaplah kesal dan juga marah. Untung perempuan kalo laki-laki mungkin sudah ia hajar dan masuk rumah sakit.
"Loh kok berhenti disini?" Tanya Amanda ketika mobil yang ditumpangi dirinya dan Raden berhenti disebuah minimarket.
"Gue mau beli permen sebentar." Jawab Raden, lalu keluar dari mobil dan masuk ke minimarket.
Amanda tak ikut turun, ia lebih memilih menunggunya dimobil. Karena dirinya sudah lelah dan juga mengantuk.
Setelah Raden membeli yang diperlukan, ia kemudian masuk lagi kemobil untuk mengantarkan Amanda. Lalu menjalankan kendaraan beroda empat ini.
"Raden, boleh minta permen nya? Mulut Manda pahit nih, butuh y-yang manis-manis." Amanda menatap Raden takut sekaligus canggung.
Raden merogoh sesuatu dijaketnya lalu menyodorkan ke Amanda, "nih". Ucap Raden tanpa menoleh.
Amanda mengerutkan dahinya, "Manda kan minta permen, kok malah dikasih rokok."
"Katanya tadi beli permen, Manda kan mau minta." Sambung Amanda.
Raden menarik kembali tangannya yang memegang rokok, lalu mendengus kasar. "Lo polos atau bego sih?"
"Manda rangking 5 dikelas, masa dikatain bego sih.",
Raden mendengus kasar, "serah lo dah.. Capek ngomong sama lo."
"Mana permen nya? Dari tadi minta gak dikasih-kasih." Ucap Amanda menoleh ke kanan, menatap Raden yang tengah menyetir.
"Lo tau gak sih artian permen bagi cowok? Rokok itu permen bagi kaum cowok, gak ada hari tanpa rokok. Makanya cowok-cowok nyebut rokok itu permen." Jelas Raden.
"Udah lah diem aja lo! Daripada bikin gue kesel." Sambung Raden dengan sebal yang disambut gumaman singkat dari Amanda.
Selanjutnya Amanda terdiam selama perjalanan menuju rumahnya. Gadis itu masih mencerna ucapan Raden perhal permen. Lalu mengingat baik-baik perihal itu, lumayan pengetahuannya bertambah. Dasar Amanda, polos sekali tingkahnya.
•••••
"Turun!" Titah Raden, karena mereka sudah sampai di depan rumah Amanda.
Bukannya turun dari mobil, Amanda malah sibuk berusaha membuka sabuk pengaman di badannya.
"Denger gue nggak sih?"
Amanda ingin meminta tolong, namun seperti biasa ia takut Raden akan tambah mengomel.
"I-ini Manda—"
"Lo ngomong bisa nggak sih yang jelas!!" Protes Raden.
Benar dugaannya, Raden mengomel lagi.
"Manda nggak bisa buka sabuk pengamannya, hehe" jawab Amanda sambil menunjukan cengiran nya.
Raden memutar bola matanya malas, lalu ia mendekatkan badannya ke arah Amanda agar bisa membuka sabuk pengaman itu. Perlahan tangan Raden membuka sabuk pengaman gadis itu.
Lagi dan lagi jantung Amanda berdetak dengan cepat, selalu seperti ini jika ia dekat dengan Raden. Amanda memalingkan wajahnya kekiri, menyembunyikan pipinya yang merah merona. Dan menyembunyikan detak jantungnya yang menggebu-gebu.
"Udah tuh, buruan turun! Nanti gue nyusul."
Amanda mengangguk lalu keluar dari mobil Raden.
Saat baru saja hendak membuka pintu, tiba-tiba kedua orang tuanya keluar dari rumah dengan pakaian yang rapi. Amanda mengernyit bingung, ada apa Ayah dan Bunda malam-malam begini keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda
Teen FictionDistya Amanda namanya, gadis polos yang mempunyai wajah cantik nan imut. Tingkahnya yang polos membuat orang-orang terdekatnya gemas sekaligus geram, karena sikapnya yang kelewat polos. Hingga suatu hari Amanda dipertemukan oleh Raden Ganendra. Cowo...