2. Ancaman Raden

89 22 2
                                    

•••••

Huft!

Amanda menghela nafas panjang, sambil sesekali mengusap keringatnya di pelipis.

Gudang memang tempat yang kecil dan sempit, namun karena kotor dan terlalu banyak debu Amanda harus membersihkan nya beberapa kali.

Hukuman sudah hampir selesai namun Raden belum kembali sampai sekarang.

Membeli minum apakah harus selama ini?

Sekarang semuanya sudah bersih, tak ada kotoran setitik pun, bahkan barang-barang tak terpakai sudah terlihat rapi.

"Akhirnya! Selesai juga! Tapi dia kemana ya?"

Amanda keluar dari gudang lalu berniat untuk membeli minum sebentar karena merasa haus. Siapa tahu ia bertemu dengan Raden.

Gadis itu terus menengok ke kiri dan ke kanan sambil terus berjalan.

"Kemana sih?"

Begitu ia sampai dikantin Amanda langsung membeli satu botol air mineral. Amanda duduk disalah satu kursi dikantin, lalu meneguk minumannya perlahan.

Masih tidak ada tanda-tanda Raden datang, Amanda berniat untuk kekelas saja. Tapi saat diperbelokan menuju kelasnya, ada sebuah pintu berwarna kecoklatan dibawah tangga menuju rooftop sekolah. Amanda penasaran dengan pintu itu, ada apa didalamnya? Baru kali ini Amanda lihat pintu didekat sini. Tidak mungkin gudang, sedangkan gudang baru saja ia bersihkan tadi.

Mungkin di dalamnya ada suatu ruangan rahasia?

Jiwa perkepoannya sudah tidak bisa ditahan lagi.

Tak mau lebih penasaran, Amanda membuka pintu itu.

Brak!

"Raden?"

Ia menemukan cowok itu bersama kumpulan teman-temannya mungkin, sedang duduk-duduk santai. Bahkan dengan santainya ada yang merokok diruangan itu.

Semuanya langsung menoleh dengan mata yang terbelalak.

"Duh! Lo ngapain sih disini?" Raden langsung beranjak dari duduknya.

"A-aku-" Belum sempat gadis itu menjawab, Raden langsung menariknya ke dalam ruangan itu lalu menutup pintu.

"AAAAAA"

•••••

Gadis mungil yang kini berada di tempat tak dikenal, sedari tadi terus memainkan kukunya.

Amanda hanya satu-satunya perempuan disini, sempat terbesit rasa takut. Namun ia hanya bisa diam.

Ia bisa merasakan bahwa teman-teman Raden sedang memperhatikannya, ia tak berani menatap.

"Den, dia manusia apa batu sih? Kok nggak ngomong-ngomong?" Tanya Darrel yang hendak menyantap mie instan miliknya.

"Hahaha, garing!" Balas Bayu sambil tertawa paksa

Lamat-lamat Bayu memperhatikan Amanda dari mulai ujung kepala sampai ujung kaki.

Spontan Rian langsung menyenggol lengannya.

"Astaghfirullah! Mentang-mentang playboy ya, liatinnya sampe gitu banget!" Tegur Rian, berteriak tepat di telinga Bayu.

Membuat sang pemilik mengusap-usap telinganya.

Untuk mengalihkan pembicaraan, dan melihat Raden yang mendiamkan gadis yang sebenarnya cowok itu kenal. Rian berniat untuk bertanya,

"Lo nggak mau pesen apa gitu? Disini ada es krim kok, kalau mau pesen aja!" Ucap Rian bercanda, mana mungkin markas Travisor ada pejual eskrim. Ruangan nya saja tersembunyi, hanya anggota geng Travisor saja yang tahu tempat ini.

AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang