10. Rencana Batra

59 8 3
                                    

"Jadi Raden kenapa belum pulang?" Tanya Amanda sekali lagi

"Kan tadi gue bilang lagi nunggu—"

"Ih beneran!" Ujar Amanda dengan suara imutnya, membuat Raden ingin sekali mencubit pipi gadis itu. Namun Raden hanya bisa tersenyum tipis.

"Mau anterin lo pulang."

"Tapi kan Manda nggak minta," ujar gadis itu dengan wajah bingungnya.

Raden terdiam lalu memijat pelipisnya, baru kali ini ia menemukan gadis yang menolak tawarannya. Lebih tepatnya Amanda tak mengerti maksud ucapan Raden.

"Gue itu nawarin lo bego!"

Ih tadi aja muji-muji sekarang ngomongnya kasar lagi.

"Emang kenapa kalau gue muji Lo?" Tanya Raden.

Amanda tersentak, mengapa cowok itu tau apa yang ia pikirkan.

Cenayang apa gimana sih?

"Gue bukan cenayang anjir!"

Lagi-lagi Amanda terkejut, apakah Raden indigo? Atau paranormal?

"Kok Raden tau sih apa yang Manda pikirin?"

"Lo ngomong sendiri, gue nggak budeg."

Amanda langsung menutup mulutnya, ia masih bingung karena ia tak merasa mengucapkan kata-kata yang tadi Amanda pikirkan. Lalu gadis itu menyentil bibir peach itu sambil merutuki dirinya sendiri.

Tingkah konyol Amanda membuat Raden jengkel, karena mengulur waktu. Seharusnya sekarang ia sudah mengantar gadis ini, jika Amanda tak menerka-nerka bahwa dirinya cenayang lalu menyentil mulutnya gadis itu sendiri.

"Ngapain sih nggak jelas banget! Mau gue anterin pulang nggak?" bentak Raden. Cowok itu kembali pada sifat aslinya jika sudah merasa kesal.

"Iya-iya tapi Manda bilang dulu ke Bang Vano. Tunggu ya!" ucap gadis itu

Sambil menunggu, Raden menaiki motornya lalu memanaskan mesinnya. Tak lupa juga ia memakai helm.

Amanda menghampiri Raden lalu meminjam helm  yang sudah cowok itu siapkan. Ia memakainya cukup lama, karena sedikit kesusahan.

Saat sudah selesai, Amanda hendak menaiki motor Raden namun cowok itu menghilang dari hadapannya.

Jangan sampai ia ditinggal sendiri disini.

"RADEEEEEEN!" Gadis itu berteriak cukup keras, hingga seseorang menyahutnya dari arah depan.

"BURUAN BEGO JANGAN LELET NANTI GUE DIMARAHI ORANG TUA LO!" Ternyata dia adalah Raden, cowok itu sudah melajukan motornya terlebih dahulu cukup jauh. Agar mereka cepat sampai.

Amanda menghela napas, lalu berjalan lunglai menyusul motor Raden sambil mengerutkan bibirnya.

Sepertinya ia memang tak perlu berharap atas pujian Raden tadi, karena nyatanya cowok itu bisa saja kembali pada sifat galak nan kejam nya.

Dipuji tidak terbang, dihina tidak tumbang.

•••••

Asap rokok mengebul di markas kecil itu, berasal dari 4 cowok dengan scarf abu-abu di lehernya.
Suasana hening karena mereka sedang larut dalam pikirannya masing-masing.

Tepatnya sedang memikirkan suatu strategi.

Mereka akan menyerang target dengan cara apapun, tak pernah ada kata 'damai' diantara keempat cowok itu dan sang musuh.

"Buat awalan gimana kalau bikin pertandingannya basket dulu?" tanya Hito sambil menyalakan korek api lalu kembali mengambil sebatang rokoknya yang kedua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang