Part 4

181 7 0
                                    

Diperjalanan kulihat sekeliling. Berbagai gedung, toko, cafe, restoran dan penduduk yang menurutku memiliki selera mode yang tinggi. Ingin ku kunjungi satu per satu toko butik yang sangat menarik perhatian tersebut.

Di kota ini seperti memperlihatkan adanya hubungan antara cinta dengan fashion. Kulihat beragam monumen, teater, museum, dan arsiterktur yang sangat khas. Aku terpukau melihat kota ini. Dan satu hal yang menurutku akan menarik perhatian setiap orang "Menara Effiel". Ingin sekali rasanya aku pergi ke tempat itu.

Dan suara lembut dari Alfin kembali terdengar "Apa kau ingin pergi kesana? Suatu saat aku akan mengajakmu dan bundamu pergi ke tempat itu" ucapnya.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. "Ohiya, apa kau dan bundamu akan tinggal lama disini?" tanyanya kepadaku.

"Sepertinya begitu, aku mendapat kesempatan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ku di Sciences University Paris. Apa kau tau dimana tempat itu?" tanyaku.

"Benarkah? Aku juga saat ini sedang kuliah jurusan ekonomi di universitas tersebut" jawabannya membuatku kaget. Apa ini hanya sebuah kebetulan?

"Jurusan ekonomi? Aku juga kuliah di jurusan ekonomi" jawabku. Aku masih tidak bisa percaya, tak ku sangka kita akan berada di universitas yang sama dengan jurusan yang sama pula.

"Mungkin kita sudah ditakdirkan untuk bertemu Hanny. Bukan begitu tante?" ia melihat bunda di belakang dan tersenyum kepadanya.

Bunda hanya membalas senyum mendengar ucapan Alfin. "Jika kau butuh bantuan kau bisa hubungi aku. Rumahku tak jauh dari apartemenmu. Ohiya boleh ku minta nomer teleponmu?" tanyanya sambil memberikan ponselnya padaku.

Apartemen?aku pun baru tau jika alamat itu akan menuju ke sebuah apartemen. Kuketik nomor ponselku dan kuberikan padanya. "Terimakasih Hanny" ucapnya sambil tersenyum.

Tak lama sampailah kami di tempat tujuan. Alfin kembali membuka pintu mobilnya. "Tante, Hanny kita sudah sampai di tempat tujuan" Alfin turun dari mobilnya dan segera membantu bunda.
"Terimakasih Alfin sudah memberikan tumpangan kepada tante dan Hanny" ucap bunda.

"Sama-sama tante, Alfin senang bisa membantu kalian" jawab Alfin. "Makasih banyak atas bantuanmu selama ini Alfin" ucapku.

"Iya, sama-sama Hanny. Sampai berjumpa lagi Hanny. Sampai berjumpa kembali tante" iya tersenyum dan berlalu ke mobilnya.

Setelah mobil itu melaju. Kami mulai memperhatikan apartemen yang akan kami tinggali ini.
Apartemen ini cukup sederhana dibandingkan dengen gedung-gedung yang kami lihat sebelumnya. Belum lagi letaknya yang bersebrangan dengan apartemen mewah di hadapannya. Membuat apartemen ini terlihat tenggelam jika dibandingkan dengan gedung lainnya.

Aku menuju meja resepsionis. Setelah melakukan reservasi, aku dan bunda menuju ke apartemen kami. Tempat ini cukup nyaman mengingat aku hanya tinggal berdua dengan bunda.

Ketika pertama kali masuk terdapat sebuah ruang tamu yang ukurannya tidak terlalu besar, satu kamar tidur dengan kasur yang cukup besar di tengah ruangan, kamar mandi, dan dapur yang sederhana. Kulihat di sebelah kamar tidurku ada pintu kaca yang diluarnya terdapat sebuah balkon kecil.

Rasa penasaran membawaku menuju balkon tersebut. Dan pemandangan menakjubkan di kota paris ketika malam hari terlihat dihadapanku saat ini. Kuhirup udara malam disini.

Lampu-lampu menyala pada setiap gedung dan mobil di sepanjang jalan. Kulihat menara effiel dari kejauhan sangat indah dengan lampu cantik yang menyala ketika malam tiba.

Kulihat sebuah sungai yang mengarah langsung pada menara effiel. Pemandangan yang kulihat ini sungguh indah. Setelah beberapa waktu kurasakan udara dingin di seluruh tubuhku.

Aku segera masuk untuk menghangatkan diri. Setelah selesai makan malam dengan bunda, kami segera beranjak tidur karena lelah melewati perjalanan panjang kesini.

***
Bunda membuka tirai pada pintu kaca di kamar ini. Kubuka mataku dan melihat matahari pagi sudah bersinar cerah hari ini.

Aku kembali melihat suasana pagi di kota paris dari balkon apartemenku. Kuhirup udara segar pagi ini. Dari sini aku melihat beberapa penduduk sedang lagi pagi dan banyak aktivitas yang sudah dilakukan orang-orang di pagi hari ini.

Aku masih merasa tak percaya dapat berada di tempat ini. Tak lama bunda menyuruhku untuk membeli bahan-bahan yang akan bunda masak hari ini.

Aku segera mandi, dan bergegas memakai sweater berwarna putih dengan celana jeans pensil. Kuambil kamus bahasa Indonesia - Perancis yang kumiliki. Setelah perlengkapanku sudah siap, aku mulai keluar dari apartemen ini.

Aku berjalan kaki mencari toko di sekitar sini. Tak jauh kulihat pasar dengan keramaian banyak pengunjung. Aku pernah mendengar jika di paris terdapat outdoor food market yang menjual aneka bahan makanan segar. Pasar ini terlihat sangat bersih dengan toko-toko yang teratur.

Aku mulai mencari bahan-bahan yang diminta bunda. Setelah menemukan semua bahan yang kucari, aku mencoba bertanya apa pedangang itu dapat berbahasa inggris.

"Sorry sir, can you speak english?" tanyaku. "desole, je ne comprends pas l'anglais" oke, dari bahasanya sepertinya ia kurang bisa berbahasa inggris.

Aku mulai membuka kamusku mencari bahasa perancis untuk menanyakan total harga sayur-sayuran ini. "combien est le prix de ce legume?" aku membacanya dengan terbata-bata.

Tiba-tiba seorang laki-laki mengulang perkataanku tadi dengan mudah. Kulihat laki-laki berbadan tinggi dan kokoh berada di sebelahku.

Aku mulai menatap wajahnya. Wajah yang sepertinya tidak asing lagi bagiku, aku seperti pernah melihat dan mengenal ia sebelumnya. Wajah tampan namun terlihat dingin dan acuh itu seperti pernah kutemui pada seseorang.

Model rambutnya, alisnya yang tebal, mata berwarna cokelat dan tatapannya yang tajam membuatku mengingat sosok laki-laki yang memiliki tatapan persis sepertinya. Garis hidung yang mancung, bibir dan bentuk wajahnya seperti tak asing lagi bagiku.

"tous les 4.50 euors" ucap pedagang itu. Setelah memberikan uang yang cukup, aku mengucapkan terimakasih pada laki-laki tersebut.

"Thank you for your help" ucapku sambil tersenyum. Aku rasa ia akan mengerti ucapanku mengingat ia sangat pandai berbahasa Perancis mana mungkin ia tidak bisa berbahasa Inggris.

Ia hanya berlalu tanpa memberikan jawaban ataupun senyum padaku. Aku bergumam kesal "Sombong sekali laki-laki ini".

"Aku mendengar ucapanmu" suara dingin itu muncul dari laki-laki tersebut. Sontak aku kaget mengetahui ia mendengar dan mengerti bahasaku.

Tak terlihat di wajahnya jika ia berasal dari Indonesia juga. Aku menunduk malu. Namun kurasa ia hanya melanjutkan berjalan tanpa melihat ke arahku.

..............................................................

Haaaaai, ngga bosen-bosen aku ucapin makasih buat yang masih setia baca ceritaku. Keep reading guys!

Comment dan rate selalu aku tunggu. Gomawoo, salam sayang dari fany({})

I find you in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang