Part 1

594 12 0
                                    

Disanalah aku bertemu dua pangeran tampan yang terlihat tulus menyayangiku. Pangeran di masa lalu, dan pangeran yang baru kutemui.

Walaupun dia di masa lalu telah memberikan kenangan pahit saat masa-masa sekolahku. Namun melihatnya berada di dekatku membuatku terus mengingatnya.

Dan disisi lain, dia yang baru kutemui pun membuatku nyaman setiap kali bersamanya.

Akupun bingung dan mulai dilema dengan perasaanku sendiri. Entah perasaan ini masih tertinggal untuknya atau aku mulai membuka hati tanpaku sadari.

Jika ditanya siapa yang aku pilih. Aku masih belum menemukan jawabannya. Karena ini bukan tentang siapa yang aku kenal paling lama, siapa yg lebih dulu datang atau siapa yang lebih perhatian dan terlihat tulus.

Tapi tentang siapa yang datang dan tidak akan pergi, siapa yang tetap bertahan sesulit apapun keadaannya.

Dan hanya ketulusan dan kebesaran hati yang mampu merelakan orang yang disayang untuk ia yang bisa membuatnya bahagia.

Pertemuan, perpisahan, senyuman dan tangisan. Semua ceritaku berlalu disana. Dan hanya kota itu yang menjadi saksi kisah cintaku yang sebenarnya.

***

Aku masih menunggu di bandara ini melamunkan impianku yang tak lama lagi akan benar-benar terwujud.

Tiba-tiba suara lembut itu memanggilku dari kejauhan "Hanny".
Aku masih berada dalam lamunanku sampai suara itu berada di sampingku "Hanny Salsabilla Putri" panggilnya.
"Ah iya, ada apa bun?" Jawabku saat tersadar wanita itu sudah memanggilku berulang-kali.

Ia adalah bundaku. Malaikat cantik yang melahirkanku, merawatku, dan menjagaku sejak aku lahir. Wanita kuat yang menjadi sosok seorang bunda, ayah, saudara dan sahabatku sejak dulu.

Ya, wanita ini merawatku seorang diri. Mencarikan nafkah seperti seorang ayah, memberikan kasih sayang seorang ibu, menemani dan mendengarkan keluh kesahku seperti saudara dan sahabatku sendiri.

Entah bagaimana bunda bisa setegar ini sampai sekarang. Setelah bunda dan ayah bercerai saat aku berumur tiga tahun. Bunda seakan tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya.
Bunda yang selalu mengajarkanku untuk mensyukuri apa yang aku miliki.

Bahkan aku pun tak ingat bagaimana wajah ayah, karena tak pernah bertemu dengannya lagi semenjak perceraian bunda dengan ayah. Mengingat tiga tahun bersamanya saja aku tak bisa. Mungkin karena aku masih terlalu kecil saat itu.

***

Kembali ke perjalananku ke paris saat ini. Sebelumnya aku tak percaya belum terlalu lama aku kuliah disini. Dosenku yang murah hati mengajukan namaku sebagai mahasiswi berprestasi untuk kuliah di Sciences University Paris.

Aku tak menyangka ketika tiba-tiba dosenku memanggil ke ruangannya, dan memberikan ucapan selamat atas diterimanya pengajuan beasiswa itu kepadaku.

Perasaan kaget, bingung, senang. Semua kurasakan saat itu. Betapa bahagianya aku dapat kuliah di universitas ternama itu. Belum lagi letaknya yang berada di paris, menambah kebahagiaanku saat itu.

Setelah selang beberapa waktu aku meminta persetujuan bunda. Terlintas perasaan tak tega meninggalkan bunda sendiri disini.

Kuceritakan hal ini pada dosenku. Dan betapa baiknya ia karena menawarkan bantuan untuk membelikan tiket pesawat ke paris untuk bunda.

Awalnya aku menolak karena tak enak hati mengingat kebaikan ia sejak lama. Namun dosen yang sudah ku anggap menggantikan sosok ayahku saat ini bersikeras memberikan motivasi untuk menerima kesempatan langka ini.

Bahkan setelah aku menerimanya. Hasil tabungan kerja paruh waktuku selama ini tak satupun diterimanya. Ia hanya memikirkan kebutuhanku di Paris nanti.

***

Dan akhirnya di bandara ini aku berada sekarang. Menanti penerbanganku ke paris. Melamunkan kebaikan yang telah diberikan dosenku itu. Aku berjanji akan berusaha yang terbaik dan membalas kebaikannya saat ini kelak.

"Ayo segera berangkat Hanny. Apa kamu tidak mendengar pemberitahuan nomor penerbangan pesawat ke paris sudah tiba".

"Tidak bun. Bukannya jadwal penerbangannya masih satu jam lagi?" Jawabku menyadari lamunanku sejak tadi. "Bunda juga kurang tau. Mungkin kita akan berangkat lebih awal".

Aku dan bunda bergegas membawa koper kami. Kami duduk di bangku ruangan kelas ekonomi saat ini. Entah kenapa perasaan gugup menyelimutiku, mungkin karena ini adalah pengalaman pertamaku.

Kulihat pintu ruangan kelas eksekutif terbuka. Betapa indahnya pemandangan ruangan itu, karpet merah, bangku yang terlihat sangat nyaman dengan jarak berjauhan, nuansa elegan sangat terlihat di ruangan tersebut. Bahkan setiap bangku memiliki layar televisi dihadapannya.

Tiba-tiba pramugari menutup pintu tersebut. Dan menjelaskan jika pesawat akan segera berangkat.

..............................................................

Haaaaai. Ini novel pertama yang aku buat. Maaf ya kalo kurang jelas atau kurang suka sama ceritanya.
Di Part 2 Hanny bakal ketemu sama salah satu pemeran cowo di novel ini.
Keep reading ya guys!

Comment sama ratenya aku tunggu ya. Gomawo, terimakasih banyaak. Salam sayang dari fany({})

I find you in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang