4

83 34 20
                                    

Bintang dan comment nya pliiss!! Itu sangat berharga buat akoohh.. hehe..

Ali menghela napas kasar begitu sampai di meja kantin. Kedua teman di depannya memandangnya heran.

"Kenapa? Kayak satu satunya orang dapet beban hidup berat aja Lo!" Ucap Beny terkekeh pelan.

"Tau tuh! Dateng dateng udah kusut banget tuh muka." Tambah Ferdy.

Ali mendecak lidah menatap kedua sahabatnya itu jengah, "Selama ini siapa yang tahu tentang kita?"

Beny menautkan alis, "maksud lo?"

"Siapa yang udah tahu tentang keaslian kita? Gue yang telatan dan lumayan berandal, dan kalian yang juga ga jauh jauh kayak gue." Ucap Ali terang-terangan dengan sedikit menurunkan volume.

Beny dan Ferdy ber-Oh tanpa suara kemudian menggeleng, "kayaknya nggak ada. Kenapa? Jangan jangan, maksud lo..." Ucap Ferdy menggantung memicingkan matanya ke Ali.

Ali menggaruk tengkuknya tak gatal, "ada satu anak kelas sepuluh yang tau tentang gue."

Kedua sahabatnya itu melotot, "kok bisa? Gimana ceritanya?" Kata Beny cepat.

Ali sekali lagi menghela napas, "Gue bodoh atau gimana ya? Kita nggak sengaja ketemu di luar dan sama sama telat. Terus gue tolongin dia." Ali mendecak lidah gusar.

Beny dan Ferdi geleng geleng kepala mendengarnya, "ya itu Lo ceroboh namanya! Trus, anak itu cewek apa cowok?"

"Cewek."

Kedua sahabatnya itu langsung berseloroh penuh arti. Membuat kegaduhan kantin semakin bertambah. Beberapa pasang mata melihat sejenak ke meja mereka.

"Itu namanya elo ada apa apanya, Al. Giliran lihat cewek aja Lo langsung gercep!" Ledek Beny dan keduanya tertawa puas.

"Sialan lo! Gue bingung nih!"

Beny meneguk habis es tehnya dan memandang sahabatnya yang tengah gundah, "Ya udah Lo ancem dia aja biar diem."

"Gue harus mastiin dia supaya nggak nyebarin rahasia gue selama ini." Ucap Ali serius.

"Caranya?" Kali ini Ferdy yang bertanya.

"Gue jadiin dia pacar gue."

"GILEEE!!!!"

Ali buru-buru membungkam mulut kedua sahabatnya yang bagaikan toa nganggur itu menggunakan segebok tisu di atas meja. "Bisa diem gak sih kalian?! Dari tadi teriak teriak kayak orang minta sembako Lo pada!" Kata Ali pedas membuat mereka kembali terdiam.

"Ehh, Al. Lo mau ngambil kesempatan dalam kesempitan heh? Nggak ada cara lain apa?" Sarkas Ferdy mencondongkan tubuh ke arah Ali.

Ali mengedikkan bahu, "Terpaksa gue harus lakuin ini. Lagian gue juga nggak ada rasa sama dia. Tenang aja Lo pada. Cuma setahun. Setelah lulus, gue putusin dia. Kelar."

Beny dan Ferdy geleng geleng mendengar perkataan yang diucapkan secara enteng dari mulut sahabatnya itu. "Heh, itu cewek juga punya ati, Al. Lo nggak bisa mainin dia secara seenaknya. Awas kualat Lo." Ucap Ferdy dengan tampang sok serius.

"Bener, Al. Bisa dibilang Lo kejem. Itu ati, Al, bukan layangan yang seenaknya Lo tarik ulur sembarangan." Tambah Beny dramatis.

Ali menjitak kepala dua sahabatnya itu yang dia rasa sudah terlalu banyak menonton drama dan sinetron, "Mellow banget hidup Lo pada. Terserah gue mau gimana. Gue cabut."

Ali beringsut pergi meninggalkan mereka yang diam dan saling pandang.

"Fer," Beny menepuk bahu Ferdy.

I L Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang