6

43 8 11
                                    

Selamat membaca. Jgn lupa follow dulu. Voment nya juga ditunggu.. 😄😘

Aku menghempaskan badan di kasur begitu saja. Kutatap langit-langit kamar yang bercat putih. Pikiranku melayang kembali pada kejadian tadi pulang sekolah di kebun belakang sekolah.

"Aarrgghhh!!!"

Aku teriak histeris sendiri dan menutup mukaku dengan bantal. Benar benar memalukan! Aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajahku tadi saat di depan Roy, tertangkap basah mengamati dia waktu tidur. Pasti sudah sangat memerah kayak tomat rebus. Apalagi ditambah aku tadi yang gelagapan waktu bicara gara-gara gugup tak keruan. Pasti aku seperti manusia bodoh. Hwaaaa.

Aku menggeleng gelengkan kepala. Tidak bisa! Aku harus ngelupain diaaa! Tapi kenapa rasanya sulit sekaliii??? Ya Tuhan. Bantu kali ini supaya bisa move on sama dia. Tiba tiba entah kenapa aku malah teringat lagi kejadian "plester". Aku melihat siku ku yang sudah sembuh waktu terjatuh sepeda. Tuhh kan, aku malah senyum senyum sendiri tidak jelas. Yang ada aku malah makin suka sama Roy!!

Aku lama lama jengah sendiri. Seragam masih melekat. Aku putuskan untuk bangkit dan segera mandi. Mungkin kali aja setelah badan segar, otakku jadi ikutan segar dari bayang-bayang Roy.

_____________

Sial!!

Ali terus-terusan mengumpat tidak jelas sampai di dalam rumah luasnya. Berkali kali ia mengusap rambutnya kasar. Dengan langkah panjang-panjang, ia menuju kamarnya di lantai atas dengan wajah kusut tertekuk.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan dari luar kamarnya. Ali berdehem sekenanya. Pintu terbuka dan menampilkan seorang perempuan yang sudah memasuki sekitar usia lima puluh tahunan.

"Maaf, Den. Aden mau makan sekarang atau nanti? Bibi udah masakin makanan buat aden," tanyanya di ambang pintu.

Ali menghela napas pelan. Dengan malas ia menjawab pertanyaan Bi Eli, "nanti aja, Bi. Ali masih males."

"Yaudah, Den. Bibi lanjut ke dapur lagi."

"Iya, Bi."

Bi Eli berbalik arah keluar dan kembali menutup pintu. Ali mendesah berat merebahkan tubuh di atas kasur besarnya. 

"Gue gagal bikin dia jadi pacar gue hari ini. Haishh!! Gimana kalo dia nyebarin tentang gue seenaknya? Bisa mampus gue!" Gumamnya dengan mengacak rambutnya asal.

Ponsel Ali bergetar dari dalam saku. Dengan malas ia mengambil dan melihat nama yang tertera di layar. Sedetik kemudian Ali menghembuskan nafas jengah dan menerima panggilan itu setengah hati.

"Hmm, ada apa, Yah?".

"Ada meeting di luar kota selama beberapa hari, Al. Ayah tidak bisa pulang setidaknya tiga hari ke depan."

"Ohh, oke."

"Baik baik di rumah, Al. Jangan membuat ulah di sekolah."

"Hmmm."

Tut tutt!

Telepon berakhir begitu saja tanpa ada penutupan. Ali melempar ponsel di sampingnya sembarangan. Ia benar benar suntuk untuk hari ini. Ia sangat membutuhkan sesuatu yang menenangkan. Terlintas dibayangannya cewek adik kelas yang menjadi 'buron' nya sekarang.

Dia ga boleh lepas dari gue!

_____________

Suasana kantin riuh. Ana menggeret lenganku menuju salah satu bangku yang baru saja kosong setelah ditinggal beberapa penghuninya. Kita memesan baso Bang Yetno. Baso Bang Yetno udah nggak perlu diragukan lagi gimana rasa dan kualitasnya. Emang paling jempolan seantero sekolah. Kalo ditanya para alumni SMA TAKSAS, salah satu hal yang paling dirindukan, pasti jawaban mereka adalah, "Pentol baso Bang Yetno!!!"

I L Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang