5

50 17 11
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa voment nya yaahh...

Roy meninggalkan kantin begitu saja saat telinga tajamnya mendengar begitu jelas percakapan beberapa orang pada meja yang tak jauh darinya. Berkali kali ia mencoba menahan emosi dan mengepalkan tangannya kuat. Sepanjang koridor sekolah ia berjalan dengan nafas naik turun.

Begitu sampai di kelas, Roy menghempaskan badannya ke kursi tak peduli dengan tatapan beberapa temannya yang heran dengan kelakuannya. Ia mengacak acak rambutnya frustasi dan mendengus kesal. Lama lama Revan yang merupakan sahabat Roy di sampingnya jadi risih melihat ulahnya.

"Ck! Lo kenapa, heh? Kayak cewek lagi pms,Lo!" Ucap Revan jengah menatap Roy sekilas dan kembali sibuk berkutat dengan game di ponselnya.

"Sembarangan Lo ngomong!" Jawab Roy tak terima.

Revan terkekeh pelan, "Ya makanya Lo kenapa? Cerita dong kalo ada masalah. Jangan dipendem gitu. Entar Lo stress trus khilaf, gimana coba?"

Roy menenggelamkan kepala di meja dengan kedua tangan, "Males. Gue tidur."

Revan kembali melirik Roy dan tersenyum kecil, "gue tahu. Pasti gara gara cewek itu kan? Sepupu gue?"

Roy tidak menjawab. Revan tertawa, itu tandanya tebakannya benar. "Kita udah sahabatan dari kecil, bro. Gue udah tau gimana seluk beluk elo." Ucap Revan menepuk pundak sahabatnya. Ia mendengar helaan napas lirih Roy.

Beberapa saat kemudian Roy kembali menegakkan punggung dan menatap lurus ke depan. Ia kembali menghela napas, "Gue tadi denger salah satu senior bilang, kalau dia mau nembak sepupu Lo."

Revan menolehkan kepalanya cepat dan langsung meletakkan Hp nya begitu saja, "Seriusan Lo?"

Roy mengangguk sekilas, "Makanya gue emosi." Jawabnya dengan kembali mengacak rambut. "Gue juga denger si Reva tadi pagi bilang kalo senior itu mau anter pulang sepupu Lo nanti." Lanjutnya teringat tadi pagi saat tak sengaja melintas teman teman perempuan sekelasnya membicarakan tentang hal itu.

Revan mengerti bagaimana perasaan Roy sekarang. Ia heran sekaligus kaget tak percaya . Secepat itu ada anak yang ingin mendapat sepupunya, senior pula! Padahal belum lama mereka menyandang gelar murid baru di sekolah ini. Revan menggaruk tengkuknya tak gatal. Bingung harus bagaimana. Ia juga mengerti apa yang selama ini Roy pendam.

"Senior itu siapa namanya?" Tanya Revan sedikit lirih takut yang lain dengar.

"Ali. Anggota OSIS. "

Revan membulatkan matanya. Kagetnya menjadi dua kali lipat. Kali ini yang terlibat bukanlah sembarang anak senior. Siapa yang tak kenal Ali? Anggota OSIS yang dikenal sebagai salah satu murid kesayangan guru lantaran kepintarannya, sifatnya yang tegas, disiplin, dan ketampanan dirinya yang sudah tak diragukan lagi kebenarannya. Sudah terkenal pula di kalangan perempuan SMA ini.

"Lo nggak usah mikir tentang kelebihan kelebihannya. Dia nyatanya 180 derajat kebalik semua sifatnya. Nggak tau kalau otaknya encer beneran atau nggak." Ucap Roy sedikit malas, tau apa yang ada di pikiran Revan.

Dahi Revan mengernyit, "kebalik gimana maksud Lo?"

Roy menghembuskan nafasnya kasar, "Berandal." Ia menatap Revan yang masih bingung, "nanti aja gue jelasin. Sekarang gimana sama sepupu elo itu? Gue harus gimanaa??" Lanjutnya kembali frustasi.

Revan menyengir dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Menurutnya, ini merupakan sesuatu yang sangat mendadak dan mengejutkan.

"Lo harus gercep, bro. Jangan biarin dia berhasil ngerebut Aca. Lo nggak mau kan hampir kehilangan dia?" Ucap Revan sungguh sungguh.

I L Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang