1-Secarik Kertas

41 4 0
                                    

Asyifa Prov

Di malam yang gelap dan sunyi aku tetap berada di atas kasur dengan melamunkan masa laluku, masa kecil dimana aku adalah korban bullying teman sekolahku. Tak ada yang paham dengan apa yang aku alami. Setiap malam, kala insomniaku menyerang membayangkan kejadian masa lalu yang tak pernah bosan aku bayangkan. Asyifa kecil ohh bukan lebih tepatnya Ayu kecil yang malang.

Jam dinding kecil menunjukan pukul 02.00 WIB, aku yang telah terbiasa bangun untuk melaksanakan rutinitas sholat malamku sebagai seorang muslimah, mengucapkan beribu syukur kepada Sang Maha Pemurah yang telah memberikan kesempatan agar dapat melaksanakan ibadah kepada-Nya. Setelah melaksanakan sholat malam sembari menunggu adzan subuh berkumandang, aku luangkan waktu untuk mengingat hafalan surat-suratku. Setelah sholat subuh, barulah aku ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk keluargaku.

Oke skip--

Aku berjalan santai di koridor sekolahku, by the way aku sekolah di salah satu sekolah popular di kota kecil di Jawa Barat bukan karna aku orang berada namun Alhamdulilah dengan prestasi-prestasiku di sekolah SMP yang membuatku diterima di sekolah ini. Aku duduk di bangku kelas XII Akuntansi 01. Sembari menunggu bel masuk 30 menit lagi, ku habiskan dengan membuka mushap Al-Qur'anku.

Teeetttttttttttttt (oke anggap saja bel masuk)

Guru Matematika yang merangkap dengan guru BK pun masuk, murid-murid dengan terpaksa berangkat lebih awal karena takut dihukum oleh guru killer ini. pelajaran di mulai dengan sangat tenang, gimana ngga tenang orang bu guru memberikan latihan 50 soal untuk persiapan UN yang akan diadakan 2 minggu lagi. Cukup dengan 30 menit aku telah selesai mengisi soal tersebut langsung memberikannya kepada guru tanpa memperdulikan tatapan memohon teman sekelasku yang seolah-olah mereka meminta jawabanku.

"Asyi, istirahat pertama nanti kamu saya tunggu di ruangan saya" ucap bu mate dengan lembut.

"Baik bu, setelah ini Asyi menemui ibu" balasku dengan sedikit khawatir pasalnya sudah ke 3 kali aku masuk ruang Bk dengan alasan yang sama.

Segeralah aku menyusul Bu Mate menuju ruangan keramatnya, tanpa aku ketahui di Ruangan tersebut telah ada seorang ikhwan yang sangat tidak menyukaiku entah karena apa. Tanpa banyak basa basi Bu Mate langsung berbicara.

" Oke silahkan duduk Asyi" mempersilahkanku duduk di sofa panjang dengan seorang iikhwan

" Langsung saja, ibu sangat bangga mempunyai murid seperti kalian berdua sama-sama penghafal Al-Qur'an. Dengan itu sekolah memberikan beasiswa untuk kuliah di ITB. Namun, dengan catatan kamu Asyi harus melepas cadarmu." Yap, aku bercadar. Alasanku masuk keluar ruangan ini karena para guru tidak memperbolehkanku menggunakan cadar di sekolah.

" Tapi bu, saya tidak bisa melepas cadar saya." Ucapku dengan kepala masih menunduk
" Udahlah copot aja, lagian cadar kan ga wajib juga" ucap ikhwan tersebut dengan nada sinisnya
" Sudah Alfa, kalau Asyi tidak mau dengan terpaksa kamu Asyi tidak bisa menerima Beasiswa ini" ucap Bu Mate.
" Bila ini sudah menjadi keputusan sekolah tak apa bu, saya ikhlas tidak bisa mengambil beasiswa tersebut " balasku tanpa lupa senyum yang tertutup oleh cadar hitamku.
" Jadi, yang mendapatkan beasiswa ini hanya Alfariq Rifky Ramadhan." Ucap Bu Mate. Tapi tunggu, aku merasa tidak asing dengan nama itu. Tapi entahlah aku tidak bisa mengingatnya.

Dua bulan setelah kejadian itu, tepatnya malam ini kelulusanku yang diadakan di aula sekolah, semua murid ikut berpartisipasi merayakan kelulusan mulai dari anggota OSIS yang menjadi panitia, kelas X dan XI yang ikut menampilkan bakatnya untuk memeriahkan acara ini. Dengan costume putih hitam, seluruh murid angkatanku tampil dengan kebanyakan mengenakan dress hitam dan dress putih untuk perempuan dan jas hitam untuk lelaki. Hanya aku yang berbeda dengan mengenakan gamis yang menyapu lantai dengan hijab dan niqobku yang serba berwarna hitam.

Acara demi acara telah terlaksana dengan lancar, sekarang memasuki puncak acara yaitu pengumuman lulusan terbaik.

"Baiklah, sekarang adalah acara yang ditunggu tunggu oleh kita semua yaitu pengumuman terbaik dari angkatan umum tahun ini. Oke biasanya lulusan terbaik hanya diraih oleh satu orang. Namun, berbeda dengan tahun ini. di Tahun ini bukan satu orang melainkan sepasang yaitu perempuan dan laki-laki atas nama ASYIFATUN AYU HANIFA dengan ALFARIQ RIFKY RAMADHAN dengan nilai yang sama yaitu 400." Ucap pembawa acara dengan sangat meriah.

Riuh tepuk tangan yang mengantarkanku ke depan panggung aula untuk menerima penghargaan dengan Alfa yang malam ini mengenakan jas hitam dengan senyum yang menampakkan lesung di pipi kanannya. Astagfirullah, aku tersadar bahwa aku telah menatap lelaki yang bukan mahram bagiku segeralah aku menundukkan pandanganku.

Setelah acara selesai, aku bergegas pulang menggunakan Go-car yang sudah aku pesan sebelumnya. Namun sepertinya aku menginjak secarik kertas, dengan cepat ku ambil karena rasa penasaranku yang tinggi. Di sisi lain ada seseorang yang sedang mencari sesuatu yang sangat berharga baginya.

Sampai di rumah, aku bergegas menuju kamarku untuk membaringkan tubuh yang amat lelah entah kenapa mungkin karena acara mala mini yang begitu padat. Setelah aku membersihkan diriku, barulah aku merebahkan tubuh di kasur yang empuk ini. Namun, aku teringat akan secarik kertas yang aku temui tadi, aku membacanya

Untuk engkau duhai gadis kecil
Semoga engkau selalu dalam lindungan Ya Rabb-ku
Darimu aku belajar untuk selalu membela wanita
Seperti dulu aku membelamu
Ya Rabb, Lindungilah gadis kecil yang malang itu

Salam rindu
R.R

Bisa dipastikan bahwa sang penulis surat itu sangat merindukan gadisnya, namun entah kenapa aku merasa bahwa nasib gadis itu hampir sama denganku, namun segera ku singkirkan firasatku karna yang bernasib seperti itu bukan hanyalah aku saja. Aku mulai berpikir, apakah orang itu mempunya pikiran sama dengan R.R . Sungguh aku ingin berterimaksih karenanya lah aku mempunyai pelindung.

'Ya allah aku memohon perlindunganmu untuk melindungi orang yang telah menjagaku' batinku memohon.

Penantian Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang