3-Kejutan

21 2 0
                                    

"Assalamualaikum umi cantik" ucapku sambil memeluk umi dari belakang.
"Waalaikumussalam, tumben agak siang keluarnya"
"Iyah Mi, Asyi nyiapin berkas buat daftar kuliah"
"Kamu ngambil kuliah dimana Nak ? Kalau bisa jangan yg jauh-jauh Umi khawatir kamu ga ada yang jagain kamu"
"Asyi, ngambil di UII Sunan Gunungjati"
"Ya sudah, ayok makan. Umi ada kejutan buat kamu."
"Bener Mi ?" Ujarku dengan riang. Siapa sih yg ngga riang kalo mau dikasih kejutan.
"Iyah, In Syaa Allah"

Setelah rutinitas sarapan pagi. Berhubung hari minggu ku habiskan waktu untuk berdiam diri dirumah. Menghabiskan cerita novel yg belum sempat ku baca. Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yg menghampiriku dikasur. Perasaan aku lagi ga baca novel horor kok berasa merinding banget, batinku.
Ku teruskan untuk memandang novelku sambil gemetar membaca ayat kursi..

"Punya adek, Ada yang dateng bukan disayang malah dibacain istigfar" ucap seseorang

Ini perasaanku aja karena rindu Aa atau emang hantu nya nyerupain Aa, batinku.
Kalau udah gini, satu solusinya...
"Umiiiiiii..... " teriakku sambil bangun berniat lari tapi tanganku seperti ditahan. Yaallah selamatkanlah hamba..
"Aaaaaaaaaaa Umiiiiiii,, Allahu laillahailla huwal hayyul qoyyum laa "
"Hahahahahaha, yaallah dek ini Aa" tawa Aa yg menggelegar di kamarku. Langsung aja aku tengok arah suara dan Yap tepat sekali Aa ada di sebelahku dengan memegang tanganku yg sudah keringat dingin.
"Ihhh, Nyebelin" sahutku dengan kesal
"Adek, udah ketakutan ehh Aa malah seneng banget ngisengin adek"
"Maafin Aa dong, adek kecil" ucap Aa sambil menyubit pipiku. Kemudian, dia memelukku melepas rindu yang sudah setahun lebih tidak berjumpa, dia yg memilih bekerja di jakarta.
"Hikss,, Aa tega,, kok pulang ga bilang ke Adek"ucapku sambil menangis karena tak kuasa menahan sedih dan bahagia.
"Kan Aa udah bilang ke Umi dek"
"Umi cuman bilang kalo ada kejutan itupun besok" ucapku dengan menunduk
"Ga asik dong kalau dikasih tau, bukan kejutan namanya. Udah gih siap-siap kita qualytime bareng.
"Siap pak bos" setuju dengan semangat 45

Tak butuh waktu lama asyi sudah siap dengan setelan Hijab hitam tak lupa dengan niqob long yaman hitamnya.

"Yuk a" ajakku sambil turun dari tangga
"Kuy. Umi, Hafidz izin keluar sama Adek ya" ucap Hafidz Hidayat
"Tafadhol (silahkan) Nak, jangan pulang malam ingat jangan tinggalkan Sholat" jawab Umi Asya.
"Adek berangkat ya Mi" ucapku sambil menyalimi tangan Umi disusul Aa.
"Assalamualaikum"salam Asyi dan Hafidz
"Waalaikumussalam"

Di Mobil

"Aa mau ajak Asyi kemana sih, ini kan bukan arah ke caffe atau ke Mall apalagi ke taman yang dulu" tanya Asyi. Biasanya ketika Adanya pulang Asyi pasti di aja ke taman atau ke cafe akhirnya ke mall langganan mereka
"Aa mau ajak Asyi ke massa depan" ucap Hafidz dengan senyum mengembang.
"Apasih A, ga jelas pisan (banget)." seru Asyi
"Udah, nanti juga tau" jawab Hafidz tanpa mengurangi senyumnya yg membuat Asyi terheran pasalnya Hafidz adalah tipe orang yang jarang tersenyum lebar.

Kurang lebih 30 menit mereka sampai di sebuah caffe yang belum pernah Asyi kunjungi.
"Yuk dek kita duduk disana, orang nya udah nungguin" tunjuk Hafidz pada salah satu meja di pojok cafe yang sudah di tempati seorang wanita.
Asyi menganggukkan kepala pertanda setuju.
"Assalamualaikum, maaf lama Fa" ucap Hafidz
"Waalaikumussalam ngga kok Fidz, duduk"balas wanita itu dengan senyuman.
"Duduk Dek. Dek ini Ifa, Ifa ini adikku Asyi" ucap Hafidz memperkenalkan Asyi kepada Ifa, dan sebaliknya.
Jujur Asyi tak paham dengan semuanya, kenapa bisa Aa nya mengenalkan seorang wanita kepadanya.
"Latifah Az-Zahra" ucap Ifa sambil mengulurkan tangannya
"Asyfatun Ayu Hanifa, dipanggil Asyi" seru Asyi dengan membalas uluran tangan Ifa

Sambil menunggu pesanan mereka mengobrol seolah olah tidak ada Asyi diantara mereka.
"Ekhmm, jadi Kak Ifa ada hubungan apa sama Kak Hafidz" tanya Asyi pada keduanya
"Hmm, Jadi tujuan Aa ngenalin Asyi ke Ifa, karena Kak Ifa calon masa depan Aa. Dan sebulan lagi kami akan menikah" ucap Hafidz dengan senyumnya, tanpa mengetahui bahwa ada hati yang perlahan retak, pemilik hati itu ASYI.
"Umi dan Abi udah tau ?" ucapku menahan rasa tak enak dihatinya
"Udah dari dulu kali dek, tau ngga Ifa tuh temen Majlisan Aa pas dulu, sering marah marah kalau Aa telat datang karna dia bagian ketertiban" ucap hafidz lagi lagi dengan senyuman yang lebar
"Kamu tuh yang dulu terus abisin takjil aku" ucap Ifa diiringi ketawa Hafidz. Mereka berdua bercanda tanpa sadar Asyi yang sudah terkena satu tusukan dihatinya.
"Hmm... A, Asyi pulang duluan nya ada perlu" ucap Asyi dengan nada sedikit gemetar menahan tangisnya. Astagfirullah Aladzim- batin Asyi
"Aa anter kedep..." ucap Hafidz yang terpotong
"Gausah a, Asyi udah pesen ojek online kok" ucap Asyi memotong perkataan Hafidz.Tanpa menunggu jawaban dari Aa nya, Asyi lekas berpamitan
"Assalamualaikum" ucap Asyi sembari melangkah menjauhi mereka.

Asyi POV

Hati siapa yang tak sakit kalau mendengar kabar bahwa kakaknya akan menikah di waktu yang dekat tanpa memberitahunya lebih dulu, Kedua orangtuanya pun sudah mengetahuinya dari lama.
Merasa tak dianggap
Merasa tak dibutuhkan
Merasa tak diingat
Merasa tak dipedulikan
Merasa diacuhkan
Itu yang Asyi rasakan kali ini. Puluhan Istighfar selalu terlontar dari mulutnya menyertai langkah yang entah menuju kemana asalkan ia menjauh dari tempat itu.

Melihat tempat duduk di depannya yang berada di sisi air pancur, Asyi melangkahkan kakinya ke tempat itu. Menumpahkan segala rasa sakitnya dengan deraian airmata yang kian membasahi niqobnya.

Apa sebenarnya arti aku dalam hidupnya, 18 tahun kita bersama, apa selama ini kasih sayang yang dia tunjukan palsu ? Apa dia benar-benar melupakanku hanya karena seorang wanita yang ia kenal.

Aku ambil buku tulis dari tasku, segera ku tuliskan seluruh keluh dan kesah yang ada dihatiku. Setelah selesai ku taruh kembali kedalam tas, dan bergegas untuk pulang dengan jalan kaki. Yups, satu kekurangan ku, aku pelupa. Lupa membawa dompet dan Handphone tepatnya.

Sudah hampir 2 jam aku berjalan kaki, tanpa tau harus berapa lama lagi sampai ke rumah, aku hanya berdoa semoga Allah melindungi dan memberikan pertolongan kepadaku.

Tinn... Tin...
Klakson mobil yang berada di belakang ku, segera ku tengok

"Asyi.." ucap pria dengan nada lembutnya
"Afwan (Maaf), siapa ya ?" tanyaku dengan heran, pasalnya ada yang mengenaliku ditempat seperti ini.
"Kak Asyi" ucap anak kecil yang turun dari mobil yang sama.
"Lohh,, Ami ada disini ?" tanyaku, Iyaa dia Ami yang kemarin aku tolong.
"Aku abis dari rumah teman abang, kak Asyi kenapa jalan kaki ? Ini kan jauh dari rumah kakak" tanya Ami
"Kakak habis .... Ahhh habis dari cafe tapi lupa membawa dompet dan handphone, jadi kakak jalan kaki untuk pulang" jelas Asyi
Lucu - batin seseorang
"Yuk kak, Ami anterin ke rumah. Ehh abang deh yang anter kan abang yang nyetir, Ami kan cuman duduk ajah" seru Ami dengan senyumnya, seperti dia - batin Asyi.
Tanpa menunggu jawaban Asyi, Ami menyeret tangannya untuk masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang.
"Ehhhh" pekik Asyi karna kaget.
Tak lama lelaki itu pun masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya.
"Kak, Ami kan udah janji mau kenalin kakak ke abang Ami, nahh sekarang Ami mau kenalin kak Asyi ke abang. Nah yang nyetir itu bang Firdan." ucap Ami. Ku anggukkan kepala tanda mengerti
"Ayokk dong ihhh kenalan" ucap Ami dengan kesal, pasalnya diantara kami berdua belum ada yang membuka suara karna canggung mungkin.
"Gue Rizki Firdansyah" ucap bang firdan
"Saya Asyi bang" jawabku
"Tuh udah kan, dasar bocil bawel banget kalo gak diturutin kemauannya." omong nya dengan Panjang kali lebar
"Kan awas ajah Ami aduin biar ditembak sama tentara Ami" jawab Ami dengan ambek nya.
Sementara aku hanya diam tanpa melerai karna aku merasa kurang enak badan dan sangat lelah karena sudah berjalan lama sekali.

Tak berapa lama akhirnya sampai Didepan rumahku, segera kuucapkan terimakasih pada keduanya dan lekas masuk membuka gerbang karena hari mulai menjelang magrib pastinya A Hafidz sudah sampai rumah. Mengingat nama itu hatiku kembali teriris.

"Assalamualaikum" ucapku parau sambil membuka pintu rumah
"Waalaikumussalam" ucap Umi dan Abi. Rupanya Abi sudah pulang dari Klaten menyelesaikan masalah pekerjaannya.
"Aa bilang katanya kamu ada perlu jadi p ulang lebih dulu," ucap umi
"Kamu ndak papa dek ?" tanya abi sambil mendekat kepadaku. Ahh abi,, jika saja badanku tak lelah sudah ku hamburkan pelukan kepadanya.
"Ndak apa apa bi" jawabku sedikit parau
"Sini, apa ndak kangen abi ? Biasanya kamu paling antusias liat abi" ucap abi Hidayat.
Lalu ku peluk abi, mencari kenyamanan dan ketenangan di pelukannya. Tapi rasa pening dan sakit pada tubuhku seakan tidak memberikanku kesempatan untuk mencari kenyamanan itu.

Brukkkkk.....

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hello gaeys welcome back to my stories.
Mon maaf ya udah lama ga Up
Untuk mengobatinya aku kasih part yang lebih panjang dari sebel nya dehh
1412 kata lohh

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di vote ya
Stay at home
Jangan lupa berdoa dan bersyukur hari ini

21 Juni 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penantian Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang