Pagi harinya Elina membuka mata dengan malas. Di sebelahnya Adam masih tertidur dengan mendengkur. Elina bangkit dan menuju kamar mandi. Langit masih hitam, jam menunjukkan pukul 5 subuh. Elina menghidupkan shower dan membersihkan dirinya. Setelah selesai Elina berkaca di cermin yang berada di atas westafel. Senyum kecil tercetak di wajahnya, di area dadanya terdapat bekas kecupan Adam. Elina menyentuhnya dengan pelan. Tak terasa sakit. Elina kembali melihat pantulan dirinya di cermin dan menghela napas panjang. Elina tidak merasa bersalah sedikitpun, dia tidak merasa salah atas Brady. Justru hatinya merasa puas. Hasrat yang di pendamnya berhari-hari membuatnya sangat bad mood di kantor. Namun pagi ini tubuhnya relax dan nyaman.
Elina meraih handuk dan mengeringkan tubuhnya. Elina kembali mengenakan dressnya tadi malam dan melirik sekali lagi Adam yang masih tertidur. Elina melangkah keluar dan kembali ke apartemennya tanpa satu kata yang di tinggalkannya untuk Adam. Elina merasa tidak memiliki kewajiban apapun. Elina segera berganti pakaian dan menyiapkan sarapannya, beberapa menit lagi dia harus berangkat ke kantor.
Setibanya di kantor Della menyambutnya dengan tatapan tajam. "What?" Elina merasa risih dan duduk di kursinya. Della tidak mengatakan apapun dan meninggalkannya. Elina menghela napas panjang dan meminum kopi panasnya. Hari itu sangat melelahkan, pekerjaannya tiba-tiba menumpuk. Seluruh karyawan sudah pulang, hanya dirinya yang harus tinggal karena beberapa kasus mendesaknya cepat. Perutnya lapar dan segera mengorder makan malam. Elina bersandar di kursinya dan menutup matanya. Jemari telunjuk dan ibu jarinya memijat keningnya pelan. "Hay babe." Suatu suara mengangetkannya.
Elina membuka mata dan melihat sosok Adam disana. "Hu?" katanya terkejut.
"Aku tidak tahu kita bekerja di kantor yang sama." Adam duduk di hadapannya.
"Aku juga...." Elina masih terkejut.
"Jadi kamu adalah seorang pekerja hukum."
"Ya, dan kamu?"
"Ayahku memiliki firma hukum sendiri. Aku berada di sini untuk 6 bulan kedepan hanya untuk magang. Kebetulan aku melihat datamu saat bekerja."
"Ah..." Elina mengangguk.
"Kenapa kamu meninggalkanku pagi ini tanpa pemberitahuan apapun? Apa aku begitu buruk di atas ranjang?"
Elina tertawa kecil, "Bukan itu. Kamu tahu ini hanyalah one night stand."
Adam tertawa, "Aku tidak akan mengikatmu."
"Good then." Elina meneguk air mineralnya. "Aku sudah bertunangan. Just info."
"So do I." Adam menjawab santai.
"Huh? Kamu juga sudah bertunangan. Lalu?" Elina kembali dikejutkan.
"Lalu? Seks adalah urusan lain. Kamu pun tahu. Atau jangan-jangan ini pengalaman pertamamu?" goda Adam.
"Ya." jawab Elina jujur.
Adam tersenyum, "Look, kita masing-masing memiliki kehidupan yang lain. Aku sangat menikmati apa yang terjadi tadi malam. Aku ingin melanjutkannya." Tawar Adam.
Elina menelan liurnya keras, "Tetapi aku memiliki teman yang bekerja di sini dan mengetahui statusku."
"Siapa?"
"Della."
"Jangan kuatir. Aku akan berhati-hati. Apa menurutmu kita harus bertukar kontak sekarang?" Adam menatapnya nakal.
Elina meraih handphonenya dan menyimpan nomor Adam dengan nama yang berbeda. "Done." Adam mengangguk dan bangkit menghampirinya. Adam berlutut di hadapan Elina dan memutar kursinya agar berhadapan dengan tubuh Adam. Tangan kanan Adam memasuki rok ketatnya segera. "What the...." Maki Elina terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Pie (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* SPICY... SPICY.... SPICY.... Sebuah cerita perselingkuhan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.