Brady baru terbangun dari tidur panjangnya, di liriknya jam yang menunjukkan pukul 4 subuh. Tubuhnya merasa rileks. Foto dirinya dan Elina terpajang di atas meja di samping tempat tidurnya. Itulah adalah moment di mana dia meminta Elina menjadi istrinya. Elina tersenyum lebar menggendong mawar yang diberikannya. Di jemari manisnya terselip cincin pertunangan mereka. Brady tersenyum kembali jika mengingat moment itu. Kakinya bangkit dan melangkah menuju dapur. Di raihnya air mineral dari kulkas dan di teguknya setengah. Brady melangkah menuju ruang gym-nya dan mulai berolahraga. 1 jam kemudian dengan tubuh penuh dengan peluh, Brady kembali ke ruangannya untuk membersihkan diri. Pukul 6 pagi dia sudah membuka restonya dan menuju dapur. Bahan-bahan segar yang di bawanya perlahan tersusun di ruang penyimpanan dan kulkas. Beberapa karyawannya mulai berdatangan.
"Pagi bos." Sapa Juke.
"Pagi." Brady sedang mengecek buku keuangan.
"Pagi." Trisya melangkah memasuki dapur sudah dengan baju chef-nya. "Ada masalah?" Trisya mendekatinya.
"No." jawab Brady pendek dan tetap terpaku dengan data tertulis tersebut. Trisya hanya memandangi wajah Brady lama. Sudah menjadi rahasia umum jika Trisya menyukainya.
Brady memiliki 2 chef, 2 kasir, 2 cleaning service dan 5 pramusaji. Mereka akan mulai bekerja sesuai dengan shift yang di tentukan. Restonya akan mulai buka dari pagi pukul 7 hingga malam pukul 9. Brady meninggalkan dapur dengan membawa catatan di tangannya.
"Bos kelihatan happy." Celetuk Juke.
"Ya." jawab Trisya pelan dan terus memandangi punggung Brady.
"Kelihatan banget sih. Cowok juga ogah kalau kamu terlalu menggebu." Juke mulai menata bahan-bahan segar di atas meja.
Trisya tersenyum kecil, "Kalau gak punya tunangan aja."
"Masih status tunangan, bisa batal." Juke kembali menatap Trisya jahil. Trisya terlihat berpikir tentang itu. Ini tahun ke duanya dia bekerja di bawah Brady, sejak awal melihatnya Trisya sudah jatuh hati. Namun sikap Brady terlalu dingin. Belakangan dia baru mengetahui jika Brady sudah memiliki tunangan. Kepulangannya 2 bulan lalu menemui tunangannya semakin mengukuhkan hubungan mereka. Brady selalu terlihat ceria sejak itu. Trisya mulai mencuci sayur-sayuran segar. Juke di sebelahnya ikut membantu. Trisya sering berpikir apa kurangnya dia dibanding tunangan Brady, beberapa costumer bahkan sering meminta nomornya untuk berkenalan. Tetapi bukan mereka yang di inginkan Trisya. Seketika Trisya mengeringkan tangannya dan segera berlari ke lantai dua, memasuki ruang kantor Brady.
"Euhm. Hai." Sapa Trisya kikuk.
"Ya?" Brady menoleh dan menghentikan aktivitas bacanya.
"Apa kamu sudah sarapan aku bisa membu.."
"Aku sudah makan. Thanks." Potong Brady dan kembali fokus kepada kertas-kertas di hadapannya.
"Oh oke." Jawab Trisya kecil dan kembali menutup pintu. Langkahnya lesu memasuki dapur kembali.
"Ditolak lagi... di tolak lagi." Ujar Juke dan mulai memotong beberapa sayuran. Trisya kembali ke areanya dan hanya tersenyum kecut.
"Aku semakin ingin merebutnya jika dia seperti ini." Tekad Trisya. "Kamu lihat bukan bagaimana dia begitu berdedikasi dengan pasangannya. Sungguh sempurna."
"Pria macam bos hanya satu cara meruntuhkannya."
"Huh?" Trisya menatap Juke tertarik. "Caranya?"
"Dia harus tersakiti dulu."
"Maksudmu?"
"Pasangannya berselingkuh atau meninggalkannya. Hanya cara itu yang bisa meruntuhkan temboknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Pie (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! 21+ (Sudah di peringatkan ya. Jangan ngeyel yang belum cukup usia.) *Belum diedit sedikitpun. Penuh gramatikal eror.* SPICY... SPICY.... SPICY.... Sebuah cerita perselingkuhan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.