LIMA

5.9K 114 1
                                    

Hari ini 7 pegawai magang itu akan hadir bekerja bersamanya untuk kepentingan penelitian kampus. Mereka berdiri berbaris sejajar di depan seluruh anggota kantor dan di perkenalkan oleh kepala seksi. Elina dan Della berdiri tak jauh. Elina menyikut lengan Della lembut. "Yang ke dua cakep tuh."

"Ck!" Della berdecak malas dan meraih handphonenya untuk melirik waktu.

"Di bilangin gak percaya." Elina ikut melirik jam tangannya, "Sudah jam segini belum kelar juga. Bos ngoceh mulu dari tadi."

"Itulah." Desah Della lelah.

"Kamu butuh pelepasan."

"Jangan mulai deh."

"Loh. Serius." Elina mulai bersemangat, "itu kunci penting, Del. Percaya aku."

"Sudah ah." Della mengibas lemas.

Pandangan Elina kembali berfokus kepada pegawai magang itu. 4 pria dan 3 wanita. Elina mengakui jika empat pria magang itu memiliki wajah yang tampan, postur tubuh mereka tegap dan tegas. Namun nomor 4 paling menggelitik hatinya. Tubuhnya paling tinggi dan paling kekar, warna kulitnya lebih gelap di banding 3 yang lainnya. Elina pun mendengar jika usianya bahkan 2 tahun di atasnya. Namanya adalah Yanan. Nama yang unik. 30 menit kemudian mereka sudah di perbolehkan kembali ke ruangan masing-masing, hanya 7 pegawai magang yang masih tertinggal. Saat kembali ke ruangannya Elina melihat Adam melintas, wajah keduanya datar. Elina melirik Della di sebelahnya yang sibuk membalas pesan. Adam tetap melanjutkan langkahnya. Mereka sepakat untuk tidak mengobrol dan bahkan bertukar senyum selama masih berada pada satu kantor yang sama. Elina duduk di atas kursinya dan mulai membuka kembali berkasnya. Tak beberapa lama pintu ruangannya di ketuk dan Jilly yang bekerja di departemen HR masuk. "El, kamu kedapatan satu pegawai magang ya."

"Kok bisa?"

"Si bos bilang kamu suka pulang telat, pekerjaanmu kan memang banyak." Jilly menerangkan dan memanggil pegawai magang tersebut. "Ini Yanan. Baik-baik ya sama dia." Elina menjatuhkan pulpennya karena terkejut, pria yang membuat hatinya tergelitik. "Usianya lebih tua dari kamu. Jangan bully!" Jilly tersenyum lebar.

"Siapa yang suka bully?! Ngaco!" Elina tersenyum kikuk. "Hai. Elina." Tangannya terulur untuk berjabat tangan dengan Yanan.

"Yanan. Mohon bimbingannya."

"Yan, si Elina jangan di ganggu. Sudah ada yang punya soalnya." Tambah Jilly melirik kearah jemari Elina dan diikuti oleh tatapan Yanan. Elina hanya tersenyum kecil. "Oke. Aku tinggal ya." Jilly berlalu meninggalkan ruangan Elina.

"Silahkan duduk." Elina meraih air mineral dari dalam laci yang tak jauh darinya. Elina kembali ke mejanya dan memberikan air mineral itu.

"Thanks." Jawab Yanan. "Oh sudah ada yang punya?" suara baritone Yanan memenuhi ruangan.

"Uh?"

"Baru tunangan kan?" Yanan meneguk air mineralnya.

Elina tersenyum, "Iya." Yanan menatapnya dalam tanpa berbicara membuat Elina bertanya-tanya.

"Kamu tahu? Aku meminta bagian HRD untuk menaruhku disini." Kata Yanan lagi.

"Why?" Elina mulai menghentikan pekerjaannya.

"Aku tahu apa yang kamu mau." Yanan membasahi bibirnya membuat mata Elina mau tak mau menatapnya. Yanan bangkit berdiri dan mendekati kursi Elina. Napas Elina mulai memburu. "Dari awal perkenalan di ruangan meeting, matamu tidak berhenti menatapku. Biar aku tebak. Tunanganmu tidak berada di kota ini? Kesepian huh?" Goda Yanan. Tangannya yang besar dan hangat mulai mengelus pipi Elina.

"A...apa yang kamu lakukan?" Elina berusaha menolak.

"Haruskan aku berhenti?" bisik Yanan dan meraih tangan kanan Elina lalu menaruhnya diatas gundukan kejantanan Yanan. Mata Elina membulat terkejut dan tanpa dia sadari mengelus kejantanan Yanan maju mundur. Yanan mulai menjilat telinga Elina.

Naughty Pie (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang