TUJUH

4.7K 114 2
                                    

Brady sedang meminum winenya sembari menatap langit dari balkon kamarnya. Pikirannya jauh membayangkan sosok Elina. Hatinya sangat rindu, apalagi kehangatan yang mereka sudah bagi bersama. Ini sudah memasuki bulan ke 4 dirinya terakhir bertemu Elina. Brady juga mengetahui jika Elina lulus di salah satu universitas luar negeri untuk level Masternya. Saat Brady ingin mengetahui pasti di mana, Elina memilih merahasiakannya. Udara malam semakin dingin, Brady memilih menutup pintu balkonnya dan memasuki kamar tidurnya. Di raihnya handphone miliknya dan menghubungi Elina, berharap kekasih hatinya itu belum tidur dengan perbedaan waktu 5 jam lebih dulu di Jakarta. Dengan beberapa deringan akhirnya terjawab, "Hallo?" suara pelan Elina membuyarkan lamunannya. "Babe?" kata Elina lagi dengan suara serak.

"Hai Babe."

"Apa kabar?" Elina terdengar bangkit dari tidurnya dan berjalan.

"Baik. Maaf menghubungimu jam segini."

Elina melirik jamnya yang menunjukkan pukul 3 subuh. "Tidak apa. Apa semuanya baik-baik saja?"

"Ya."

"Lalu mengapa kamu menghubungiku jam segini?"

"Aku hanya sangat merindukanmu."

Elina yang sedang meneguk air mineralnya tersenyum, "I missed you too."

"Aku benar-benar ingin menikahimu dan memboyongmu kemari. Kita tidak akan terpisah lagi."

"Tidak semudah itu." lirih Elina, "Kamu tahu aku masih ingin..."

"Bekerja." Sambung Brady. Di tatapnya gelas wine itu lekat. "Kamu pasti lelah, kembalilah tidur."

"Huum." Elina menjawab pendek.

"Love you, Pie."

"Love you too."

Brady memandang handphone saat Elina sudah mematikan line voice call mereka. Ayah Ibunya memintanya untuk pulang minggu depan, haruskan dia menggunakan kesempatan itu untuk berdiskusi mengenai pernikahan kepada Elina? Sudah cukup lama mereka bertunangan. Namun karena keinginan Elina untuk melanjutkan pendidikan, Brady mengalah.

Sementara di sisi lain, Elina kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pandangannya melihat plafon hotel tersebut. Di sebelahnya Yanan tidur mendengkur tanpa sehelai benang pun. Istrinya sedang kembali ke kampung mengunjungi orang tuanya dan dia sendirian di rumah. Jadilah Yanan membooking hotel dan memintanya datang. Brady memintanya untuk segera menikahinya, apa dia sudah siap? Saat pikirannya begitu tenggelam dengan perdebatan, lengan kekar Yanan memeluknya.

"Siapa yang menghubungimu?" tanyanya malas.

"Huh? Kamu tidak tertidur?"

"Aku terbangun dan hanya menebak saat kamu meletakkan handphonemu beberapa menit lalu."

"Oh."

"Tunanganmu?"

Elina mengangguk dan kembali terdiam. "Yan..." panggil Elina beberapa saat mereka terdiam, "Kenapa kamu melakukan ini denganku saat kamu sudah memiliki istri?"

Yanan tertawa kecil, "Aku sudah pernah menjelaskan kepadamu bukan?"

"Ya, aku hanya ingin mendengarnya lagi. Apa kamu tidak merasa was-was saat istrimu mengetahuinya?"

"Kenapa aku harus was-was?"

"I mean... tidak seharusnya bukan pria beristri tidur dengan wanita lain?"

"Why?" Yanan balik bertanya padaku.

"Dosa?" Elina bertanya ragu.

"Well... Mungkin. Toh aku tidak berbohong kepada istriku. Jika dia bertanya apa aku meniduri wanita lain, aku akan menjawab jujur."

Naughty Pie (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang