|| 1 ||

70 18 3
                                    

🐾
JANGAN LUPA UNTUK VOTE SETIAP PART-NYA. SEMOGA KALIAN MENYUKAI CERITA SAYA. ♥️ U ALL!
🐾

1. SI KECIL

Datang pagi ke sekolah, sudah hal yang biasa bagi Kinan. Hampir setiap harinya dia sampai di sekolah paling awal. Pagi ini langit terlihat kelabu, dengan seragamnya yang putih abu dia berjalan tanpa ragu, menyusuri setiap jalan yang berkelok.

Sepertinya matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Ini masih terhitung sangat pagi, 05.45. Mungkin kebanyakan murid lain masih tidak bergeming di bawah selimutnya, berbeda dengan Kinan.

Dalam jarak rumah ke sekolahnya yang terbilang cukup dekat, dia memilih untuk berjalan kaki. Melewati beberapa rumah yang masih tertutup rapat. Dia terhenti saat menatap hal yang tak asing lagi untuknya.

Dia menggeleng, melanjutkan langkahnya. Lagipula dia sudah terbiasa melihatnya, masih sama, dan tetap di tempatnya. Terus melangkah, dan akhirnya sampai di gerbang sekolah.

Untung saja sudah terbuka, kemarin dia pernah sampai di sekolah dengan gerbang yang masih terkunci dari dalam yang tentu membuatnya menunggu entah berapa lamanya. Kinan melangkah masuk melewati gerbang, dan segera menuju kelasnya yang berada di ujung.

Melewati halaman yang sepi oleh manusia, tapi ramai oleh mereka. Kinan tidak menghiraukan aktivitas-aktivitas mereka. Walau terkadang dia masih sering memperhatikan mereka diam-diam.

Dia mendadak terhenti saat di depannya lewat satu dari mereka, Kinan berpura-pura tidak melihatnya dan memilih menatap hal lain. Dia tadi melirik sekilas, rambut yang kusut, bercampur dengan darah yang baunya menyeruak indra penciuman Kinan.

Kinan selalu tidak berani menatap wajah mereka, wajah penuh kesakitan mereka, kesakitan akan kekejaman dunia yang dulu mereka alami. Dan berakhir menjadi mereka yang sekarang.

Kinan melanjutkan kembali langkahnya menuju kelas, telinganya di penuhi suara-suara mereka. Suara tawa yang memecah telinga, teriakan meminta pertolongan yang menggema, dan suara anak kecil yang tengah bermain dengan sesama temannya.

Kinan seakan menulikan pendengarannya, dia ingin bergegas cepat sampai di kelas.  Berjalan cepat tanpa menghiraukan mereka, lalu perempuan itu membuka pintu kelasnya yang masih tertutup.

Dia masuk ke kelasnya, segera meletakkan tas di bangku. Dia sedikit senang berada di kelas ini, hanya ada beberapa dari mereka. Tidak terlalu banyak seperti kelas lainnya. Kinan memilih bangku ketiga dari barisan depan.

Kinan mengambil novel yang dia pinjam di perpustakaan minggu lalu dari dalam tas, mulai membaca. Karena hal itu mungkin dapat mengalihkan perhatiannya. Mengeja kata demi kata dalam hatinya, meski telinga tetap masih menangkap beberapa suara mereka.

Dua puluh menit setelahnya beberapa murid mulai berdatangan, banyak yang berbincang tentang tugas yang kemarin di berikan juga tentang ekstrakurikuler yang di ikuti. Kinan mampu mendengar semua percakapan mereka. Siapa sangka, Kinan memiliki kemampuan dalam indra pendengarannya, seperti dapat mempertajam kemampuan mendengar.

Tak banyak yang tau jika dirinya itu, indigo. Bahkan teman sekelasnya tidak ada yang tau. Mereka hanya mengira bahwa Kinan itu memang suka menyendiri dan juga suka ketenangan.

Bagi Kinan ketenangan tak berarti apa-apa, jika sudah ada satu dari mereka. Cukup satu yang Kinan takuti, mereka tau jika Kinan dapat melihat mereka, karena itu berarti bahaya untuk Kinan.

Pandangannya teralih dari buku, dia menatap ke belakang. Tepat di pojok kelasnya, tempat dimana sapu-sapu tidak tertata rapi. Juga sampah-sampah yang dibiarkan begitu saja, tidak ada yang berinisiatif untuk membuangnya keluar.

Kinan menutup novelnya, berjalan ke arah tempat sampah di kelas. Dia merapikan sapunya agar tergantung rapi di dinding, lalu memasukkan sampah yang keluar dari keranjangnya. Saat Kinan mengangkat keranjang sampah dirinya sedikit terkejut.

Kinan mencoba tidak menghiraukan dia. Berjalan keluar kelas, memasukkan sampah-sampah itu ke dalam tempat sampah yang lebih besar di luar kelasnya.

Dia berbalik kembali ke kelasnya, saat mengembalikkan keranjang sampah, Kinan tidak mendapati dia. Kinan memilih untuk tidak memikirkannya lagi, kembali ke kursi. Terkejut Kinan saat mendapati dia yang tadi Kinan lihat, berada di samping tempat duduknya.

Tubuhnya kecil, meringkuk memeluk lututnya sendiri. Dengan matanya yang masih tertutup, Kinan memilih mengabaikannya, tidak menganggap ada keberadaannya.

Tubuhnya tersentak saat bola mata yang awalnya tertutup, kini terbuka menatapnya tajam. Dia menatap Kinan, juga sebaliknya. Tatapannya begitu mengerikan, Kinan memilih mengalihkan pandangannya, menatap hal lain. Seakan Kinan tidak dapat melihat dia.

Kinan duduk ke kursinya, kembali membaca novel. Baru saja dia selesai membaca dua alenia dari cerita di buku yang dirinya pegang, tubuhnya meremang, dia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kulit kaki kanannya.

Kinan menelan ludah, mencoba mengabaikannya. Tapi kini kedua kakinya terasa dingin, Kinan melirik ke bawah melihat dia, masih tidak bergerak dari tempatnya dan justru menyentuh kedua kaki Kinan dengan tangannya yang dingin.

Kinan tidak tau apa yang harus dia lakukan, entah memilih mengabaikannya lagi. Atau berusaha melepas tangan kecil nan dingin itu. Kinan memilih menggerakkan kakinya, mencoba melepas tangan si kecil itu.

Telinganya menangkap suara kesakitan di bawah, membuat Kinan kembali menegak ludahnya. Dia melirik ke bawah lagi, ternyata akibat dari Kinan yang menggerakkan kakinya tadi membuat tubuh si kecil itu menabrak kaki meja.

Entah akan merasa bersalah atau bagaimana, tapi dia tidak ingin identitasnya sebagai seorang indigo itu diketahui oleh mereka. Kinan menatap bukunya lagi, satu menit berlalu, Kinan tidak merasakan dia berada di bawahnya.

Kinan sedikit melirik ke bawah, dia tidak melihat si kecil lagi. Huh, dia bersyukur si kecil tadi hampir mengetahui jika Kinan adalah indigo, dapat melihatnya. Mungkin caranya yang memilih untuk abai juga ada manfaatnya.

Bel berbunyi, Kinan menutup bukunya lantas mempersiapkan buku dan alat tulisnya di atas meja. Menunggu guru datang dan menunggu materi baru yang akan dia dapat hari ini. Semoga satu dari mereka tidak ada yang mengacaukan harinya lagi.

🐾
Mereka hanya butuh teman. (Kinan)
🐾

{ To be continued }

KINANTHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang