|| 4 ||

12 4 0
                                    

🐾
JANGAN LUPA UNTUK VOTE SETIAP PART-NYA. SEMOGA KALIAN MENYUKAI CERITA SAYA. ♥️ U ALL!
🐾

4. JANJI

Hantu perempuan turut menoleh ke belakang, dia terkejut, sangat terkejut. Mundur beberapa langkah menjauh, Kinan pun ikut terkejut.

Satu sosok yang berperawakan tinggi, berdiri menjulang di depan Kinan dan hantu perempuan itu. Dia mendekat, Kinan ingin mundur tapi tertahan. Kakinya sungguh sulit digerakkan.

"Ki-nan-thii..." serunya kembali. Argh, sungguh menegangkan bagi Kinan saat ini. Hantu itu terus saja memanggil nama Kinanthi, Kinan kira dia memanggil hantu perempuan di depannya.

Tapi pandangannya tertuju pada Kinan. Membuatnya merasa ngilu, merasakan bagaimana dia bisa berbicara dengan lidahnya yang terpotong itu.

Kinan menggeleng, dia harus segera pergi dari sana. Ini lah ketakutan yang selalu ia coba untuk jauhi. Saat dimana mereka mengetahui siapa itu Kinan.

"Ki-nan-thii..."

Oh, teruslah memanggil nama Kinanthi, namanya bukan Kinanthi. Hanya Kinan. Kenapa hantu itu menambahi? Bisa-bisanya.

Hantu laki-laki itu berhenti memandangi Kinan. Dia terlihat memandang hal lain, sesuatu di belakang Kinan.

Kinan ingin menengok ke belakang, tapi lehernya terasa sangat nyeri. Hantu laki-laki itu terlihat mengguman sendiri. Lalu perlahan tubuhnya menghilang.

Kinan menoleh ke belakang cepat, mendapati seorang laki-laki dengan seragam guru melekat pada tubuhnya. Dia tersenyum ramah kepada Kinan.

Kinan menoleh ke belakangnya kembali, hantu perempuan itu pun turut menghilang. Dia kembali menatap ke depan, "Terima kasih." Dia tersenyum, mengangguk.

"A-anda guru di sini?"

"Iya, saya mengajar mata pelajaran Biologi. Nama saya Durma Putra Aji."

"O-oh... pak Durma, saya Kinan, kelas sepuluh."

"Iya saya sudah tau. Ngomong-ngomong, kamu lebih hati-hati ke depannya. Dia gak mungkin berhenti di sini."

"I-iya. Jadi, Pak Dimar bisa?"

Pak Dimar terlihat tersenyum hangat, lalu mengangguk. "Kamu kembali saja ke kelas. Waktunya udah gak banyak buat makan, keburu bel nanti, saya duluan."

"I-iya pak. Terima kasih sekali lagi."

#

Sepulang dari sekolah, Kinan tidak berniat langsung pulang ke rumahnya. Kinan ingin pergi ke warung sembako. Dia harus membeli beberapa bahan yang sudah habis di rumahnya.

Saat dia berhenti di pertigaan jalan, dia menatap lurus ke arah aspal hitam yang di atasnya terdapat sesajen. Dahan pisang yang masih muda, dengan beberapa kelopak mawar merah dan mawar putih.

Kinan menelan ludah ketika beberapa dari mereka muncul begitu saja. Kinan menghitung jumlah mereka, "Empat." Lirihnya.

Kinan memperhatikan mereka yang sedang mengerubungi tempat dimana sesajen tadi diletakkan. Kinan masih belum beranjak dari tempatnya berdiri dari, dia hanya, ingin memperhatikan mereka.

Saat itu juga, muncul lagi salah satu dari mereka. Keempatnya segera berlari menjauh saat melihat satu sosok yang baru saja tiba itu. Membuat Kinan mengerutkan keningnya.

Mungkin, kali ini Kinan dapat menjelaskan bagaimana rupa salah satu sosok di depannya. Pakaian yang dia pakai, robek di bagian perut. Pakaian berwarna hitam lusuh, rambut yang tidak tertata rapi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KINANTHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang