🐾
JANGAN LUPA UNTUK VOTE SETIAP PART-NYA. SEMOGA KALIAN MENYUKAI CERITA SAYA. ♥️ U ALL!
🐾3. TEMAN
Kinan sampai di sekolahnya setelah berlari kencang tadi. Sebelum memasuki area sekolah, dia berkali-kali mencoba mengambil napas. Masih pagi, dan dia sudah berkeringat karena lari tadi.
Dengan napas masih tersengal dia melangkahkan kaki kirinya masuk ke dalam sekolah melewati gerbang. Berjalan dengan mencoba bersikap santai melewati mereka. Seperti biasa.
Satu dari mereka berhenti di depan Kinan, oh bukan, terlihat seperti menghadang. Kinan yang tak sengaja menatap kedua matanya segera menunduk. Menggerak-gerakan sepatunya, menyibukkan diri dengan sepatu.
Berharap sosok itu pergi, Kinan mengangkat kembali pandangannya. Sosok tadi sudah tidak ada di depannya, Kinan menarik napas lega. Untung saja.
Kiinaan..thii..
Kinan mengernyit, awalnya dia merasa terpanggil. Tapi namanya adalah Kinan, bukan Kinanthi. Jadi, mungkin dia beranggapan itu bukan memanggil dirinya. Melanjutkan langkahnya ke kelasnya.
Daun telinganya menangkap suara teriakan, spontan dia menghentikan langkahnya. Itu mungkin teriakan salah satu dari mereka, jadi bukan urusannya. Tapi, Kinan tetap berbalik dan mencari-cari darimana suara teriakan itu.
Suara itu dari toilet perempuan, berlawan arah dari kelasnya. Apa dia akan tetap pergi kesana? Itu bukan urusannya. Tapi dia penasaran. Baiklah, dia memilih terus melangkah ke kelas saja.
Sangat berbahaya jika mereka tahu tentang Kinan yang dapat melihat mereka. Jadi, sekali lagi mungkin dia akan mengabaikan mereka, lagi. Memasuki kelasnya yang terasa sangat sepi, hanya ada dia. Dan, beberapa yang lain.
Melakukan aktivitas monoton, terus saja seperti itu saat dia tiba di sekolah. Sebenarnya juga jenuh tapi, mau bagaimana lagi. Dia juga belum mendapat teman di kelasnya.
Teman-teman sekelasnya belum ada yang mendekatinya untuk sekedar mengajak berkenalan. Kinan juga merasa gengsi jika harus mengajak berkenalan terlebih dahulu. Jadi, ya begini, selalu sendiri.
#
Pertengahan pelajaran Kinan merasa ingin ke toilet. Karena dia memang tidak biasa menahan, dia meminta izin kepada guru yang sedang mengajar.
Dia sedikit berlari, koridor sepi, ya karena semua murid berada di kelasnya, mengikuti pelajaran. Masuk ke salah satu bilik kamar mandi yang tidak terpakai.
Selesai, dia keluar mendekat salah satu wastafel. Gerakan tangannya untuk membasuh terhenti. Dia mendengar suara tangisan, dari suaranya Kinan mengetahui jika itu suara perempuan.
Mematikan wastafel yang masih mengucur, Kinan berbalik. Memeriksa setiap bilik kamar mandi, semua pintu terbuka kecuali satu. Kinan memberanikan diri mengetuk pintu.
Tangisan berhenti, membuat tangan Kinan berhenti mengetuk juga. Suara kenop pintu terdengar, pelan, Kinan spontan mundur. Pintu pun perlahan terbuka dan menunjukkan seorang anak perempuan.
Pakaian yang sama dengan milik Kinan, namun lebih acak-acakan. Kinan meneguk ludahnya, atau jangan-jangan, tubuh yang berada di depannya ini, salah satu dari mereka yang Kinan hindari?
Rambutnya panjang, terkucir dua, dalam keadaan acak-acakan juga. Matanya terlihat sembab, mungkin benar dia yang mengeluarkan suara tangis tadi.
Tubuh Kinan menabrak wastafel, perempuan di depannya ini terus melangkah maju mendekatinya. Sontak membuatnya terus melangkah ke belakang.
Hiks...
Hiks...
Kinan mengernyit, perempuan di depannya masih menangis? "Apakah aku terlihat begitu hina sampai kamu terlihat jijik saat melihatku?"
Kinan dengan cepat menggeleng, tidak membenarkan perkataannya. "A-aku, cuma kaget." Kinan menjilat bibir bawahnya yang terasa kering itu.
"Kaget dengan penampilanku yang begitu menjijikkan bukan?"
Kinan menggeleng lagi, "K-kamu jangan mikir gitu. Aku beneran kaget. Aku kira kamu... hantu."
Perempuan itu terdiam, "Kalau gitu, berarti kamu indigo."
#
Kinan duduk dengan perasaan tak tenang. Semua pelajaran yang ada di depannya tidak sempurna dapat ia serap. Jadi telunjuknya terus mengetuk meja, terlihat cemas.
Pasalnya, setelah dia berbicara dengan perempuan yang ia temui di toilet tadi, perempuan itu dengan segera menghilang dari pandangannya.
Jadi mungkin, benar. Perempuan itu adalah, hantu. Ini membuatnya merasa tidak enak, bagaimana jika perempuan tadi mengatakan dirinya indigo ke teman-temannya?
Itu bukan hal baik. Memikirkan semua kemungkinan buruk yang akan ia dapati nanti jika memang benar perempuan tadi memberitahu teman-temannya, sampai ia tak sadar jam istirahat sudah berbunyi.
Pikirannya tersadar saat mendengar bunyi dari perutnya. Dia spontan memegangi perutnya yang berbunyi. Apakah dirinya lapar? Tentu saja dia bahkan tadi belum sempat sarapan.
Tapi Kinan tidak menyukai keramaian kantin. Dia harus bagaimana? Perutnya terus protes meminta di isi. Ah, baiklah, mungkin sekali-kali dia harus pergi ke kantin. Dia belum pernah kesana selama masuk di sekolah ini.
Berjalan sendirian di antara banyaknya murid yang pergi ke kantin bersama teman-temannya. Membuatnya iri. Tapi ya, dia memang tidak punya teman.
Kantin terlalu ramai, bahkan sangat ramai bagi Kinan. Membuatnya mendecak, setelah berjuang berdesak-desakan dia mendapatkan apa yang ia inginkan tadi. Dua bungkus nasi rica-rica.
Jangan berfikir Kinan itu banyak makan, itu karena memang nasi satu bungkus tidak cukup untuk mengganjal laparnya. Keluar dari keramaian kantin.
Kinan berjalan kembali ke kelasnya, tapi dia dihadang, mata Kinan membulat, perempuan yang ia temui di toilet. Dia berdiri dengan kedua tangan terentang di depan Kinan.
Jika Kinan berada di drama-drama luar negeri itu, kedua bungkus makanan yang ia bawa akan terjatuh. Tapi ini tidak, dia sedang tidak berada di dunia drama. Dia hanya, sedikit terkejut.
Kinan mengalihkan pandangan, mencoba seakan-akan dia tidak bisa melihat perempuan di depannya. "Gausah sok gabisa liat! Aku tau kamu bisa liat aku."
Kinan diam, dia masih mencoba mengabaikan perempuan itu. Hingga terdengar suara decakan, Kinan menoleh ke arah perempuan di depannya, perempuan itu juga sedang memandanginya.
Kinan segera mengalihkan pandangannya lagi. "Ih! Kamu tu sebenernya liat aku kan?"
Kinan mengalah dia menoleh ke depan, "Kamu hantu apaansih? Kok bahasa kamu kayak bahasa manusia!"
"Aku belum seratus persen jadi hantu tau!"
"Tetep aja hantu! Udah lah, aku mau ke kelas. Jangan ganggu aku. Aku gamau temen-temen kamu tau tentang aku!"
"Aku janji gak akan kasih tau mereka kok, tenang aja!"
"Kamu ga kasih tahu mereka, tapi kalau liat aku sama kamu bicara mereka bisa tau! Jangan ganggu aku lagi!"
Kinan berjalan cepat melewati hantu perempuan di depannya, "Aku cuma pingin punya temen." Hantu perempuan itu menunduk. "Aku ga punya temen, mereka, mereka selalu bully aku."
Kinan mengernyit, Mereka? Mereka siapa yang dimaksud? Bully? Apakah bully yang dimaksud seperti apa yang selalu terjadi seperti penindasan? Kinan berbalik menghadap hantu perempuan itu.
Matanya membulat saat menatap di belakang hantu perempuan berdiri juga satu dari mereka tepat di belakangnya. Dengan mata nyalang, dia pun turut menatap Kinan.
"Ki-nan-thii..." ucapnya dengan mengeluarkan lidahnya yang terpotong.
🐾
# Mereka yang harus menanggung penyesalan yang teramat. #
( Kinan )
🐾{ To be continued }
KAMU SEDANG MEMBACA
KINANTHI
Horror"Melihat mereka yang tak terlihat. Namun aku melihatmu sebagai sosok yang berbeda dari mereka." ~Kinan.