|| 2 ||

45 19 9
                                    

🐾
JANGAN LUPA UNTUK VOTE SETIAP PART-NYA. SEMOGA KALIAN MENYUKAI CERITA SAYA. ♥️ U ALL!
🐾

2. PASUNG

"Kinanthi." Seru seseorang di balik asap-asap yang timbul akibat beberapa menyan yang dibakar. Dia terbiasa mendapat panggilan, mbah Brewok.

Salah satu sosok mendekati mbah Brewok dengan perawakannya yang tinggi, rambut acak-acakan dan luka goresan memenuhi perutnya. Juga kaki yang tak lagi menapak pada tanah.

"Ki... nan-thii..." Ucapnya terputus. Sosok itu berbicara dengan mengeluarkan lidahnya yang terpotong. Kedua manik matanya yang kelam, menjadi saksi betapa tersiksanya dia sewaktu dia masih di dunia.

Mbah Brewok mengangguk. "Kinanthi." Sebutnya lagi. Dia memberikan satu buah mangkuk dari tanah liat berisi menyan yang di bakar.

Makhluk itu menerimanya cepat, memakan menyan tadi dengan rakus dan setelah selesai dia menjatuhkan mangkuk tanah liat tadi, membuatnya pecah. Sosok itu membuka mulutnya, mengeluarkan lidahnya lagi, "Nik- mat."

Mbah Brewok mengambil sesuatu dari lacinya. Mengeluarkan selembar kain putih kecil, meletakkan sedikit bunga-bunga layu di tengah-tengah kain tadi lalu membungkusnya hingga membentuk kotak kecil.

"Masuklah." Suruh mbah Brewok, sosok tadi mengangguk. Dia masuk perlahan ke dalam guguran bunga layu yang terbungkus dalam kain. Seluruh arwahnya sempurna masuk, lantas benda kecil itu diberi beberapa mantra oleh mbah Brewok.

Setelahnya dia mengambil seutas tali berwarna putih, melilitkannya ke buntalan tadi. Sampai dipastikan isinya tidak akan tumpah dari kain. Dia mengangkat tinggi-tinggi buntalan itu, tertawa kencang di bawah gelapnya langit malam.

#

Malam itu, Kinan terbangun. Dia merasa sangat haus, keluar dari kamarnya. Kinan mendekat ke kulkas di rumahnya, mengambil satu botol air dingin. Duduk di kursi meja makan, dan meminum air tadi sampai setengahnya.

Gerakan minumnya terhenti mendengar suara gaduh dari kamar milik mendiang Neneknya. Saat dia ingin mendekat, muncul aura dari kamar itu yang membuatnya mengurungkan niat.

Kamar yang setelah sekian lama tidak di tinggali. Seringkali terdengar suara-suara dari kamar itu. Kinan bahkan ibunya pun, tidak ada yang pernah memasuki kamar itu. Walau untuk sekedar memeriksa apa yang menyebabkan suara gaduh tadi.

Kinan bangkit dari duduknya hendak kembali ke kamar, entah sudah berapa langkah, dia merasakan ada sesuatu di belakangnya. Kinan menelan ludah, memikirkan apakah dia akan menoleh ke belakang atau tidak.

Dan akhirnya, Kinan memilih tetap melanjutkan langkahnya. Dia kembali ke kamarnya, saat hendak menutup pintu kamarnya dia menatap sosok yang belum pernah dirinya lihat dari arah meja makan tadi.

Jadi benar, memang ada sesuatu di belakang Kinan tadi. Kinan menatap lamat-lamat sosok itu, dengan berbekal sinar lampu dari kamarnya saja, dia hanya bisa melihat tubuh makhluk itu tidak dengan rupanya.

Dia berjalan, tidak, dia tidak mendekati Kinan. Kinan sampai mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar untuk mengetahui arah mana yang akan dituju sosok tadi.

Kinan melotot melihat kamar yang dulu milik Neneknya itu terbuka lebar. Kinan menatap kembali ke arah sosok yang masih melangkah itu. Terus berjalan, dan akhirnya berhenti di depan pintu kamar nenek Kinan.

Kinan menelan ludah, sosok tadi membalikkan tubuhnya hingga menatap Kinan. Sosok itu mengangkat tangannya, seolah melambai ke arah Kinan. Dia berbalik kembali, masuk ke dalam kamar kosong tadi.

Perlahan pintu kamar nenek Kinan menutup sempurna, seperti tadi. Kinan baru kali ini melihat figur itu di rumahnya. Tapi, siapa? Kinan memilih mengabaikan saja, dia menutup pintu kamarnya juga. Kembali tidur meskipun pada akhirnya dia akan terjaga semalaman dengan pikiran riuh memenuhi kepala.

#

Bukan awal yang baru untuk Kinan pagi ini. Dia tetap akan melanjutkan hari-harinya seperti biasa. Melangkahkan kaki yang terasa dingin oleh suhu di pagi ini.

Kinan tidak memakai jaket, membuat tubuhnya merasa dingin juga. Kinan memeluk dirinya sendiri, mencoba menghangatkan tubuh kurusnya.

Saat melewati sebuah rumah, yang terasa tidak lagi dihuni. Kinan mampu merasakan kehadiran mereka di setiap pijakan kaki yang dia ambil. Dia menghentikan langkahnya, dengan kedua tangan yang masih memeluk tubuhnya sendiri.

Kinan berdiri tepat di depan rumah kosong itu. Entah mendapat dorongan darimana, dia mencoba mendekat lebih dalam ke rumah kosong tadi. Dia berhenti saat melihat salah satu dari mereka yang berdiri di dekat pohon besar.

Dia juga melihat Kinan, perempuan itu memalingkan wajahnya kembali. Dia menggeleng, berbalik melanjutkan perjalanan menuju sekolahnya. Yang membuat Kinan merasa aneh, sosok yang dia lihat tadi, tidak bergerak sama sekali.

Sebenarnya tidak ada alasan untuk Kinan merasa jika keingintahuannya itu berdampak negatif untuknya. Jadi dia kembali lagi ke rumah kosong, menatap sosok yang berdiri di dekat pohon tadi.

Kinan tidak akan mendekat, dia hanya, memandanginya dari kejauhan. Kedua mata mereka bertemu, Kinan berkali-kali mencoba memalingkan wajahnya, tapi rasa penasaran justru membuatnya ingin tetap melanjutkan.

Akhirnya, sosok itu bergerak. Tidak, dia tidak berjalan. Dia hanya, memiringkan kepalanya. Dengan tatapan yang sama masih untuk Kinan. Kinan mengerutkan keningnya, entah sudah berapa sosok yang dia temui, mungkin baru kali ini dia melihat salah satu dari mereka yang tidak bisa bergerak kemanapun.

Pandangan Kinan turun menatap kedua kaki sesosok itu. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan, kinan menggeleng lalu berlari keluar dari halaman rumah kosong tadi, ke arah sekolahnya.

Dengan masih berlari Kinan terus terbayang-bayang oleh kedua kaki itu, kaki milik sosok yang dirinya lihat tadi. Dengan rantai yang melilit di keduanya, membuat Kinan langsung menyimpulkan.

Selama hidup, sosok itu terpasung oleh rantai yang melekat erat di kedua kakinya. Membuatnya tak bisa kemana-mana dan satu hal yang dapat Kinan tangkap, sosok itu dirantai di pohon dengan kuburannya berada di samping pohon itu.

🐾
Mereka yang dulu hidup dengan rasa sakit
(Kinan)
🐾

{ To be continued }

KINANTHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang