PART 03 | AMNESIA

32 4 0
                                    

Assalamualaikum ... balik lagi sama saya🤗. Ups! 🤭 gak kenal, ya? Sini kenalan🤣. Kali ini saya bawain part ke-3. Semoga suka, ya! Jangan lupa vote & comen! Follow, guys!

Happy Reading❤

_______________________________

***

"Bu, tolong, keluar dulu," pinta dokter.

"Ada apa, Dok? Putri saya tidak kenapa-napa, kan, Dok?" ucapnya dengan perasaan yang khawatir. Belum sempat bu Maryam ingin melanjutkan pertanyaannya lagi, tapi dia dipaksa keluar oleh dokter.

Tangis bu Maryam pecah ketika keluar dari ruangan. Fatimah yang melihat bu Maryam terisak, langsung menghampiri dia yang masih berada di depan pintu ruangan. Badannya lemas tak ada tenaga. Matanya bengkak dan merah, air matanya bisa-bisa habis ditelan sedih yang terus mendatang. Fatimah bingung, tangannya memeluk bahu yang kian menunduk.

"Bu, kenapa, Bu?" Tanya Fatimah.

"Aisyah, Fat ..." ucapnya dengan menangis terisak.

"Aisyah kenapa, Bu?" tanya Fatimah.

"Tidak tahu, tiba-tiba dokter mendorong ibu keluar tanpa menjawab pertanyaan ibu, Fat," jawab bu Maryam. Terisak, dia terisak dalam kesedihan. Hanyut dalam penderitaan yang mencekam, anaknya berada di ujung kematian, pikirnya.

"Sudah, Bu. Aisyah pasti tidak kenapa-napa, dokter pasti akan memberi yang terbaik untuk Aisyah," ucap Fatimah mencoba menenangkan bu Maryam.  Lalu, mereka duduk di depan ruang UGD menunggu dokter keluar dengan membawa kabar tentang Aisyah.

Hancur dan rapuh, diri Fatimah terus merasa bersalah. Bagaimana jika bu Maryam tahu akan semua ini? Aisyah yang tersakiti akibat perbuatan kakaknya sendiri. Tak sanggup bila melontarkannya begitu saja. Jujur tersakiti, bohong merasa tertekan. Serumit inikah semuanya?

Bu Maryam terus terisak, anaknya … masihkah dia mengingat dengan ibunya? Ibu yang sudah melahirkan dan merawat anaknya sejak kecil. Hatinya terbesit rasa khawatir yang sangat mendalam. Sekarang yang dipikirkan hanyalah anaknya, fokus pada satu titik yang merupakan bagian dari hidupnya.

***

Pintu ruang UGD terbuka, Fatimah dan bu Maryam langsung berdiri dan langsung menghampiri dokter yang kini berada di depan pintu. Wajah sang dokter menampakkan kelelahan, matanya tak bisa ditebak. Bahagia ataukah sedih akan adanya sebuah berita.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanya bu Maryam. Tubuhnya masih dalam penjagaan Fatimah, jalan saja lemas tak berdaya.

"Alhamdulillah, putri Ibu bisa bernapas kembali," ucap dokter.  Kedua wanita itu menghembuskan napas lega, tersenyum dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Alhamdulillah," ucap Fatimah dan bu Maryam dengan sangat girang.

"Tetapi, dikarenakan putri Ibu mengalami benturan yang cukup keras di daerah kepalanya, kemungkinan dia hanya mengingat kejadian satu tahun yang lalu. Artinya, putri Ibu mengalami amnesia," ucap dokter.

Badan mereka lemas, matanya menampakkan cemas yang luar biasa. Apa yang dipikirkan ibunya benar, Aisyah Amnesia. Syukurlah jika hanya ingat kejadian satu tahun yang lalu, artinya Aisyah hanya mengingat keluarganya saja. Fatimah? Tidak, kemungkinan dia tidak mengingat Fatimah. Sahabat satu hari yang menciptakan nyaman yang berlebihan.

"Innalillahi wainnailaihi raji'un," ucap mereka berdua dengan menutup mulutnya dengan telapak tangan kanan.

"Yang sabar, ya, Bu. Seiring berjalannya waktu, pasti anak Ibu akan mengingat kembali semuanya," ucap dokter dengan meyakinkan bu Maryam.

AISYAH [Telah Terbit ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang