PART 14 | SALAH TINGKAH

14 1 0
                                    

Bismillah
Assalamu'alaikum

Hay guys, setelah sekian lama dan tidak berjumpa, akhirnya berjumpa kembali di sini. Di gerbang tetangga, eh 🤭. Hehe, ya di apk wattpad lah 🤗. Masih ingat part sebelumnya? Tentang apa, ya? Apa hayo ... inget-inget, ya. Karena sekarang author bakal up part selanjutnya yaitu yang ke-14.

Yups, baca!

Happy reading 🧡


***

Sore.  Jalan  raya  masih  ramai  seperti    pada  waktu  siang.  Kendaraan  berlalu  lalang  di  depan  rumahnya.  Seperti  biasa,  dia  menghabiskan  waktu  senjanya  untuk  membaca  buku  dan  meminum  secangkir  kopi.   Tak  lama  kemudian,  datang  seseorang  ke  rumahnya.  Mereka  menggunakan  motor,  seperti  sepasang  kekasih.  Bukan,  tapi  sepasang  saudara,  kakak  adik  tepatnya.  Siapa?  Rizky  dan  Fatimah,  tentunya.

"Fatimah?"

"Hay!"  panggil  Fatimah  sambil  melambaikan  tangannya.

Aisyah  menjawab  panggilan  Fatimah  dengan  senyum  semringah.  Fatimah  masih  di  samping  motor,  di  samping  kakaknya.  Setelah  Fatimah  membuka  helmnya,  giliran  kakaknya.
Aisyah  menghampiri  mereka  dan  menyambutnya  dengan  ramah. 

"Aisyah!  Kangen,"  ucap  Fatimah  sambil  memeluk Aisyah.

Aisyah  membalas  pelukannya  dan  menunjukkan  senyuman  manisnya.  Tepat  di  depan  wajah  Aisyah,  terdapat  Rizky.  Rizky  menatapnya  senang,  ini  kesempatan  dalam  kesempitan  baginya.  Dapat  memandangi  wajah  cantik  gadis  berjilbab  itu.

"Baru  saja  bertemu  tadi  pagi,"  ucap  Aisyah  melepas  pelukannya.

"Hehe."  Dia  terkekeh.

Akhirnya  mereka  masuk  ke  dalam  rumah.  Ini  sudah  masuk  senja,  mengapa  mereka  baru  main  ke  sini?   Senja  yang  sangat  bagus.  Momen  yang  sangat  pas  untuk  berkumpul  bersama  mengakhiri  Ashar  dan  menunggu  datangnya  Magrib.  Senja  juga  dapat  diartikan  sebagai  waktu  bergantinya  sore  menjadi  malam.  Momen  di  mana  yang  tadinya  cerah  menjadi  gelap.  Tapi,  tidak  dengan  Aisyah.  Kini  berbeda,  senja  adalah  momen  bergantinya  kesedihan  menjadi  sebuah  kebahagiaan.  Entah  kenapa,  hati  Aisyah  bahagia  saat  melihat  seseorang  datang  kemari  menemuinya.  Dia  bingung,  antara  Fatimah  ataukah  kakaknya,  Rizky.

"Duduk."

Fatimah  membalas  dengan  senyuman  dan  tak  lupa  menuruti  perkataannya.  Duduk  manis  di  sofa  yang  sangat  sederhana.  Meskipun  rumahnya  sederhana,  barang-barang  di  rumah  ini  sangat  tertata  rapi.  Jarang  ada  kotoran  yang  menempel  pada  barang-barang  di  dalam  rumah.
 
"Kakakmu  tidak  masuk?"  tanya  Aisyah  sambil  duduk  berhadapan  dengan  Fatimah.

"Oh,  tidak.  Aku  hanya  sebentar  di  sini,  dia  memilih  menunggu  di  luar,  menikmati  indahnya  senja,  katanya."  Jawaban  itu  membuat  Aisyah   terkekeh  pelan.

"Mmm,  gitu.  Ngomong-ngomong,  kamu  mau  apa  ya,  ke  sini?"

"Syah,  kamu  harus  melanjutkan  sekolah  di  sekolah  dulu.  Guru-guru  sudah  menantimu,  dia  membutuhkanmu,  kamu  anak  yang  pandai,  Syah,"  ucap  Fatimah  halus.

"Tapi,  Fat.  Kamu,  kan  tahu  aku  amnesia.  Jadi,  bagaimana  bisa  ak--"  ucap  Aisyah  terpotong.
 
"Tidak.  Kamu  murid  yang  pandai.  Materinya  tidak  jauh  dengan  pelajaran  satu  tahun  yang  lalu,  kok.  Plis!"  Ucapan  Fatimah  tersebut  membuat  hatinya  senang  dan  bingung.  Dia  ingin  sekolah  seperti  biasanya.  Tapi,  entahlah!

"Nanti  aku  perbincangkan  dengan  ibu,  Fat,"  ucap  Aisyah  ragu.

"Ya sudah,  udah  betah  banget  di  sini,  Syah.  Kaya  gak  mau  pulang  aja.  Hehe,"  ucap  Aisyah  sambil  terkekeh.

"Ya  sudah,  di  sini  saja,  haha."

Mereka  terkekeh.  Senja,  ini  adalah  waktu  yang  disiapkan  oleh  Aisyah  untuk  menggantikan  kesedihan  menjadi  kebahagiaan.  Tak  terasa,  sudah  setengah  jam  mereka  bersenda  gurau.  Mereka  tidak  memikirkan  apa  pun  yang  ada  di  sekitarnya,  mulai  dari  ibu  yang  terkekeh  mendengarkan  candaan  mereka,  dan  Rizky  yang  kelelahan  menunggu  adiknya.

Jenuh.  Sudah  setengah  jam  lelaki  itu  menunggu  di  atas  motor.  Awalnya  dia   hanya  bisa  menerima  dengan  membalas  chat  yang  masuk  di  akun  sosial  medianya.  Tapi,  setengah  jam  bukan  waktu  yang  sedikit,  ada  kalanya  dia  merasa  jenuh  dan  ingin  segera  berganti  posisi.

"Patimeh!  Dasar,  ya.  Ngerumpi  sampai  hampir  setengah  jam  lebih,"  ucap  Rizky  sambil  melihat  jam  tangannya.

"Huh!  Aku  masuk  saja."  Rizky  berjalan  sigap.  Dia  berusaha  mengontrol  kemarahannya  untuk  tetap  bersikap  baik  dengan  tuan  rumah.

'Bersikap  baik,  Ky.  Ingat!  Ada  wanita  cantik  di  dalam,'  batinnya  sambil  tersenyum.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."  Kedua  perempuan  itu  menengok  ke  arah  pintu  yang  sedari  tadi  memang  terbuka.  Candaan  mereka  terputus. Melihat siapa yang datang, mengembanglah senyuman gadis itu. Pria yang membuatnya move on dengan Alex dan kembali jatuh cinta.

"Dek,  pulang.  Udah  sore,"  ucap  Rizky  yang  masih  di  ambang  pintu.

"Baru  setengah  jam,  Kak."

"Kakak  jenuh  nungguin  di  luar  kali!"  ucapnya  dengan  nada  agak  tinggi.

Aisyah  yang  mendengar  perbincangan  mereka  hanya  bisa  terkekeh  sambil  menunduk.  Kedua  saudara  ini  memang  lucu,  asyik,  dan  juga  ramah.  Tak  heran  jika  banyak  orang  yang  menyukai  sifatnya  walaupun  tingkah  laku  mereka  agak  aneh.  Apalagi  Rizky,  dia  dikenal  dengan  anggota  geng  motor  di  kotanya.  Geng  motor  yang  kerajaannya  hanya  mengganggu  kenyamanan  jalan  raya.
 
"Kalau  begitu,  gabung  saja,"  ucap  Fatimah.

"Nggak  bisa,  Patemah!  Kamu  ingat,  'kan?  Mama sama papa mau  pulang  malam  ini.  Jadi,  kita  harus   di  rumah."

"Iya,  ya.  Lupa.  Jangan  rusak  nama  aku,  sih,  Kak.  Fatimah  kok  jadi  Patemah!"  ucapnya  dengan  nada  tinggi.  Lagi.  Aisyah  terkekeh  dengan  perbincangan  mereka.

"Aisyah.  Aku  pulang,  ya,"  ucap  Fatimah  sambil  bersalaman  dengan  Aisyah.

"Hati-hati,  ya,  Fat!"

Fatimah  sudah  jalan  di  depan  mendahului  kakaknya.  Kakaknya  hanya  bisa  menggeleng-gelengkan  kepala  melihat  Fatimah  berjalan  sambil  menjulurkan  lidahnya  ke  arah  Rizky,  meledek.  Aisyah  pun  sama,  hanya  bisa  terkekeh.  Rizky  memalingkan wajahnya  ke  belakang,  dan  mendapati  Aisyah  yang  sedang  tersenyum  melihat  Fatimah.  Sontak,  Rizky  kagum  dengan  senyuman  Aisyah.  Sangat  manis  dan  cantik.

'Buset,  senyumnya  itu,' batin Rizky

"Em,  aku  pulang,  Syah,"  ucap  Rizky  membuyarkan  pandangannya  pada  Fatimah.  Dia  menjulurkan  tangannya  ke  hadapan  Aisyah,  berniat  untuk  bersalaman.

"Iya."  jawabnya  sambil  menyatukan  kedua  telapak  tanganannya  melakukan  hal  itu.  Rizky  menggaruk-garukkan  kepalanya  yang  tidak  gatal  dan  menunjukkan  deretan  giginya.
Aisyah  yang  melihat  itu  hanya  bisa  tersenyum.  Rizky  meninggalkan  Aisyah  dengan  menganggukkan  kepalanya,  mungkin  tanda  untuk  pamit.  Aisyah  pun  membalasnya  dengan  membalas  anggukannya  dan  tersenyum  lagi.

'Ah!  Salah  tingkah!'  batinnya  sambil  berjalan  menuju  motor  dan  adiknya  yang  sudah  menanti.

'Aneh!'  batin  Aisyah  sambil  menutup  pintu.

Berjalan menuju ke dalam dengan langkah gontai. Badannya tiba-tiba lemas, kepalanya sakit. Awalnya dia hanya memikirkan bahwa dirinya masuk angin saja. Namun, sakit itu semakin menyerang. Tangannya menekan keras kepala yang sakit, seperti hati yang setiap hari rapuh.

"Ibu!"

Aisyah berteriak sambil terus memegang kepalanya yang sakit. Memanggil lagi dengan teriakkan yang amat kencang. Ini sungguh menyiksa sekali. Kini, posisinya berganti berjongkok. Bersender di dinding sebagai peringan.

"Kenapa, Nak?"

Ibunya bertanya dengan penuh kekhawatiran. Aisyah sesekali mengerjapkan matanya, tapi terasa berat. Perlahan, pandangan semakin tak terlihat. Gelap bagai malam yang tak ada penerang. Lemas, tubuhnya lepas ke dalam tangkapan ibunya itu.

***

Mata wanita separuh baya   itu berbinar, mendengar kabar dari dokter yang sangat menyenangkan. Air matanya membendung dan siap tumpah. Kabarnya sekarang membuat dirinya semakin bersyukur kepada Allah. Meskipun anaknya itu akan sedih ketika dirinya mulai tahu bahwa orang yang diharapkan dan disayangi telah tiada. Hilda, sudah tiada, Aisyah. Kamu tidak mempunyai kakak. Wanita yang engkau harapkan kehadirannya sudah tiada, Syah. Dia sudah pulang ke rahmatullah.


Bersambung ....

Makin penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk kepoin lewat novel yang sudah terbit 🤗. Hanya 78k aja (belum termasuk ongkir) bisa dapet novel 'Aisyah' yang kece badai bak authornya 🤭😁. Intipin guys!

 Intipin guys!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AISYAH [Telah Terbit ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang