U

1.7K 146 4
                                    

9 November 2018

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menghampiri Gracia dan membawanya ke pelukanku. Dia terlihat sangat rapuh di bawah guyuran hujan ini.

Aku manurunkan kaca mobil hitam untuk lebih jelas melihat Gracia yang duduk di bangku taman, posisi ini tidak terlalu menonjol karena terhalang pohon dan air mancur. Aku benci ketika air hujan itu mengalir ke di tubuh Gracia, aku ingin menjadi tetes air itu.

Ini sudah beberapa jam berlalu sejak kepolisian menemukan satu-satunya keluarga Gracia yang tersisa, ayahnya, gantung diri. Itu yang di informasikan oleh kepolisian dari tetangga yang menemukan jasad pak tua itu.

Bukankah Anadila melakukan pekerjaan dengan sangat baik?!

Juga bukan hal yang sulit untuk menyuap para polisi itu untuk mendapat informasi. Mereka seperti keledai bodoh kalau sudah berhubungan dengan uang.

Gadisku tampak ringkih. Aku ingin berlari dan merengkuhnya, tapi aku harus punya alasan kuat untuk melakukan itu. Akan terasa ganjil kalau tiba-tiba aku memeluknya.

Gracia, cintaku, tunggu aku sebentar lagi. Aku akan menemui dan mengklaimmu menjadi milikku.

Hujan ini tidak akan berhenti dalam waktu dekat jadi aku harus memikirkan tentang kesehatan Gracia juga. Walau dia terlihat kuat, dia sangat rapuh di dalam.

Aku melihat Gracia mengusap air matanya lantas beranjak dari taman. Aku memutuskan untuk mengikutinya dalam jarak aman, memastikan ia selamat sampai rumah. Ternyata Gracia tidak ke rumah, gadis itu ke kantor kepolisian yang mengurus kasus Ayahnya. Aku mengambil ponselku yang ada di dasbord, tentunya menelpon seseorang di kantor kepolisian tersebut yang bekerja padaku. Jangan remehkan uang dan koneksiku.

Satu jam kemudian Gracia baru keluar. Aku tidak salah mengira bahwa sudut bibirnya terangkat membentuk senyum samar. Gracia terlihat semakin cantik di mataku.

SUB URBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang