S

3K 171 2
                                    

27 Oktober 2018

Aku menyeringai sembari melipat kedua tangan di meja, otomatis menaruhkan daguku di atasnya. Sudah hampir satu jam saya memperhatikan gadis manis dengan tingkah ceria dan kekanak-kanakkan melalui kaca mata hitam yang ku pakai.

Aku tidak yakin apa yang gadis itu gunakan hingga menarikku untuk selalu memperhatikan gerak-geriknya.

Caranya tersenyum dengan gingsul yang menambah kesan manis, suara tawa cekikikannya yang malah terdengar merdu ditelingaku, cara dia merapikan anak rambut ke belakang telinga, dan langkah kaki yang menggoyangkan seluruh tubuhnya.

Beruntungnya aku memiliki kacamata hitam dan pokerface yang membuat orang enggan untuk berbasa-basi dengan saya atau sekedar meminta nomor. Oh, aku terlalu mengintimidasi dan dominan untuk di dominasi. Aku sangat suka mendominasi.

Dering ponsel membuyarkan konsentrasiku memandang ciptaan Tuhan yang menggoda ini meskipun dia tidak bermaksud menggoda. Itu hanya setelah biasa, celana jeans selutut, kaos putih, dan celemek hitam, lalu rambut panjang yang di ikat ekor kuda.

Tetes keringatnya membuatku tergoda untuk menyapukan lidahku disana.

Aku bukan salah satu manusia suci yang tidak tahu apapun tentang menjadi ‘dewasa’. Setidaknya aku tidak terlalu pemula dengan deretan wanita yang bersedia melemparkan dirinya kepadaku dengan senang hati.

“Gracia!”

Gadis manis itu menoleh. Mataku masih mengamati kemana dia bergerak.

“Kesini.” Seorang gadis lebih tinggi dengan celemek hitam yang sama yang melambai dari balik konter.

Dia mencatat dengan cepat pesanan pelanggan. Lalu setengah berlari menghampiri gadis jangkung yang berseru barusan.

Gracia...

"Nama yang manis." Ucapku dengan seringai tercetak di bibir.

"Suatu hari Sayang... Kamu akan jadi milikku."

SUB URBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang