Eight (END)

990 90 15
                                    

Setelah melakukan kemoterapi Sehun akan mengalami muntah-muntah, demam tinggi, mimisan yang tak ada hentinya, dan efek samping lainnya yang begitu menyakitkan bagi Sehun. Rambut Sehun yang indah dan halus berkilau kini berubah menjadi kasar, kusam, dan rontok. Kulit Sehun pun menjadi kering dan pucat, tidak semerona dulu lagi. Tubuhnya pun sangat kurus dan lemah, Jongin khawatir tersenggol sedikit saja akan membuat tulang-tulang Sehun patah. Sungguh, jika bisa Jongin ingin semua rasa sakit dan penderitaan Sehun berpindah ke tubuhnya. Ia tak kuat harus menyaksikan penderitaan Sehun.

"Apa?! Sehun kritis? Baik, baik, aku akan ke rumah sakit sekarang juga." Ucap Jongin terkejut lalu menjadi panik saat mendengar kabar bahwa Sehun saat ini sedang kritis, Nyonya Kim menelpon saat dirinya sedang berada di kantor. Ibunya menggantikannya menjaga Sehun di rumah sakit selama ia bekerja.

"Maaf semuanya. Rapat hari ini kita tunda, aku harus segera ke rumah sakit." Ujar Jongin pada semua karyawannya, ia sedang menghadiri rapat perusahaan saat Ibunya menelpon. Jongin bergegas meninggalkan ruang rapat dan berlari keluar gedung perusahaannya, semua karyawan memaklumi sikap atasannya itu. Sudah bukan rahasia lagi jika Jongin pewaris perusahaan Kim memiliki sahabat sekaligus belahan jiwa yang sedang sakit keras, semua wanita merasa iri pada Sehun karena kesetiaan Jongin.

.

.

"Ibu.. Bagaimana keadaan Sehun? Sehun baik-baik saja 'kan?" Ucap Jongin sambil terengah, ia berlari dari parkiran rumah sakit menuju ruang rawat Sehun. Nyonya Kim hanya menggelengkan kepalanya dengan lesu sebagai jawaban pertanyaan Jongin, mereka berdiri di depan pintu ruang rawat Sehun yang tertutup.

"Ya Tuhan.. Aku mohon selamatkan Sehunnie-ku." Doa Jongin pada Yang Maha Kuasa, ia dan Ibunya menunggu di kursi depan ruang rawat Sehun. Jongin bertanya-tanya apa yang saja yang dokter lakukan pada Sehun di dalam sana? Ia sama sekali tak mendengar teriakan kesakitan Sehun dan tangisan memilukannya.

Biasanya Jongin akan selalu mendengar semua itu jika kondisi Sehun mulai tak stabil.

"Dokter, bagaimana keadaan Sehun?" Jongin bergegas menghampiri dokter saat melihat pintu ruang rawat Sehun terbuka, ia dan Ibunya berusaha bersabar menunggu selama satu jam.

"Maaf, Tuan.. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi penyakit Sehun benar-benar sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Kemoterapi yang selama ini di jalaninya pun tak banyak membantu dan baru saja Sehun hampir kehilangan detak jantungnya, namun syukurlah semua bisa teratasi walau kini detak jantung dan nadinya sangat lemah. Sehun tak mampu lagi menahan rasa sakitnya sehingga kini dia koma, cara terakhir untuk menyelamatkan Sehun adalah dengan dilakukannya operasi transplantasi sumsum tulang belakang. Sehun membutuhkan donor sumsum tulang belakang yang benar-benar cocok untuknya, namun kita pun tak bisa berharap banyak dengan dilakukannya operasi ini." Penjelasan dokter membuat Jongin lemas, namun ia masih bersyukur masih bisa di selamatkan walau saat ini jantungnya lemah dan dalam keadaan koma.

"Aku siap mendonorkan sumsum tulangku untuk Sehun, bila perlu kau ambil semuanya. Aku akan lakukan apapun untuknya, aku mohon selamatkan Sehun-ku." Jongin menyatukan kedua tangan di depan dadanya memohon pada dokter.

"Tuan, tenanglah. Jika memang kau setuju maka secepatnya akan di lakukan pemeriksaan apakah sumsum tulang belakangmu cocok atau tidak untuk Sehun." Dokter menyentuh pundak Jongin yang terlihat begitu rapuh di matanya.

"Aku juga siap mendonorkan sumsum tulangku untuk Sehun, Dokter." Ucap Nyonya Kim. Jongin tersenyum pada Ibunya.

"Akupun siap mendonorkan sumsum tulangku untuk putriku." Jongin, Nyonya Kim, dan Dokter menoleh ke sumber suara. Disana ada Ibu Sehun, Jongin tersenyum lega. Rupanya masih banyak orang yang bersedia membantu Sehun.

THE GREAT LOVE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang